Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2009:5, penyusunan dan penyajian laporan keuangan mendasarkan diri pada dua asumsi dasar, yaitu
dasar akrual dan kelangsungan hidup usaha.
a. Dasar Akrual
Dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar
dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
b. Dasar Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan
usahanya di masa depan. Ini berarti bahwa perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya.
2.2.3.6 Jenis Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari 2005:18-25, jenis-jenis laporan
keuangan adalah sebagai berikut : a.
Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca. Biasanya neraca dibuat
per 31 Desember, atau tiap akhir bulan. Neraca terdiri atas hak atau sumber daya perusahaan dan kewajiban perusahaan Darsono dan Ashari,
2005:18. Terdapat dua bentuk penyusunan neraca yang umum digunakan,
yakni bentuk rekening account form dan bentuk laporan report from. Dalam bentuk rekening, aktiva ditempatkan di sebelah kiri dan utang
beserta modal sendiri disebut pasiva ditempatkan di sebelah kanan. Neraca dalam bentuk laporan, aktiva ditempatkan dibagian atas serta
utang beserta modal sendiri ditempatkan di bawah aktiva secara vertikal
Djarwanto,2004:21. b.
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktiva yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya
bulanan atau tahunan. Laporan laba rugi memberikan gambaran kinerja oprasional perusahaan Djarwanto dan Ashari 2005:20
Menurut Kieso 2002:150 laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan oprasi perusahaan selama periode waktu tertentu.
Menurut SAK 2009:25.1 laporan laba rugi merupakan laporan utama
untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemajuan
yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapa hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode.
Laporan laba rugi dapat disajikan dalam bentuk rekening account form atau dalam bentuk laporan report form. Dalam bentuk rekening,
biaya-biaya dan kerugian ditempatkan di sebelah kiri, penghasilan- penghasilan di tempatkan di sebelah kanan.
Gambar 1 : Neraca Bentuk Rekening
PT. ABC NERACA
Per 31 Desember 20xx AKTIVA
UTANG DAN MODAL SENDIRI
Aktiva Lancar : Utang Jangka Pendek :
Kas xxx
Utang Dagang xxx
Surat-surat berharga xxx
Wesel bayar xxx
Wesel Tagih xxx
Penghasilan yang ditangguhkan xxx Piutang Tagih
xxx Utang deviden
xxx Persediaan Barang Dagang xxx
Utang Pajak xxx
Penghasilan yang masih Kewajiban yang harus dipenuhi xxx
akan diterima xxx
Biaya yang dibayar dimuka xxx Jumlah Aktiva Lancar
xxx Jumlah Utang Lancar xxx
Investasi :
Utang Jangka
Panjang : Saham PT XYZ
xxx Utang Hipotek xxx
Utang Obligasi xxx
Utang Jangka Panjang lainnya xxx Aktiva Tetap :
Tanah xxx
Bangunan xxx
Akumulasi penyusutan Jumlah utang Jangka Panjang xxx
bangunan xxx
xxx Mesin
xxx Modal Sendiri :
Akumulasi penyusutan Modal Saham
xxx mesin
xxx Saham Prioritas
xxx Saham
Biasa xxx
xxx Jumlah Aktiva Tetap
xxx Jumlah Modal Saham xxx
Surplus xxx
Laba yang Ditahan xxx
Aktiva Tak Berwujud : Merek
Dagang xxx
Goodwill xxx
Jumlah Modal Sendiri xxx xxx
Biaya yang ditangguhkan xxx
Aktiva lain-lain xxx
TOTAL AKTIVA xxx TOTAL UTANG MODAL xxx
Sumber: Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan Djarwanto, 2004:29
Gambar 2 : Neraca Bentuk Laporan
PT. ABC NERACA
Per 31 Desember 20xx
AKTIVA
Aktiva Lancar : Kas
xxx Surat-surat berharga
xxx Piutang Tagih
xxx Persediaan Barang Dagang
xxx Biaya yang dibayar dimuka
xxx Jumlah Aktiva Lancar xxx
Investasi : Saham PT XYZ
xxx Aktiva
Tetap : Tanah
