Keterbatasan Laporan Keuangan Landasan Teori .1 Akuntansi Keuangan

a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi. b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang harus dipilih, juga harus dapat dipahami pemakai. c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran yang sama. d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. Dapat dipertimbangkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan yang berbeda. f. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan- tujuan kualitatif lain harus dilaporkan.

2.2.3.3 Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Baridwan 2004:13-15 laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai beberapa keterbatasan seperti cukup berarti materiality, konservatif, dan sifat-sifat khusus dari suatu industri. Berikut ini diuraikan masing-masing batasan tersebut :

1. Cukup berarti materiality

Suatu laporan, fakta atau elemen dianggap cukup berarti jika karena adanya dan sifatnya akan mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya perbedaan dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan lain yang ada. Menurut baridwan 2004:14 beberapa pedoman umum yang dapat digunakan untuk menentukan apakah cukup berarti atau tidak, adalah sebagai berikut : a. Aspek Kuantitatif Berdasarkan pada jumlah absolut, misalnya jumlah rupiah, atau berdasarkan pada nilai relatif, misalnya sebagai suatu presentase dari pendapatan bersih, dari modal dan lain sebagainya. b. Aspek Kualitatif Mempertimbangkan karakteristik dari lingkungan, karakteristik dari perusahaan, seperti besar kecilnya perusahaan, struktur modal, karakteristik dari elemen itu sendiri seperti sifatnya, waktunya, hubungannya, dengan pendapatan dan karakteristik dari kebijaksanaan akuntansi yang digunakan.

2. Konservatif

Konservatif ini merupakan sikap yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuangan, apabila lebih dari satu alternatif yang tidak akan membuat aktiva dan pendapatan terlalu besar, masalah ini timbul jika ada lebih dari satu alternatif atau bisa juga timbul dalam hal suatu jumlah itu belum dapat dipastikan. Sifat konservatif berasal dari sejarah perkembangan akuntansi di masa lalu, saat ini yang penting adalah neraca dan penyusunannya ditunjukkan kepada para kreditur untuk menjaga keamanan pinjaman dari kreditur, penekanan pada penyusunan laporan keuangan adalah pada jumlah aktiva. Lebih baik aktiva dinyatakan terlalu kecil dibandingkan dengan menyatakan jumlah yang terlalu besar, karena apabila dinyatakan terlalu besar maka menandakan bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memanfaatkan aktivanya, dengan kata lain perusahaan tidak dapat mengunakan asset dengan efisien dan seefektif mungkin, sehingga para infestor akan ragu akan tingkat pengambilan atas modal yang mereka tanamkan. Memiliki jumlah yang rendah jika ada alternatif, sikap konservatif ini juga mengatur bahwa kenaikan nilai aktiva dan laba yang diharapkan, tidak boleh dicatat sebelum direalisasikan, dalam arti dijual, dan penurunan nilai aktiva dan rugi yang diperkirakan akan timbul harus dicatat walaupun jumlahnya belum dapat ditentukan. Beberapa penggunaan harga pokok atau harga pasar yang rendah lower of cost or market dan pengakuan rugi dalam kontak pembelian. Cara ini mengakibatkan penyajian informasi yang bias, yaitu cenderung ke satu arah lebih besar atau lebih kecil.

3. Sifat khusus suatu industri

Industri-industri yang mempunyai sifat-sifat khusus seperti bank, asuransi dan lain-lain sering kali memerlukan prinsip akuntansi yang berbeda dengan industri-industri lainya. Juga karena adanya peraturan- peraturan dari pemerintah terhadap industri-industri khusus ini akan mengakibatkan adanya prinsip-prinsip akuntansi tertentu yang berbeda dengan yang umumnya digunakan. Contohnya bank, bank merupakan perusahaan jasa dimana perusahaan ini diharuskan untuk dapat meyakinkan para nasabah, agar para nasabah mau menabung di bank tersebut sehingga memerlukan prinsip akuntansi yang lain, yaitu dengan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada nasabahnya.

2.2.3.4 Pemakaian Laporan Keuangan