Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM di Kota Cimahi

4.3. Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM di Kota Cimahi

Secara konseptual pemberdayaan UMKM terutama dapat dilakukan dengan sistim pemberdayaan pelaku UMKM itu sendiri. Keberhasilan pemberdayaan sangat bergantung pada partisipasi UMKM sebagai pelaku maupun stakeholder lain yang turut serta dan berperan dalam pengembangannya. Dalam hal ini lebih banyak menitikberatkan pada metode “ bottom up ”, dimana perencanaan lebih diupayakan menjawab kebutuhan UMKM dan dilakukan secara partisipatif. Dalam praktek untuk menggugah partisipasi masyarakat, sasaran langkah langkah yang dapat dilakukan adalah 1 Identifikasi Potensi, 2 Analisis Kebutuhan, 3 Rencana Kerja Bersama, 4 Pelaksanaan, 5 Monitoring dan Evaluasi. Pertama, identifikasi potensi dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik sumber daya manusia SDM UMKM dan lingkungan internalnya baik lingkungan sosial, ekonomi dan sumberdaya alam SDA khususnya yang terkait dengan usahanya, maupun lingkungan eksternal usaha. Dengan langkah ini diharapkan setiap gerak kemajuan dapat bertumpu dan memanfaatkan kemampuan dan potensi wilayahnya masing-masing. Dalam identifikasi ini melibatkan stakeholder UMKM dan tokoh masyarakat maupun instansi terkait. Kedua, analisis kebutuhan. Dari hasil identifikasi ditindaklanjuti dengan analisis kebutuhan. Pada tahapan ini analisis dilakukan oleh perwakilan UMKM yang dapat difasilitasi oleh Perguruan Tinggi LSM BDS Bussines Development Services maupun instansi terkait untuk memberikan fasilitasi dan pandangannya tentang berbagai kebutuhan dan kecenderungan produk dan pasar. Dengan pola analisis kebutuhan semacam ini diharapkan mampu mendorong terwujudnya manifestasi kebutuhan UMKM selaku individu pengusaha maupun sebagai anggota kelompok. Dengan demikian antara individu pengrajin maupun kelompok dapat diharapkan saling beriringan dan saling mendukung dalam mencapai tujuan kemajuan bersama. Ketiga, merumuskanmembuat program kerja bersama. Setelah kebutuhan dapat ditentukan, langkah berikutnya adalah merumuskanmembuat program kerja bersama untuk mencapai kondisi yang diinginkan berdasarkan skala prioritas yang ditetapkan bersama. Dalam tahap ini pihak luar baik BDS maupun instansi terkait berperan sebagai fasilitator. Keempat, pelaksanaan program kerja. Jika program kerja telah disepakati, maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan program kerja. Dalam tahap ini fungsi instansi pemerintah terkait selaku fasilitator pemenuhan kebutuhan UMKM, sedangkan PT LSM dapat bertindak selaku BDS dengan memberikan jasa konsultansi. Sebagai konsultan, idealnya BDS harus mendapatkan jasa dari layanan yang diberikan kepada UMKM, karena tidak mudah untuk menarik biaya konsultasi dari UMKM maupun kelompoknya, maka yang terpenting adalah adanya keiikutsertaan pengusaha UMKM dalam bentuk kontribusi membantu pelaksanaan program kerja khususnya pelatihan-pelatihan peningkatan ketrampilan, proses produksi maupun manajemen usaha UMKM. Sumber pembiayaan utama pengembangan UMKM masih mayoritas dari pihak ketiga baik pemerintah maupun swasta, namun diharapkan UMKM dalam jangka panjang sedikit demi sedikit mampu mandiri dan mampu memberikan balas jasa yang diterima dari lembaga konsultan BDS. Kondisi ini juga perlu didukung lembaga konsultan yang professional. Untuk kondisi awal pengembangan UMKM, maka peran pemerintah seperti Deperindag dan Departemen Koperasi UKM masih sangat perlu. Kebutuhan akan permodalan UMKM salah satunya dapat dipenuhi dengan fasiltiasi BDS sebagai Konsultan Keuangan Mitra Bank KKMB bagi pengrajin maupun kelompok. KKMB ini lahir sebagai perubahan paradigma baru terhadap UMKM dari perbankan bahwa: 1 UMKM mempunyai potensi menabung; 2 bank perlu aktif menjemput Bola; 3 UMKM membutuhkan kemudahan memperoleh kreditlayanan perbankkan; 4 bank perlu memobilisasi tabungan dari UMKM; 5 biaya dapat ditekan melalui pendekatan kelompok; 6 resiko dapat ditekan melalui pendekatan kelompok. Selain bank memberikan kredit sebagai tugas utamanya, bank dapat membantu UMKM dengan memberikan pendampingan Technical Assistant baik dilakukan oleh bank sendiri atau bekerjasama dengan PTLSMBDS pendamping. Kelima, monitoring dan evaluasi. Dari hasil pelaksanaan program kerja dilakukan monitoring dan evaluasi, tidak saja untuk mengetahui apakah yang dikerjakan sudah sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan, namun juga untuk membuat penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan UMKM. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di Kota Cimahi dan faktor yang menghambat selama ini, maka kedepannya, Pemerintah Kota Cimahi diharapkan dapat merealisasikan langkah-langkah yaitu : Pertama, penciptaan iklim usaha yang kondusif. Pemerintah Kota Cimahi perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. Kedua, bantuan permodalan. Pemerintah Kota Cimahi perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura . Pembiayaan untuk UMKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro LKM yang ada maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro bank antara lain: BJB Mikro dan Bank Perkreditan Rakyat BPR. Ketiga, perlindungan usaha. Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan win- win solution . Keempat, pengembangan kemitraan. Pengembangan kemitraan yang diarahkan untuk saling membantu antar UMKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Selain itu, juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, UMKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh sebab itu, Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi lokal, regional dan nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya. Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah Kota Cimahi ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi perlu untuk dilakukan. UMKM memiliki peran penting dalam pengembangan usaha. UMKM juga merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar, bahkan hampir semua usaha besar berawal dari UMKM. Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM harus terus ditingkatkan up grade dan aktif agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak, UMKM di Indonesia yang merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak akan bisa maju dan berkembang. Satu hal yang perlu diingat dalam pengembangan UMKM adalah bahwa langkah ini tidak semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah. Pihak UMKM sendiri sebagai pihak yang dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama dengan Pemerintah. Selain Pemerintah dan UMKM, peran dari sektor Perbankan juga sangat penting terkait dengan segala hal mengenai pendanaan, terutama dari sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan perbankan. Lebih jauh lagi, terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari para investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat pula kita kesampingkan. Pemerintah Kota Cimahi pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UMKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi yang selama ini kerap menjadi pembicaraan di seminar atau konferensi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha UMKM, antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan layanan pengembangan usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan kompetisi. Perlu disadari, UMKM berada dalam suatu lingkungan yang kompleks dan dinamis. Jadi, upaya mengembangkan UMKM tidak banyak berarti bila tidak mempertimbangkan pembangunan khususnya ekonomi lebih luas. Konsep pembangunan yang dilaksanakan akan membentuk ‘aturan main’ bagi pelaku usaha termasuk UKM sehingga upaya pengembangan UMKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil penelitian, Pemerintah Kota Cimahi akhirnya dapat memperjelas program pemberdayaan UMKM dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pemberdayaan Dan Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kota Cimahi. Dalam Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pemberdayaan Dan Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kota Cimahi, konsep penumbuhan iklim usaha menjadi tugas Pemerintah Kota Cimahi yang menyebutkan bahwa 5 : 1 Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim usaha Koperasi dan UMKM yang meliputi aspek: a. pendanaan; b. sarana dan prasarana; c. informasi usaha; d. kemitraan; e. perizinan usaha; f. kesempatan berusaha; g. promosi dagang; dan h. dukungan kelembagaan. 5 Pasal 35 Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pemberdayaan Dan Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Kota Cimahi 2 Dunia usaha dan masyarakat berperanserta secara aktif membantu Pemerintah Daerah dalam menumbuhkan iklim usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 3 Penumbuhan iklim usaha bagi usaha mikro dapat dilakukan dalam bentuk: a. Pendidikan dan pelatihan serta fasilitasi kelembagaan dan usaha; b. Fasilitasi perkuatan permodalan; c. Fasilitasi promosi hasil produksi. 4 Untuk memperoleh penumbuhan iklim usaha sebagaimana disebutkan pada ayat 3, usaha mikro wajib menyerahkan surat keterangan domisili perusahaannya yang diterbitkan oleh Kelurahan dan Kecamatan. 5 Penumbuhan iklim usaha bagi usaha kecil dan menengah dapat dilakukan dalam bentuk : a. Pendidikan dan pelatihan serta fasilitasi kelembagaan dan usaha; b. Fasilitasi perkuatan permodalan; c. Fasilitasi Hak Atas Kekayaan Intelektual HaKI. Aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam uraian di atas dilaksanakan untuk memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM di daerah dalam mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, memperbesar pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh koperasi dan UMKM di daerah, memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, membantu para pelaku usaha Koperasi dan UMKM di Daerah untuk mendapatkan pembiayaan dan jasaproduk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah. Khusus