xxx Bangunan
xxx Akumulasi
penyusutan bangunan
xxx xxx
Jumlah Aktiva
Tetap xxx
Aktiva Tak Berwujud : Goodwill
xxx biaya yang ditangguhkan
xxx Aktiva
lain-lain xxx
TOTAL AKTIVA xxx
UTANG DAN MODAL SENDIRI Utang Jangka Pendek :
Utang Dagang
xxx Wesel bayar
xxx Jumlah
Utang Lancar
xxx Utang Jangka Panjang :
Utang Hipotek
xxx Utang
Obligasi xxx
Jumlah utang Jangka Panjang xxx
Modal Sendiri : Modal
Saham xxx
Saham Prioritas
xxx Saham
Biasa xxx
Jumlah Modal
Saham xxx
Surplus xxx
Laba yang Ditahan xxx
Jumlah Modal Sendiri xxx
TOTAL UTANG MODAL xxx
Sumber: Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan Djarwanto, 2004:30
Sedangkan saldonya menunjukan adanya laba atau rugi. Dalam bentuk laporan, data penghasilan dan biaya disusun secara vertikal.
Dalam bentuk laporan ini terdapat lagi dua bentuk penyusunan laporan laba rugi yakni langkah tunggal single step dan langkah berganda
multiple step Djarwanto, 2004:47. Menurut Baridwan 2004:33 bentuk multiple step adalah bentuk
laporan laba rugi di mana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapat-pendapat dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan
tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan-penghasilan sebagai berikut :
1. Laba bruto, hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan.
2. Penghasilan bersih sebelum pajak, yaitu penghasilan usaha bersih
ditambah dan dikurangi pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya diluar usaha.
3. Penghasilan bersih sesudah pajak, yaitu penghasilan bersih sebelum
pajak dikurangi pajak penghasilan. 4.
Penghasilan bersih dan elemen-elemen luar biasa, yaitu penghasilan bersih sesudah pajak ditambah dan atau dikurangi dengan elemen-
elemen yang tidak biasa.
Menurut Baridwan 2004:33 bentuk single step tidak dilakukan pengelompokan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok
usaha dan diluar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara :
a. Pendapatan-pendapatan dan laba
b. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian
Pada langkah tunggal, semua penghasilan dari manapun sumbernya dijumlahkan menjadi satu, jumlah ini kemudian dikurangi dengan harga
pokok penjualan dan semua biaya yang terjadi selama periode akuntansi. Sedangkan pada langkah berganda, terdapat beberapa tahap yang perlu
diikuti sebelum angka besarnya pendapatan bersih Djarwanto, 2004:47. Gambar 3 : Laporan Laba Rugi all inclusive, single step
PT ABC
Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20xx
Pendapatan :
Penjualan bersih
xxx Pendapatan
sewa xxx
Total pendapatan
xxx Beban
: Harga
pokok penjualan
xxx
Biaya penjualan
xxx Biaya
administrasi xxx
Beban bunga
xxx Total
beban xxx
Laba bersih xxx
Sumber: Pengantar Akuntansi Warren, 2005:304
Gambar 4 : Laporan Laba Rugi all inclusive, multiple step
PT ABC Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20xx
Pendapatan dari penjualan Penjualan
xxx Dikurangi : Return dan potongan penjualan xxx
Discount penjualan xxx xxx
Penjualan bersih
xxx Harga pokok penjualan
xxx Laba kotor
xxx Biaya operasi
Biaya penjualan : Biaya Gaji penjualan
xxx Biaya iklan
xxx Penyusutan peralatan toko
xxx Beban penjualan rupa-rupa
xxx Total beban penjualan
xxx Biaya administrasi :
Beban gaji kantor xxx
Beban sewa xxx
Beban penyusutan peralatan kantor xxx Beban asuransi
xxx Beban perlengkapan kantor
xxx Beban
administrasi rupa-rupa
xxx Total beban administrasi
xxx
Jumlah biaya usaha xxx
Laba dari
operasi xxx
Pendapatan dan beban lain-lain : Pendapatan sewa
xxx Beban bunga
xxx xxx Laba
bersih xxx
Sumber: Pengantar Akuntansi Warren, 2005:301 c.
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan keuangan ekuitas menjelaskan perubahan modal yang terjadi selama periode waktu tertentu. Laporan ini menggambarkan saldo
dan perubahan hak pemilik yang melekat pada perusahaan Darsono dan Ashari, 2004:24.
Menurut SAK 2009:1.12, perusahaan harus menyajikan laporan
perubahan ekuitas sebagai komponen utama yang menunjukkan:
1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
beserta jumlahnya berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.
3. Pengaruh kumulatif dan perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.
4. Transaksi modal dengan pemilik distribusi kepada pemilik.
5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahanya. 6.
Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perpisahan.
Gambar 5 : Laporan Perubahan Ekuitas
PT ABC Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20X2
Modal Agio
Selisih Selisih
Saldo Jumlah
Saham saham
Revaluasi Kurs
laba Saldo per 311220X0
X X
X X
X X
Perubahan kebijakan akuntansi
X X
Saldo yang disajikan kembali X
X X
X X
X Selisih revaluasi aset tetap
X X
Laba rugi belum direalisasi dari pemilikan efek
X X
Selisih kurs X
X Keuntungan kerugian
neto yang tidak diakui
dalam laporan laba rugi
X X X
Laba bersih periode berjalan X
X Dividen
X X
Penempatan modal saham X
Saldo per 311220X1 X
X X
X X
X Selisih revaluasi aset tetap
X X
Laba rugi belum direalisasi dari pemilikan efek
X X
Selisih kurs X
X Keuntungan kerugian
neto yang tidak diakui
dalam laporan laba rugi
X X
X Laba bersih periode berjalan
X X
Dividen X
X Penempatan modal saham
X X
X Saldo per 311220X2
X X
X X
X X
Sumber: SAK 2007:1.16
d. Laporan Arus Kas Metode 2 Contoh
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang kas dan bank selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas
melaporkan arus kas masuk dan keluar bagi kegiatan operasional,
investasi, dan pendanaan Darsono dan Ashari, 2004:22. e.
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan ini berupa penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap
akan neraca dan laporan laba rugi Darsono dan Ashari, 2004:25. Menurut SAK2009:1.13 catatan atas laporan keuangan meliputi
penjelasan narative atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi
tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan SAK, 2009:1.13 : 1.
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting. 2.
Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi di sajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. 3.
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam penyajian secara wajar.
2.2.3.7 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Teknik analisis laporan keuangan ditujukan untuk memperhatikan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan.
Menurut Simamora 2000:518 terdapat tiga teknik yang lazim dipakai:
1. Analisis horizontal horizontal analysis
Teknik yang dipakai untuk mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode tertentu.
2. Analisis vertical vertical analysis
Teknik yang digunakan untuk mengevaluasi data laporan keuangan yang menggambarkan setiap pos dalam laporan keuangan dari segi presentase
jumlahnya. 3.
Analisis rasio ratio analysis Menggambarkan hubungan di antara pos-pos yang terseleksi dari data
laporan keuangan.
2.2.4 Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan bukan merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis.
Pelaporan keuangan tidak hanya terdiri dari laporan keuangan, tetapi semua informasi yang berhubungan baik secara langsung, ataupun tidak langsung
dengan sistem akuntansi. Contohnya adalah surat direktur perusahaan atau skedul suplementer dalam laporan tahunan korporasi, prospectus, laporan
yang disampaikan kepada badan-badan pemerintah, siaran berita, prakiraan manajemen, dan deskripsi tentang dampak sosial serta lingkungan
perusahaan Kieso Weygandt, 2002:3. Sedangkan pelaporan keuangan
sesuai dengan SFAC Statement of Financial Accounting Concepts No.1 terdiri dari :
a. Laporan keuangan dasar Basic Financial Statements yang terdiri dari
laporan keuangan financial statements dan catatan atas laporan keuangan Notes of Financial Statements.
b. Informasi-informasi tambahan Supplementary Informations.
c. Laporan-laporan ini selain laporan keuangan Other Means of Financial
Reporting. FASB dalam SFAC No.1 secara tegas menjelaskan bahwa tujuan
pelaporan keuangan adalah bukan sesuatu yang tidak terpengaruh immutable. Tujuan pelaporan keuangan dipengaruhi oleh lingkungan
ekonomi, politik, dan sosial dimana pelaporan keuangan berasal. Adapun tujuan pelaporan keuangan dalam SFAC No.1 adalah :
1. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, potensial
investor, kreditor, dan pengguna lainya untuk melakukan investasi, pemberian kredit, dan keputusan secara rasional.
2. Menyediakan informasi untuk membantu investor dan potensial
investor, kreditur, dan pengguna lainya untuk menilai jumlah, waktu dan
ketidakpastian prospek perolehan kas dari dividen, atau bunga dari penerimaan, penjualan, penebusan, atau pinjaman.
3. Menyediakan informasi tentang sumber daya perusahaan, klaim
terhadap sumber daya tersebut, dan pengaruh transaksi, kejadian dan lingkungan serta klaim yang dapat berpengaruh terhadap sumber daya
tersebut. Sementara tujuan yang tercantum dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan IAI, 2004 adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.2.5 Ketepatan Waktu timeliness
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Dyer dan McHugh
1995:204 dalam Bandi 2002 menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang
memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki
informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan perbuatan keputusanya, tetapi informasi harus bersifat baru.
Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan
perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan Hendriksen, 1992:75
dalam Bandi, 2002. Informasi dari laporan keuangan perushaan akan bermanfaat bila
dapat dipahami dan memiliki karakteristik kualitatif utama yaitu kerelevanan dan keterandalan, seperti tercantum dalam SFAC No.2 FASB, 1980. Dapat
dikatakan bahwa perusahaan dalam membuat laporan keuangan mempertimbangkan trade off antara relevansi dan keandalan reliabilitas
dari laporan keuangan tersebut Kieso, 2002:51. Gozali 2001 dalam Laila dan Irawati 2006 mengatakan informasi tidak dapat dikatakan relevan jika
tidak tepat waktu. Begitu pula dalam PSAK No.1 Paragraf 38 IAI, 2007 menyatakan bahwa manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika
laporan keuangan tersebut tidak tersedia pada waktunya. Keterlambatan penyelesaian dapat disebabkan karena perusahaan
berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan SAK, 2002 : SAK kerangka dasar par 43.
Namun, peningkatan jumlah penundaan laporan keuangan juga dapat memberikan arti bahwa ada sumber alternatif informasi atau ada suatu
kebocoran yang umum dan eksploitasi atau inside information. Givoly dan Palmon 1982 dalam Na’im 1999 berpendapat bahwa adanya fenomena
semacam itu akan menyadarkan pentingnya ketepatan waktu karena sumber informasi alternatif akan lebih mahal dari pada perbaikan atas ketepatan
waktu informasi akuntansi itu sendiri. PSAK N0.1 Paragraf 38 IAI, 2007 menyatakan bahwa factor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan
tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidak mampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.
Chambers dan Penam 1984:21 dalam Bandi 2002 mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara, yaitu 1 ketepatan waktu
didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan, dan 2 ketepatan waktu ditentukan
dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Sedangkan menurut Dyer dan McHugh, dalam penelitian Bandi
dan Tri Hananto 2002, ada tiga kriteria keterlambatan, yaitu : 1.
Keterlambatan audit Auditors’ Report Lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor
ditandatangani.
2. Keterlambatan Pelaporan Reporting Lag yaitu interval jumlah hari
antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh BEJ.
3. Keterlambatan total Total Lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal
periode pelaporan keuangan sampai tanggal tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.
2.2.6 Regulasi Publikasi Laporan Keuangan
Menurut undang-undang UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dinyatakan secara jelas bahwa perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan berkala dan laporan incidental lainnya kepada BAPEPAM. BAPEPAM melalui keputusan ketua Bapepam No.80 tahun
1996, dengan peraturan nomor X.K.2, mengatur perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal untuk berkewajiban menyampaikan laporan
keuangan secara berkala tahunan dan tengah tahunan kepada BAPEPAM dan mempublikasikan kepada masyarakat luas melalui media massa
nasional. Kemudian untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi
kepada publik, diberlakukanlah ketentuan terbaru yang mengatur mekanisme
pelaporan keuangan berkala dibentuk berdasarkan Kep-17PM2002 oleh BAPEPAM.
Pembaruan ini mengubah jangka waktu laporan keuangan tahunan auditan yang semula paling lambat dalam 120 hari diubah menjadi selambat-
lambatnya pada akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Dalam peraturan BAPEPAM ini menyatakan bahwa
laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntansi dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM. Regulasi
pelaporan keuangan secara berkala juga didukung oleh Direksi PT Bursa Efek Jakarta melalui keputusan Nomor : Kep-155BEJ05-2003 tentang
Pelaporan Anggota Bursa Efek. Inti dari keputusan ini adalah mewajibkan setiap anggaota Bursa Efek untuk menyampaikan laporan keuangan berkala
ke Bursa.
2.2.7 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Berdasarkan penelitian terdahulu banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam ketepatan waktu penyampaian
pelaporan keuangan. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya :
2.2.7.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perushaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan,
kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin
besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat.
Dyer dan McHugh 1975, Carslaw dan Kaplan 1991 dan Owusu- Ansa 2000 dalam artikel Googel 2009 menemukan bahwa ukuran
perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ukuran proksi yang mereka gunakan
untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan total asset. Bukti empiris yang ada menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki asset yang
lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki asset yang lebih kecil. Mereka berargumen bahwa perusahaan yang
memiliki sumber daya asset yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih
canggih memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dan investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan
perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik.
Hasil penelitian oleh Bandi dan Tri Hananto 2002 menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi
memiliki hubungan positif dengan keterlambatan penyelesaian penyampaian laporan keuangan. Begitu pula dengan hasil penelitian Na’im 1999
menunjukan bahwa ukuran perusahaan diukur dengan total asset dan total penjualan tidak secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Made Gede 2008 menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan, dan
memiliki jenis hubungan negatif terhadap rentan waktu penyelesaian penyajian laporan keuangan auditan, dengan kata lain memiliki hubungan
negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.
2.2.7.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang dan
laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Penelitian Dyer dan Mchugh 1975 dalam artikel Google 2009
menunjukan bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya jika mengalami
rugi. Carslaw dan Kaplan 1991 dalam artikel Google 2009 menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian meminta auditornya untuk
menjadwalkan pengauditanya lebih lambat dari yang seharusnya, akibatnya penyerahan laporan keuangannya terlambat. Kedua penelitian ini
menyatakan bahwa perusahaan akan cenderung menunda penyampaian laporan keuangan apabila perusahaan yakin terdapat berita buruk dalam
laporan keuangan tersebut, karena pengaruh pada ekuitas laba. Dari hasil penelitian Na’im 1999 menunjukan bahwa profitabilitas secara signifikan
mempengaruhi ketepatan pelaporan keuangan dan memiliki hubunagan yang negatif dengan keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik akan
cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal ini mangandung
berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu penyerahan laporan keuangannya.
2.2.7.3 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan. secara umum
hutang lancar dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hutang jangka pendek, hutang dagang, dan hutang akrual Accrued Liabilities
White,2002:126 dalam Amilia dan Setiady, 2006. Sedangkan aktiva lancar perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu kas dan setara kas,
sekuritas yang diperdagangkan, piutang, persediaan dan biaya dibayar dimuka White, 2002:126 dalam Amilia dan Setiady, 2006.
Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rasio yang dibandingkan sumber-sumber kas dengan hutang lancar dan rasio yang
membandingkan arus kas dengan hutang lancar White, 2002:127 dalam Amilia dan Setiady, 2006.
Penelitian Suharli dan Rachpiliani 2006 dalam artikel Google 2009 memberikan bukti empiris bahwa likuiditas mempengaruhi ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan dan memiliki hubungan searah. Apabila perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin
besar, ini berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menutupi
kewajiban jangka pendeknya. Hasil penelitian Amilia dan Setiady 2006 menunjukan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap
penyelesaian penyajian laporan keuangan Lag. Logika teorinya adalah semakin besar rasio likuiditas, maka hal itu menunjukan kondisi yang baik
dari suatu perusahaan.
2.2.7.4 Umur Perusahaan
Perusahaan biasanya didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas panjang, tidak didirikan hanya beberapa tahun saja Keiso
Weygandt, 2002:05. Owusu-Ansah 2000 dalam Laila dan Irawati 2006 mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung
untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh
pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu.
Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh 2004 dalam Laila dan Irawati 2006 menunjukan bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan, dan memiliki hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajain laporan keuangan, dengan kata lain, memiliki hubungan positif
terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hal ini tidak sesuai dengan logika teori yang disajikan oleh Rachmaf Saleh 2004.
Penelitian tersebut mengacu pada logika teori penelitian Rachmaf Saleh 2004 dalam Laila dan Irawati 2006. Perusahaan yang telah
memiliki banyak pengalaman mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pengolahan informasi dan cara mengatasinya, serta telah merasakan
perubahan-perubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya, maka perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani perubahan
yang akan terjadi. Hal tersebut membuat perusahaan mampu menyajikan laporan
keuangan lebih tepat waktu. Dengan demikian umur perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian
penyajian laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian Laila dan Irawati 2006 menunjukan bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap ketepatan waktu laporan keuangan.
2.2.7.5 Rasio Gearing
Rasio gearing merupakan salah satu rasio financial leverage. Leverage mengacu pada seberapa jauh seberapa jauh suatu perusahaan
bergantung pada kreditor dalam membiayai aktiva perusahaan. Weston dan Copeland 1995 dalam Laila dan Irawati 2006 menyatakan bahwa rasio
leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh pengunaan hutang.
Leverage keuangan dapat diartikan sebagai pengunaan asset dan sumber dana source of fund oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap
dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti memiliki
banyak hutang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut memiliki resiko keuangan yang tinggi karena mengalami kesulitan keuangan
financial distress akibat hutang yang tinggi. Penelitian Schwartz dan Soo 1986 dalam Na’im 1999
menunjukan bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya
dibanding perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan juga merupakan berita buruk bad news sehingga perusahaan
dengan kondisi seperti ini cenderung tidak tepat waktu dalam pelaporan keuangannya. Dari hasil penelitian Na’im 1999 beserta Laila dan Irawati
2006 menunjukan bahwa rasio gearing tidak secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu keuangan .
2.2.8 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan Dengan Ketepatan Waktu
Ukuran perusahaan yang besar akan meningkatkan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Rachmaf Saleh, 2004 dalam Amilia dan
Setiady, 2006 . Pelaporan keuangan menjadi bertambah penting bagi
perusahaan, karena perusahaan menawarkan atau menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat umum. Oleh sebab itu harus di laporkan tepat waktu.
Pemilik perusahaan tidak lagi perorangan atau sekelompok orang, tetapi terdiri dari para investor yang umumnya tidak mempunyai akses langsung
kepada sumber informasi, tetapi hanya semata-mata menyandarkan diri pada informasi dalam pelaporan keuangan yang disampaikan oleh manajemen.
Pengungkapan dalam pelaporan keuangan mempunyai arti penting dalam pengambilan keputusan investasi. Prof. Dr. Bambang Subroto, SE, AK, MM
dalam artikel online Googel berjudul Pengungkapan Pelaporan Keuangan:
Sarana Menuju Keterbukaan Perusahaan Publik . Menurut SAK 2009: 1.7 manfaat dari laporan keuangan berkurang
jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan
oleh suatu perusahaan. Dyer dan McHugh 1975:204 dalam Bandi 2002 menyampaikan bahwa ketepatan waktu pelaporan merupakan elemen pokok
bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan
dengan prediksi dan perubahan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat
baru.
2.2.9 Hubungan Antara
Profitabilitas Dengan Ketepatan Waktu
Dengan profitabilitas yang rendah maka perusahaan menjadi tidak
mematuhi peraturan ketepatan waktu Na’im, 1999. Melihat pentingnya
kegunaan laporan keuangan maka di perlukan suatu kepatuhan compliance theory terhadap regulasi yang berlaku khususnya regulasi tentang ketepatan
waktu pelaporan keuangan. Ahmadi Hadibroto Googel, 2009 pernah mengingatkan betapa pentingnya kepatuhan compliance theory dalam
menerapkan standar akuntansi secara keseluruhan, sebab kalau tidak, laporan keuangan yang dihasilkan akan menjadi sumber petaka. Faktor penyebab
ketidakpatuhan adalah : kerumitan perhitungan, lemahnya penegakan hukum,
inkonsistensi standar, dan kehendak manajemen. 2.2.10 Hubungan Antara Likuiditas Dengan Ketepatan Waktu
Logika teorinya adalah semakin besar rasio likuiditas, maka hal itu menunjukan kondisi yang baik dari suatu perusahaan sehingga pelaporan
keuangan menjadi tepat waktu Amilia dan Setiady, 2006. Ketepatan waktu
pelaporan keuangan juga berhubungan dengan signaling theory yang memberikan peluang untuk mengintegrasikan teori interaktif dari manfaat
sosial dan komunikasi simbolis dengan teori terkait tindakan dan adaptasi
strategi individu Bird dan Smith, 2005 dalam Made Gede, 2008. Teori ini dikembangkan dalam literatur ekonomi dan keuangan, yang secara eksplisit
menjelaskan fakta bahwa inside perusahaan manajer dan direktur secara umum memiliki informasi yang lebih baik mengenai kinerja perusahaan saat
ini dan prospek mendatang perusahaan, dibandingkan dengan autside investors.
Pendekatan signaling theory bagi fenomena ini terjadi bilamana terdapat kekuatan pasar yang dapat mempengaruhi prilaku manajemen dalam
mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan keyakinan pasar terhadap nilai perusahaanya. Ada kecenderungan bahwa manajemen memiliki
informasi yang bersifat privat atas nilai perusahaan yang sebenarnya Scott, 2000:421 dalam Made Gede, 2008 . Prilaku manajemen perusahaan yang
tepat waktu atau menunda publikasi laporan keuangan merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan dianggap memiliki indikasi signal tertentu
sehingga pasar cenderung bereaksi. 2.2.11 Hubungan Antara Umur Perusahaan Dengan Ketepatan Waktu
Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung lebih terampil dalam pembuatan laporan keuangan sehingga tidak butuh waktu yang lama
untuk menyampaikan laporan keuangan. Rachmaf Saleh, 2004 dalam Amilia dan Setiady, 2006. Teori keagenan Agency Theory merupakan basis teori
yang mendasari praktek bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan
teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang member wewenang prinsipal yaitu investor dengan pihak
yang menerima wewenang agensi yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contrct” Google, 2009.
Hal ini memperlihatkan kepentingan investor kepada manajer yang menuntut hasil akhir berupa laporan keuangan yang tepat waktu agar dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan berinteraksi dan untuk mengetahui
informasi lainnya terkait kepentingan sebagai investor. Perbedaan
“kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asimetri kesenjangan informasi antara Pemegang
Saham Stakeholders dan organisasi Google, 2009. Ditegaskan oleh Watts 1992 dalam artikel Google 2009 bahwa hubungan agensi kaitannya dengan
laporan keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik.
2.2.12 Hubungan Antara Rasio Gearing Dengan Ketepatan Waktu
Rasio financial laverage yang tinggi mengindikasikan kesulitan keuangan bad news yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata
publik sehingga pelaporan keuangan menjadi tertunda Hendriksen dan Breda,
2002 dalam Laila dan Irawati, 2006. Bagi perusahaan, hendaknya mematuhi
peraturan compliance theory-perspektif normatif dalam mengungkapkan informasi bagi pihak-pihak pengguna atau pemakai sehingga tidak terjadi
asimetri informasi agency theory.
Akuntabilitas dan transparansi setiap proses bisnis dalam organisasi memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga pelanggaran yang
dilakukan dapat diketahui dan diberikan sanksi tanpa kompromi. Pelanggaran tersebut harus diumumkan pada publik dan tindakan apa yang akan diambil
untuk menciptakan kontrol agar tidak terjadi “permainan” sehingga bisa lolos dari sanksi yang berat. Perusahaan yang terbukti melanggar harus
mendapatkan sanksi sehingga dapat menimbulkan efek “kapok” bagi perusahaan. Adapun kontrol sosial yang efektif diterapkan dengan cara
diberlakukannya aturan dan hukum formal serta bentuk-bentuk sanksi yang resmi.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa premis-premis yang akan membuat
kerangka pikir penelitian untuk memecahkan permasalahan diatas, sehingga
dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis, adapun premis-premis tersebut adalah sebagai berikut :
Premis 1 Ketersediaan informasi merupakan suatu fungsi dari ukuran
perusahaan yang berpengaruh terhadap ketidak patuhan dan keterlambatan laporan keuangan Amilia dan Setiady,2006.
Premis 2 Besar rasio profitabilitas akan menunjukan keberhasilan perusahaan dengan menghasilkan keuntungan dari tingkat evektifitas yang
dicapai oleh suatu oprasional perusahaan Na’im, 1999. Premis 3 Besarnya rasio likuiditas menunjukan kondisi yang baik dari suatu
perusahaan dalam menutup melunasi kewajiban jangka pendeknya Amilia dan Setiady, 2006.
Premis 4 Umur perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan akan kelangsungan hidupnya dan menjadi bukti bahwa perusahaan lebih
terampil menghasilkan pelaporan keuangan Amilia dan Setiady, 2006.
Premis 5 Financial Leverage yang tinggi menunjukan risiko financial atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya Laila dan Irawati, 2006.
Premis 6 Ketepatan waktu penundaan publikasi laporan keuangan merupakan suatu tindakan yang dapat dipahami dan dianggap memiliki indikasi
signal tertentu Teori Signaling, Made Gede, 2008 . Premis
7 Betapa pentingnya kepatuhan compliance theory dalam menerapkan standar akuntansi secara keseluruhan, sebab kalau
tidak, laporan keuangan yang dihasilkan akan menjadi sumber petaka Ahmadi Hadibroto, Google, 2009.
Premis 8 Hubungan agensi kaitannya dengan laporan keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik Teori
Keagenan, Watts, 1992 . Berdasarkan uraian premis diatas, maka dapat disusun suatu kerangka
pikir sebagai berikut :
Berikut ini
adalah diagram kerangka berpikir :
Variabel Independen
X Variabel Dependen Y
Analisis Regresi Logistik
Gambar 6 : Diagram Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis