Umumnya juga terdapat dua jenis counter, yaitu: “up counter” dan “down counter”. Pada jenis yang pertama, counter akan mulai menghitung naik dari nol dan
status kontak akan berubah bila counter telah mencacah sampai nilai cacahan yang ditetapkan. Pada jenis kedua, counter akan mulai menghitung mundur dari nilai
cacahan yang sudah ditetapkan dan status kontak akan berubah bila nilai cacahan mencapai nol.
2.8 Diagram Tangga
Diagram tangga merupakan teknik pemrograman utama yang digunakan pada PLC. Dalam perkembangannya, diagram tangga dirancang menyerupai logika
rele pada sistem kendali konvensional. Sejauh ini diagram tangga masih digunakan secara luas untuk pemrograman PLC. Hal ini mungkin dikarenakan kemiripannya
dengan sistem kendali konvensional.
Gambar 2.6 Rangkaian kendali dasar
Diagram tangga digunakan untuk menggambarkan rangkaian kendali dari suatu sistem otomatisasi industri. Umumnya penggambarannya diawali dengan
menggambarkan transformator kendali. Gambar 2.6 menunjukkan suatu rangkaian
kendali dasar. Dua buah garis vertikal yang disimbolkan dengna 1 dan 2 merupakan 14
H1 H2
H3 H4
X1 X2
2 1
dikenal dengan istilah rel daya. Beda potensial diantaranya adalah sama dengan tegangan sekunder dari transformator kendali.
Selanjutnya komponen-komponen sistem kendali lainnya, misalnya: Push Button, koil rele, lampu indikator, dsb, digambarkan berada di antara rel 1 dan 2,
sesuai dengan fungsi kendali yang diinginkan. Pada saat membahas diagram tangga sebagai salah satu teknik pemrograman
yang digunakan pada PLC, hal penting yang perlu diingat adalah bahwa yang terjadi hanya simbolisasi saja. Hal ini dikarenakan pada pemanfaatan PLC yang sebenarnya,
rangkaian untuk input dan output merupakan rangkaian yang terpisah satu sama lainnya. Hal ini tentu saja berbeda dengan rangkaian kendali konvensional, dimana
antara input dan outputnya terhubung secara langsung dalam penerapannya. Untuk lebih memperjelas penggunaan diagram tangga pada rangkaian kendali
konvensioanal, dapat diperhatikan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7
Diagram tangga suatu sistem sederhana
15 H1
H2 H3
H4
X1 X2
2 1
ON OFF
3 4
LAMPU
2.9 Programmable Logic Controller PLC
Programmable Logic Controller PLC merupakan suatu bentuk khusus alat kendali berbasis mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram
untuk menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi seperti logika, sekuensial, pewaktuan, pencacahan dan aritmetika guna
mengendalikan mesin-mesin di dalam suatu sistem kendali proses. Dalam perkembangannya, kemampuan pemrosesan fungsi pada suatu PLC tidak hanya
terbatas pada fungsi aritmetika saja. Pada PLC dengan teknologi yang canggih, pemrosesan PID maupun fungsi yang berbasis Fuzzy Logic juga sudah
memungkinkan.
Gambar 2.8 Gambaran umum sebuah PLC
PLC sebenarnya merupakan suatu piranti berbasis mikroprosesor yang dikembangkan secara khusus untuk menjawab tantangan di dunia industri. Jika
dibandingkan dengan microcontroller, PLC jauh lebih mudah digunakan dan sudah 16
dikenal secara umum oleh berbagai kalangan di dunia industri. Sebagai salah satu peralatan kendali yang dapat diprogram, PLC mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan alat kendali konvensional, yaitu:
1. fleksibel dalam penggunaan; 2. sistem deteksi dan koreksi lebih mudah dan cepat;
3. untuk sistem yang kompleks, investasinya lebih murah; 4. memungkinkan sistem pemantauan yang handal dan terintegrasi;
5. memiliki kecepatan operasi yang sangat baik; 6. implementasi proyek lebih cepat, sederhana dan mudah dalam penggunaannya,
begitu juga dengan modifikasinya bila diperlukan;
7. proses dokumentasinya lebih mudah.
Dalam aplikasinya di dunia industri, terdapat beberapa kendala yang mungkin dijumpai pada sistem yang menggunakan PLC, diantranya adalah:
1. Masa transisi dari sistem kendali konvensional menjadi sistem kendali PLC.
Hal ini dikarenakan pada implementasi sistem PLC, dibutuhkan keahlian dasar pengoperasian komputer untuk melaksanakan fungsi pemrograman yang
menggantikan sistem kendali konvensional;
2. Terdapat berbagai jenis PLC yang beredar di pasaran, yang tidak sama satu
sama lainnya dari segi fungsi maupun teknik pemrogramannya. Oleh karena itu penyesuaian dengan sistem kendali yang akan dirancang sangat diperlukan;
3. Teknologi PLC masih terus mengalami perkembangan dan inovasi, sehingga
update informasi secara berkala sangat dibutuhkan untuk menjamin kekinian piranti PLC yang digunakan;
17
4. Mengingat bahwa PLC merupakan piranti yang bersifat elektronik, maka
terdapat batasan noise yang bisa ditoleransi oleh piranti PLC. Untuk itulah lokasi pemasangannya juga menjadi salah satu pertimbangan yang wajib
diperhatikan dengan seksama, sehingga piranti PLC yang terpasang bisa berfungsi secara benar.
Secara umum PLC diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu: jenis compact dan modular. Pada PLC jenis compact, seluruh bagian vital sebuah PLC
sudah tercakup di dalamnya processor, memori, modul inputoutput, dan bahkan modul catu daya, namun jumlah IO maupun memorinya terbatas. Sementara itu
pada PLC jenis modular, komponen dasar sebuah PLC merupakan bagian yang terpisah satu sama lainnya dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada umumnya, PLC jenis modular memiliki opsi untuk penambahan jumlah IO maupun memori. Penggunaan PLC jenis compact terbatas untuk sistem yang
sederhana, sedangkan penggunaan PLC jenis modular dikhususkan untuk sistem yang lebih kompleks serta menuntut kehandalan tinggi serta kemungkinan perubahan
yang signifikan.
2.10 Operasi pada PLC
PLC bekerja dengan cara melakukan program scanning. Secara umum satu siklus scanning meliputi 3 tahapan utama yaitu: i memeriksa status masukan; ii
melakukan eksekusi program; dan iii memperbaharui status keluaran.
2.10.1 Memeriksa status masukan
18
Pada tahapan ini, PLC akan memerikasa seluruh keadaan masukan yang berasal dari piranti eksternal, seperti: saklar tekan, sensor, dsb. Hasil pemeriksaan
status input ini kemudian akan disimpan di dalam memori PLC
2.10.2 Melakukan eksekusi program
Pada prinsipnya eksekusi program ditentukan oleh status masukan. Status masukan merupakan syarat wajib untuk memastikan bahwa suatu bagian program
perlu dieksekusi.
2.10.3 memperbaharui status keluaran
Hasil dari eksekusi suatu program kemudian akan menentukan perubahan status keluaran dari elemen yang terpasang pada rangkaian keluaran PLC. Setelah itu
proses scanning program akan kembali memeriksa status masukan. Dalam operasi suatu PLC, juga dikenal istilah waktu respons. Waktu
respons dapat digambarkan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh suatu PLC untuk bisa mengakibatkan terjadinya suatu output.
2.11 Bagian Utama PLC