mengenai aspek pendanaan terhadap UMKM ini, Pemerintah Kota Cimahi dapat menyediakan pembiayaan dari APBD Kota Cimahi. Aspek sarana dan prasarana dilaksanakan untuk menyediakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan UMKM dan memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi koperasi dan UMKM. Aspek informasi usaha dilaksanakan untuk membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis koperasi dan UMKM, yang terintegrasi dengan data dan jaringan bisnis tingkat nasional maupun internasional, mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, serta kualitas produk barangjasa koperasi dan UMKM dan memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi pelaku usaha koperasi dan UMKM. Aspek Kemitraan dilaksanakan untuk mewujudkan kemitraan antar koperasi dan UMKM, mewujudkan kemitraan antara koperasi dan UMKM dengan Usaha Besar, mendorong terjadinya kemitraan usaha yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar koperasi dan UMKM, mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antara Koperasi dan UMKM dengan Usaha Besar, mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Koperasi dan UMKM, mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin pertumbuhan persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen dan mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan koperasi dan UMKM. Aspek perizinan usaha, dilaksanakan untuk menyederhanakan tatacara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu. Koperasi atau UMKM dapat memperoleh izin jenis usaha sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. Aspek kesempatan berusaha, dilaksanakan untuk menentukan perun- tukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima serta lokasi lainnya, menetapkan alokasi waktu berusaha untuk koperasi dan UMKM pada sub sektor perdagangan retail, mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun temurun, menetapkan bidang usaha yang dicanangkan untuk koperasi dan UMKM serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar, dengan syarat harus bekerjasama dengan koperasi dan UMKM, melindungi usaha koperasi dan UMKM yang bersifat strategis, mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh koperasi dan UMKM melalui pengadaan secara langsung, memprioritaskan pelaku usaha koperasi dan UMKM di daerah dalam pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan memberikan bantuan konsultansi hukum dan pembelaan. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan di atas dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Aspek promosi dagang, dilaksanakan untuk meningkatkan promosi produk koperasi dan UMKM, memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk koperasi dan UMKM, memberikan insentif untuk koperasi dan UMKM yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk koperasi dan UMKM dan memfasilitasi pemilikan Hak atas Kekayaan Intelektual HaKI untuk peningkatan kualitas produk dan desain koperasi dan UMKM dalam kegiatan usaha di dalam negeri dan ekspor. Aspek dukungan kelembagaan dilaksanakan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, Lembaga Penjaminan Daerah, Lembaga Pembiayaan Daerah, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan koperasi dan UMKM di daerah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Program USDRP Urban Sector Development Reform Program , Bank Dunia mendukung implementasi agenda reformasi dan investasi di kota dan kabupaten yang berpartisipasi dalam program USDRP. Khusus Kota Cimahi USDRP mengidentifikasi dan mengembangkan klaster ekonomi yang akan menjadi fokus dalam pengembangan ekonomi lokal, sehingga USDRP memberikan berbagai dukungan yang salah satunya melalui pelaksanaan kajian “Identifikasi dan Pengembangan Klaster Ekonomi untuk Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Cimahi ”. 6 6 Dalam kajian USRDP Terkait tujuan dari fasilitasi mendorong Kota Cimahi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan klaster ekonomi yang akan menjadi fokus dalam pengembangan ekonomi lokal, maka USDRP memberikan berbagai dukungan salah satunya melalui pelaksanaan kajian “Identifikasi dan Pengembangan Klaster Ekonomi untuk Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Cimahi ” tahun 2012. Bappeda Kota Cimahi. Pada dasarnya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan dan pengembangan klaster ekonomi di daerah. Pertama adalah klaster harus mampu memberikan stimulus bagi pengembangan ekonomi lokal dalam arti klaster mampu menyediakan lapangan pekerjaan khususnya bagi masyarakat daerah. Dalam konteks ini, adanya klaster diharapkan mampu menyerap atau melibatkan sebanyak-banyaknya tenaga kerja di daerah dalam berbagai proses “kreatif” terkait pengembangan ekonomi lokal. Kedua, klaster harus mempunyai kemampuan dalam melibatkan semua potensi ekonomi di daerah. Dalam hal ini, klaster yang ideal adalah klaster yang memiliki keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sangat kuat. Untuk menciptakan klaster yang demikian ini, maka spesialisasi diperlukan. Dengan demikian, idealnya klaster memiliki sub klaster-sub klaster dengan spesialisasi yang berbeda satu sama lain, tetapi bersifat saling mendukung, saling terkait dan menopang satu sama lain, sehingga tidak semua sub-klaster harus menghasilkan produk akhir yang sama. Ketiga, sebisa mungkin lokasi klaster saling berdekatan. Hal ini untuk memudahkan kontak atau hubungan misalnya dengan pemasok, pemodal misal: bank serta pengembangan dan peningkatan kapasitas usaha dan klaster itu sendiri. Seperti halnya kota-kota lain di Indonesia, karakteristik daerah perkotaan juga melekat pada Kota Cimahi tercermin dari dominasi yang kuat pada sektor industri dan jasa dibanding sektor lainnya. Perekonomian Kota Cimahi selama ini ditopang oleh tiga sektor andalan utama yaitu sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa pemerintahan dan swasta. Terkait dengan tiga sektor ini, setidaknya ada beberapa sub sektor yang berkembang pesat dan memiliki potensi untuk menjadi klaster ekonomi lokal di Kota Cimahi. Ketiga sub-sektor tersebut adalah makanan dan industri pengolahan makanan yang terkait dengan wisata kuliner, komponen suku cadang otomotif, dan industri garmentekstil. Berdasarkan lokasinya, produk lokasi produksi dan pemasaran makanan relatif tersebar, sementara industri tekstil khususnya pemasok limbah tekstil lebih dominan di wilayah Kecamatan Cimahi Selatan. Bagian berikut akan menguraikan secara lebih mendetail tentang potensi-potensi klaster ekonomi yang dapat dikembangkan di Kota Cimahi. Pendekatan yang akan digunakan sebagai alat analisis adalah model porter. Model porter, seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya menekankan pada beberapa hal diantaranya: faktor input, permintaan, industri pendukung, termasuk dukungan insitusi seperti pemerintah daerah. Dari analisis makro dan analisis deskriptif, dapat ditarik beberapa klaster ekonomi yang potensial di Kota Cimahi, yaitu: a. Industri makanan dan minuman, b. Industri tekstil dan garmen, c. Industri kerajinan atau handycraft dan d. Perdagangan Pertama, Klaster Industri Makanan Olahan Wisata Kuliner. Salah satu produk andalan Kota Cimahi adalah produk makanan olahan kering. Berdasarkan data Potensi 2012, di Kota Cimahi terdapat 415 industri makanan dan minuman yang tersebar secara merata di tiga kecamatan, Cimahi Selatan, Tengah dan Utara. Jumah industri tersebut belum termasuk industri rumah tangga yang merupakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM yang jumlahnya ratusan. Meskipun secara umum makanan olahan hampir diproduksi oleh sebagain besar wilayah di Indonesia, dan beberapa daerah yang bersebelahan dengan Kota Cimahi seperti Kota Bandung, Kota Cimahi memiliki beberapa produk yang diklaim memiliki keunikan yaitu: Comring oncom kering, Sumpia, Kripik Setan, dan Dendeng Jantung Pisang. Comring atau kependekan dari combro atau oncom kering merupakan jenis makanan yang dibuat dari bahan utama singkong dan diolahdicampur dengan cabe, bawang, gula, garam, dan ketumbar. Sebagian besar produsen Comring merupakan UKM yang berbasis industri rumah tangga. Meskipun produk ini sudah lama dihasilkan oleh industri rumah tangga di Kota Cimahi, namun jenis makanan olahan ini masih kurang populer dan belum dikenal oleh masyarakat luas, khusunya di luar Kota Cimahi. Selain produk-produk di atas, beberapa produk sedang dicoba untuk dikembangkan, antara lain produk olahan dari bahan baku singkong seperti “Kripik Setan” dan produk makanan berbahan baku jantung pisang, yaitu “Dendeng Jantung Pisang”. Dengan berbagai potensi produk makanan olahan yang dihasilkan, makan klaster makanan olahan layak dikembangkan sebagai klaster utama di Kota Cimahi. Pertimbangan lainnya adalah bahwa industri makanan olahan merupakan salah satu industri utama yang memiliki kandungan lokal besar, baik dari sisi input bahan baku yang digunakan maupun dari kapasitas industri tersebut dalam melibatkan banyak tenaga kerja lokal oleh karena sifatnya sebagai industri rumahan. Di satu sisi, perekonomian di Kota Cimahi didominasi oleh sektor non- pertanian seperti industri pengolahan, tekstil dan jasa-jasa. Di sisi lain, berbagai produk khususnya makanan olahan menggunakan bahan baku yang berasal dari sektor pertanian seperti singkong sebagai bahan baku Comring dan Kripik. Oleh karena itu, faktor input atau bahan baku perlu mendapat perhatian bagi pengembangan produk makanan olahan baik dari sisi kuantitas atau ketersediaan maupun kualitas bahan baku. Sebagai contoh, bahan baku Combring saat ini sebagian besar dipasok dari wilayah Cimahi, yaitu Cirendeu. Pasokan Singkong Cirendeu sampai saat ini masih bisa memenuhi permintaan industri makanan olahan berbahan baku singkong di Kota Cimahi. Dengan demikian, pasokan dari luar Cimahi masih relatif terbatas. Namun demikian, pada beberapa kasus Cirendeu belum bisa menghasilkan Singkong dengan kualitas bagus yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas produk akhir, Comring maupun Keripik. Oleh karena itu, riset guna mendukung perbaikan kualitas Singkong Cirendeu harus terus dilakukan sehingga bisa memenuhi kebutuhan di Kota Cimahi. Pada kasus- kasus lain, misalnya produk “dendeng jantung pisang”, ketersediaan bahan baku dari wilayah Cimahi sendiri masih terbatas. Hal ini menyebabkan produk ini belum bisa dihasilkan secara masal. Bahkan, seringkali ketika terjadi peningkatan permintaan industri-industri rumahan ini belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Dengan melihat bahwa lahan pertanian di Kota Cimahi relatif terbatas, maka untuk menjaga rantai pasokan bahan baku tersebut, perlu dipikirkan terobosan-terobosan baru melalui riset untuk menuju intensifikasi produksi bahan baku. Sementara itu, dilihat dari input sumber daya manusia, keberadaan industri rumah tangga UMKM penghasil produk makanan olahan menjadi kelebihan tersendiri dan aset dari industri ini di Kota Cimahi. Dengan lokasi industri rumah tangga yang tersebar di hampir semua lokasi, maka tantangan bagi pengembangan klaster makanan di Kota Cimahi terkait dengan upaya mengintegrasikan industri makanan olahan menjadi satu industri besar yang saling terkait, baik dari sisi pemanfaatan input maupun pemasaran hasil produk. Peranserta Pemerintah Kota Cimahi dalam pengembangan industri makanan di Kota Cimahi adalah persoalan koordinasi antarpelaku kegiatan ekonomi. Hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah antara lain membuat sentra-sentra produksi dan pemasaran. Terkait dengan pengembangan KUMKM di Kota Cimahi, saat ini Pemerintah Kota Cimahi sedang dalam proses pembangunan infrastruktur untuk menunjang pemasaran produk KUMKM, yaitu yang disebut Baros Information and Technology Cimahi BITC. Di samping itu, Pemerintah Kota Cimahi memberikan insentif kepada UMKM terkait kemudahan akses untuk ijin usaha. Kedua, Klaster Fashion dan Tekstil: Limbah industri tekstil dan batik Cimahi. Di Kota Cimahi terdapat dua potensi klaster terkait industri fashion dan tekstil, yaitu pengolahan limbah tekstil dan batik khas Cimahi. Kawasan Cimahi selatan merupakan sentra industri tekstil. Berdasarkan data dari dinas PU tata ruang, bahwa sebagian besar alih fungsi yang terjadi di Cimahi Selatan diperuntukkan untuk pengembangan industri pengolahan limbah, bengkel bubut, pembuatan makloon, industri rumah tangga keset dan komponen kendaraan spare part, seperti pembuatan karet. Potensi industri pengolahan limbah di daerah ini cukup besar. Pada dasarnya industri ini mengolah ulang recycle limbah tekstil untuk ditingkatkan nilai tambahnya kembali. Bentuk-bentuk limbah tersebut antara lain benang dan kapas. Salah satu kawasan penghasil limbah tekstil terbesar adalah Kelurahan Utama. Sebagian besar limbah kain yang diperoleh dari industri tekstil, dikumpulkan oleh “pengumpul” dan diolahdibersihkan secara sederhana yang beberapa diantaranya adalah UMKM. Sementara itu, salah satu lapangan usaha yang dapat dikembangkan dalam klaster fashion adalah batik Cimahi. Beberapa motif batik Cimahi dinamakan berdasar daerah pembuatnya, misal Citeureup dan Cierendeu. Sayangnya, industri kerajinan batik belum menjadi produk masal. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, Perdagangan dan Pertanian Diskopindagtan Kota Cimahi, saat ini hanya terdapat 2 pengusahaperajin batik khas Cimahi yang secara konsisten memproduksi batik di samping memiliki akses pemasaran yang cukup baik. Sementara beberapa pengrajin batik merupakan industri rumah tangga yang berproduksi atas dasar ada-tidaknya pesanan atau permintaan. Permintaan dari produk limbah tekstil saat ini berasal dari daerah di luar Kota Cimahi, khususnya Surabaya. Bahan limbah tekstil kemudian akan diolah menjadi bahan alternatif pembuatan bahan kosmetik seperti kapas. Produk akhirnya adalah kapas kecantikan yang banyak digunakan oleh kaum wanita. Di samping itu, bahan limbah juga dapat diolah menjadi bahan-bahan keperluan rumah tangga seperti keset dan handuk. Dari informasi yang diperoleh, limbah yang dibeli dengan harga sekitar Rp200kg, setelah diolah dijual kembali kepada “pengumpul besar” atau perusahaan seharga kira-kira Rp18.000kg. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap limbah cukup besar mengingat nilai jual yang cukup mahal. Sementara itu, permintaan akan produk batik Cimahi relatif kecil. Penyebabnya adalah harga jual yang relatif mahal dibandingkan batik-batik produksi daerah lain seperti Solo, Yogya, dan lainnya. Produksi yang belum bersifat masal dan dihasilkan oleh industri rumah tangga kecil, di samping bahan- bahan pembuat batik yang masih didatangkan dari luar wilayah Cimahi, menyebabkan harga jual batik mahal khusunya bagi masyarakat Cimahi. Demikian juga, pengembangan desainmotif belum begitu besar, sehingga belum dapat menyediakan pilihan-pilihan yang beragam bagi masyarakat pecinta batik. Industri Pendukung Terkait sebagai penghasil limbah tekstil yang cukup besar, Kota Cimahi belum memiliki industri pengolahan limbah sendiri. Kegiatan pengolahan yang selama ini dilakukan oleh usaha yang dikembangkan masyarakat masih bersifat tradisional. Demikian juga, industri pengolah limbah menjadi produk akhir bernilai tambah tinggi misal: kapas juga belum tersedia sehingga sebagain besar produk limbah harus dikirim ke luar daerah. Tantangan yang harus dijawab oleh pelaku ekonomi pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat untuk menangkap peluang ini adalah membangun atau menyediakan industri pengolahan limbah di Kota Cimahi. Dengan juga, terkait industri kerajinan batik, keberadaan industri desain grafis akan membantu pengembangan batik dan juga diversifikasi produk batik. Pengelolaan limbah saat ini masih bersifat sederhana, misalnya dengan cara dibersihkan dengan menggunakan bahan kimia. Strategi pemasaran perusahaan juga masih bertumpu pada “pengumpul” bagi perusahaan besar, yang berlaku sebagai monopsony. Dengan demikian keberlangsungan usaha-usaha pengolah limbah tersebut bergantung dari keberadaan para “pengumpul”. Selain itu, metode pengolahan limbah tergolong sederhana dan relatif berbahaya serta tidak ramah lingkungan. Untuk itu, diperlukan teknologi pengolahan yang lebih efisien beserta bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Untuk industri kerajinan batik, strategi produksi masih bertumpu pada keberadaan permintaan. Artinya, produksi hanya dilakukan jika ada permintaan. Belum terjadi adopsi teknologi untuk melakukan diversifikasi produk, misalnya dengan memproduksi batik cetak, tapi dengan motif khas Cimahi. Demikian juga, motif-motif yang dikembangkan selama ini kurang bervariasi. Persaingan di industri kerjainan batik sendiri tergolong rendah, apalagi sebagian besar pengrajin berproduksi hanya jika ada permintaan. Pengembangan motif dan desain yang beragam serta pemanfaatan teknologi dalam produksi akan meningkatkan kompetisi di level industri yang pada akhirnya akan menghasilkan diversifikasi produk. Pemerintah Kota Cimahi dapat mengambil peran sebagai fasilitasi antara industri pengolah limbah di level rumah tangga dan industri hilirnya yang membutuhkan bahan-bahan olahan limbah tekstil. Perlu insentif bagi munculnya usaha pengolahan limbah modern yang dapat mengkonversi limbah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Hal ini pada akhirnya akan mengalihkan pasar bagi industri rumah tangga saat ini dan memberikan nilai tambah yang besar pada perekonomian Kota Cimahi secara keseluruhan, khusunya dari sisi penyerapan tenaga kerja lokal. Di samping itu, kerjasama pemerintah melalui RDKC dengan dunia usaha, misalnya batik, dapat dilakukan dengan proses desain atau pengembangan motif dari batik Cimahi. Ketiga, Klaster Kerajinan Handycraft . Salah satu yang menjadi prioritas untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota Cimahi adalah klaster kerajinan Handycraft. Jenis kerajinan yang dikembangkan di Kota Cimahi antara lain, yaitu: Kerajinan Kayu: asbak, mainan anak, Kerajinan Kulit: sepatu, dompet, Kerajinan Logam dan Kaca: hiasan, kaligrafi, gamelan, piala, kompor biogas, oven LPG, peralatan Rumah Tangga, Anyaman: dari daun pandan, barang bekasdaur ulang, dan GerabahKeramik: asbak, vas bunga Pengembangan klaster kerajinan membutuhkan input sumber daya alam sebagai bahan baku pembuatan kerajinan. Misalnya kerajinan yang berbasis pada bahan baku alam, seperti anyaman pandan, vas bunga, dompet kulit. Kota Cimahi merupakan sebuah kota yang mempunyai keterbatasan lahan dan sumber daya alam. Dengan demikian bahan baku yang dibutuhkan untuk pengolahan atau pembuatan kerajinan handicraft harus didatangkan dari daerah lainnya. Nilai ekspor kerajinan tangan atau handicraft pada tahun 2011 diperkirakan bakal mencapai USS 660-720 juta. Angka tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan volume ekspor sekitar 10-20 persen. Pada tahun 2010 nilai ekspor handicraft hanya sebanyak USS 600 juta. Negara tujuan ekspor terbesar kerajinan tangan Indonesia adalah Amerika Serikat. Sementara untuk negara- negara di Asia, diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei. Industri pendukung maupun industri terkait di Kota Cimahi dapat dikatakan sangat mendukung. Hal ini terdapat banyak perusahaan-perusahaan industri besar dan sedang di sektor pengolahan. Selain itu, lembaga keuangan cukup membantu dalam hal menyuplay modal untuk menjalankan usaha kerajinan. Jumlah bank yang terdapat di Kota Cimahi dari tahun 2009 sampai 2009 mengalami perkembangan kenaikan yang cukup nyata. Pada Tahun 2013 jumlah bank umum sebanyak 25 unit, BPR 11 unit dan lembaga keuangan lainnya sebanyak 84 unit. Strategi pesaing, seperti yang dilakukan di Kota Bandung adalah menyediakan tempat khusus untuk pelancong yang menginginkan cidera mata dari seluruh hasil kerajinan penduduk Jawa Barat. Di Kota Bandung terdapat gedung Jabar Craft Center yang menyediakan produk-produk kerajinan. Terdapat lebih dari 150 jenis barang kerajinan dari seluruh Jawa Barat. Produk yang dipajang seperti wayang, angklung, patung bebek, asbak dari batu alam, bola, jaket, boneka, border, batik tulis, anyaman mendong, kerajinan tempurung kelapa serta tanduk, golok hias, tas, gerabah atau keramik, vas, topeng, kaligrafi, lukisan kaca, mainan edukatif, jam dinding, dan lampu gentur. Selain itu, terdapat pula miniatur pesawat terbang, perahu, dan alat musik. Pengrajin yang bisa menitipkan produk-produk kerajinan untuk dipamerkan dan tidak dipungut biaya. Lokasi bangunan pun strategis, karena berada di jalan utama Kota Bandung. Gedung yang dibuka empat tahun lalu itu terdiri dari tiga lantai. Dua lantai diantaranya untuk memajang produk. Selain Bandung, pusat kerajinan seperti anyaman pandan terdapat di Tasikmalaya. Tasikmalaya mempunyai strategi fokus dalam menjalankan strategi pengembangan kerajinan anyaman pandan kerajinan rajapolah. Berbagai jenis produk kerajinan rajapolah diproduksi di Tasikmalaya, seperti tas, topi, sandal, dan kerajinan rajapola lainnya. Pemerintah Kota Cimahi dapat mengambil peran sebagai fasilitasi antara industri kerajinan di level rumah tangga. Hal ini pada akhirnya akan mengalihkan pasar bagi industri rumah tangga saat ini dan memberikan nilai tambah yang besar pada perekonomian Kota Cimahi secara keseluruhan, khususnya dari sisi penyerapan tenaga kerja lokal. Di samping itu, kerjasama pemerintah melalui RDKC dengan pengrajin handicraft dapat dilakukan dengan proses desain atau pengembangan handicraft. Keempat, Klaster Baru: Industri Telematika. Klaster ini turut diangkat sebagai alternatif pilihan kluster dengan pertimbangan bahwa saat ini Kota Cimahi tengah mendukung dikembangkannya industri telematika dalam bentuk klaster sebagai bentuk pengembangan ekonomi lokal Kota Cimahi. Beberapa jenis industri telematika yang bisa dikembangkan antara lain, yaitu: Konten: Film dan Animasi, Layanan Aplikasi Telematika: e-government, e-learning e- development, Layanan Akses: Internet Data Center IDC, Sistem Integrasi, Instalasi dan Pemeliharaan Perangkat Telematika, Manufaktur Perangkat Telematika: Pabrik HP, Komponen Perangkat Telematika: Pabrik Pencetak Cassing dan Material Komponen Perangkat Telematika Pengembangan klaster telematika sangat membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang memadahi. Dukungan kesiapan akan sumber daya manusia paling tidak dapat dilihat dari profil pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan. Angka melek huruf AMH Kota Cimahi mencapai 99,64. Rata-rata lama sekolah RLS mencapai 10,42 tahun, artinya penduduk rata-rata sudah memasuki pendidikan SLTASMK. Selain itu, kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan indeks pembangunan manusia IPM yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Nilai IPM kota Cimahi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 menunjukan adanya peningkatan sebesar 0,75 point dari 74,42 menjadi 75,17. Reduksi shortfall 2010-2012 sebesar 1,50. Angka ini relatif kurang jika dibandingkan dengan reduksi shortfall IPM tahun 2010 tehadap IPM 2009 yang mencapai 4,02, dimana upaya akselerasi IPM tahun tersebut cukup besar. Permintaan akan produk-produk telekomunikasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini bisa ditunjukkan dengan permintaan konsumen menjadi pelanggan telepon di Indonesia. Selama tahun 1908-2013 perkembangan pelanggan telepon terus meningkat. Rata-rata pertumbuhan sebesar 13,31 persen per tahun. Industri Pendukung Terkait di Kota Cimahi dapat dikatakan sangat mendukung. Hal ini terdapat banyak perusahaan-perusahaan industri besar dan sedang di sektor pengolahan. Selain itu, lembaga keuangan cukup membantu dalam hal menyuplay modal untuk menjalankan usaha. Jumlah bank yang terdapat di Kota Cimahi dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami perkembangan kenaikan yang cukup nyata. Strategi Perusahaan dan Persaingan pada industri telekomunikasi bersaing secara ketat dan dinamis. Industri konten dan aplikasi multimedia interaktif, misalnya, dipandang sebagai industri masa depan yang diharapkan memanfaatkan infrastruktur akses multimedia yang telah tergelar skalanya belum signifikan dan masih pada tahap awal dari perkembangannya. Meski begitu, ada hal yang menarik dari industri infokom, yaitu bahwa nilai dari industri ini bergeser dari nilai komunikasi menuju ke nilai informasi. Nilai komunikasi akan terus turun dan segera menjadi komoditi, sementara nilai informasi terus meningkat sejalan dengan munculnya berbagai manfaat aplikasi nyata yang mendukung aktivitas di berbagai sektor. Aplikasi infokom akan terus bergerak kepada jenis inovasi yang mengaitkan sistem dengan jaringan network centric application. Pemerintah Kota Cimahi dapat mengambil peran sebagai fasilitasi dalam bermitra dengan perusahaan-perusahaan telematika. Hal ini pada akhirnya akan mengalihkan pasar bagi industri rumah tangga saat ini dan memberikan nilai tambah yang besar pada perekonomian Kota Cimahi secara keseluruhan, khusunya dari sisi penyerapan tenaga kerja lokal dan alih teknologi. Lebih lanjut, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pemberdayaan Dan Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi melaksanakan fasilitasi pengembangan UMKM yang meliputi : fasilitasi produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia dan desain dan teknologi. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut : Pertama, produksi dan pengolahan. Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan dilakukan dengan cara meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen UMKM, memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk UMKM, mendorong penerapan standardisasi dalam proses produksi dan pengolahan dan meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi Usaha Menengah. Kedua, pemasaran. Pengembangan koperasi dan UMKM dalam bidang pemasaran dilakukan dengan cara melakukan penelitian dan pengkajian pemasaran, menyebarluaskan informasi pasar, melakukan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran, menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang dan promosi UMKM, memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi dan menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang pemasaran. Ketiga, sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia sebagai pengelola UMKM dilakukan dengan cara memasyarakatkan dan membudidayakan kewirausahaan, meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial dan membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, serta penciptaan wirausaha baru. Keempat, desain dan teknologi. Pengembangan desain dan teknologi UMKM, dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi serta pengendalian mutu, meningkatkan kerjasama dan alih teknologi, meningkatkan kemampuan UMKM di bidang penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru, memberikan insentif kepada UMKM yang mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup dan mendorong UMKM untuk memperoleh sertifikat Hak atas Kekayaan Intelektual HaKI. Selanjutnya dalam hal perlindungan usaha, Pemerintah Kota Cimahi dan dunia usaha memberikan perlindungan usaha dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan UMKM. Perlindungan usaha yang dimaksud dilakukan dengan mengikutsertakan elemen masyarakat dan memperhatikan unsur persaingan usaha yang sehat melalui instrumen kebijakan yang diatur oleh Walikota. Sementara itu, jaringan usaha dan kemitraan UMKM dapat membentuk jaringan usaha baik secara vertikal maupun horizontal, meliputi bidang-bidang yang disepakati oleh para pihak dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan, ketertiban umum, dan kesusilaan serta dapat dilakukan dalam bentuk perluasan usaha mandiri atau kemitraan. UMKM yang telah mendapat fasilitas permodalan dan sarana dari Pemerintah Kota Cimahi untuk perluasan jaringan dalam bentuk usaha mandiri, dapat melakukan pengalihan jaringan usaha kepada pihak lain dengan berdasarkan persetujuan Walikota Cimahi. Kemitraan dalam rangka keterkaitan usaha oleh UMKM, dilaksanakan melalui pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan, dengan berpedoman pada peraturan yang dilaksanakan dengan pola inti plasma, subkontrak, perdagangan umum, waralaba, distribusi dan keagenan dan bentuk kemitraan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, strategi pemberdayaan UMKM yang mengacu kepada peraturan tersebut, belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Cimahi. Hal ini berdasarkan informasi dari seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan UMKM. Secara rasional, jangka waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan peraturan yang menjadi dasar pengambilan kebijakan Pemerintah Kota Cimahi dalam memberdayakan UMKM belum cukup memberikan ruang pelaksanaannya, karena belum satu tahun anggaran sejak penetapan kebijakan. Namun berdasarkan hasil penelitian, yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Cimahi adalah pendataan UMKM, pelatihan-pelatihan dan identifikasi kebutuhan UMKM yang sampai saat ini masih terus berjalan. Percepatan pembangunan yang diarahkan dalam rangka pemberdayaan UMKM di Kota Cimahi oleh Pemerintah Kota Cimahi, dapat disimpulkan oleh peneliti masih lambat, namun beberapa hal yang pasti sudah menjadi bukti keseriusan dari Pemerintah Kota Cimahi untuk mengembangkan dan mengedepankan UMKM sebagai roda penggerak ekonomi Kota Cimahi. Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam memberikan bantuan dan pengembangan UMKM di Kota Cimahi masih diperlukan, karena keterbatasan anggaran dan keterbatasan personil yang mampu membina UMKM. Namun, terobosan dan pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Cimahi dalam menjalin kerjasama dengan Pemerintah vertikal tersebut sudah dapat dikatakan berjalan, hanya saja monitoring dan evaluasi dari hasil kerjasama tersebut belum tesosialisasi kepada masyarakat. 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN