Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran

dengan baik, maka dibatasi kepada aspek-aspek pemberdayaan program pembangunan masyarakat yang berkaitan dengan kemitraan pemerintah dan swasta serta masyarakat. Data-data sekunder yang digunakan adalah data dalam periode Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember tahun 2009-2013. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud diadakannya penelitian ini adalah Menganalisis, mengidentifikasikan data dan informasi tentang pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM di Kota Cimahi yang berkaitan dengan program- program pemerintah;

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1 Mengetahui dan menganalisis program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Cimahi; 2 Mengetahui faktor-faktor apakah yang menghambat pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM di Kota Cimahi; 3 Menganalisis strategi pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM di Kota Cimahi;

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis, diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan Ilmu Pemerintahan yang berupa teori pemberdayaan dan teori pembangunan yang mendukung pengembangan wawasan akademis, khususnya di bidang Ilmu Pemerintahan. 2. Kegunaan Praktis, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan masukan bagi penyempurnaan program pemberdayaan UMKM di Kota Cimahi yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Cimahi.

1.5. Kerangka Pemikiran

Analisa klasik Milton Friedman menyatakan bahwa “ The empowerment approach, which is fundamental to an alternative development, places the emphiric autonomy the decision making of teritorially organized community, local self reliance but not autarchy, direct participacy, democracy, also experimental social learning”. 7 Dari pernyataan tersebut di atas, diperoleh suatu pengertian tentang pendekatan pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pondasi dari alternatif pembangunan yang menempatkan masyarakat untuk memilih alternatif-alternatif pengembangan kegiatan yang mampu dilaksanakan sebagai wujud partisipasinya dalam pembangunan. Masyarakat tidak hanya menjadi penonton atau pelaksana program yang telah ditetapkan, namun mereka juga diberikan kesempatan untuk turut mengusulkan alternatif program-program pembangunan. Kesempatan yang diberikan dapat secara kolektif melalui jalur formal kelembagaan maupun informal media massa cetak maupun elektronik. Tjahya Supriatna mengemukakan pendapat bahwa : 7 David.C.Korten dan Rudi Klauss.People Centered Development: Contribution Toward Theory and Planning Frameworks. West Hartford : Kumarian Press, 1994 “Pendekatan pembangunan di negara-negara berkembang dekade 1990-an hingga kini lebih dititikberatkan kepada pembangunan sosial dan lingkungan agar mendukung pertumbuhan ekonomi dengan strategi “ sustained development ” yang dicirikan oleh : a. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan kepada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial di sektor kesehatan dan gizi, sanitasi, pendidikan dan pendapatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; b.Pembangunan yang ditujukan kepada pembangunan sosial, seperti mewujudkan keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya serta menciptakan kedamaian; c. Pembangunan yang berorientasi kepada manusia sebagai subjek pembangunan melalui “ people centered development ” dan ” Promote the empowerment people” . 8 Pendapat di atas, menempatkan pembangunan yang memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan, sanitasi dan lingkungan di urutan pertama sebagai dasar pelaksanaan pembangunan masyarakat selanjutnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa program pembangunan masyarakat di bidang pemberdayaan menentukan bidang-bidang pembangunan lainnya. Pentingnya program pemberdayaan, tidak terlepas dari dukungan dan partisipasi masyarakat yang diikutsertakan secara dini dalam proses perencanaan program. Hal ini dikemukakan oleh Taliziduhu Ndraha, yang mengemukakan kesimpulan bahwa : “Suatu rencana atau keputusan yang telah disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat hanya mendapat kesempatan untuk menyatakan setuju biasanya setelah diarahkan terlebih dahulu, tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Alasannya bahwa masyarakat belum tahu apa-apa janganlah digunakan. Demikian pula alasan bahwa pengikutsertaan masyarakat sejak awal sekali akan memperlambat proses pembangunan.” 9 Maksud pendapat tersebut, apabila masyarakat tidak dilibatkan dalam proses penentuan tujuan akan sulit untuk meyakinkan bahwa program 8 Dr. Tjahya Supriatna, MS. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan.1997.hlm 12 9 Taliziduhu Ndraha. Pembangunan Masyarakat. Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas.Rineka Cipta, 1990 pemberdayaan pembangunan tersebut dirancang sebagai media untuk memperluas ruang gerak partisipasi masyarakat dalam mengelola pembangunan. Dalam melibatkan masyarakat dituntut kesungguhan dari pemerintah untuk menciptakan inisiasi yang didukung oleh faktor finansial dana yang terencana dan faktor otoritas wewenang yang tegas dan jelas. Menurut Osborne dan Ted Gaebler, mengemukakan bahwa “…tugas pemerintah adalah untuk mengemudikan pembangunan, dan bukan sebagai pengayuh kapal . Hal ini disebabkan karena pemerintah memiliki proporsi kewenangan dalam penciptaan inisiasi dan mengalokasikan dana atau anggaran pembangunan untuk tiap- tiap sektor maupun wilayah.“ 10 Pendapat di atas diperkuat oleh Kristiadi yang menyatakan bahwa : “…pemerintah hendaknya menciptakan kondisi yang dapat menumbuhkan motivasi masyarakat agar secara sukarela berperan serta dalam pembangunan kota, melalui sikap dan kebijakan-kebijakan sebagai berikut : 1. Menyediakan informasi tentang kegiatan-kegiatan pembangunan kota yang dapat dilaksanakan melalui kemitraan antara pemerintah dan masyarakat; 2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan penduduk kota untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut demi kepentingan bersama; 3. Menanamkan rasa percaya di kalangan masyarakat bahwa kontribusi mereka pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan usahanya; 4. Memberikan bimbingan serta bantuan yang diperlukan oleh masyarakat untuk dapat berperan serta; 5. Menyediakan perangkat peraturan yang diperlukan untuk menjamin terjadinya kerjasama yang saling menguntungkan antara pemerintah dan swasta; 6. Pemerintah kota perlu lebih terbuka mengenai kebijaksanaan yang ditempuh, kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah kota, dan alasan mengapa kegiatan tersebut dilakukan, terutama dalam mempersiapkan tata ruang kota; 10 Osborne, David and Ted Gaebler.Reinventing Government : How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the public Sector. New York : Plume, 1993 : 115 7. Pemerintah kota dapat berkomunikasi dengan masyarakat guna memberikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk megembangkan bentuk-bentuk peran serta mereka; 8. Pemerintah kota sebaiknya menetapkan bentuk-bentuk kerjasama serta peraturan-peraturan lainnya yang diperlukan dalam rangka menjamin terjadinya kerjasama yang serasi, seimbang dan selaras antara pemerintah dengan masyarakat dan sektor swasta; 9. Pemerintah kota perlu meningkatkan kemampuan teknis maupun manajerial para aparatnya, meningkatkan kejujuran dan kedisiplinan melalui waskat dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah; 10 .Dalam azas kemitraan, peranan pemerintah dan sektor swasta lebih bersifat sejajar, tetapi masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang perlu diatur dengan rambu-rambu. Rambu-rambu tersebut hendaknya lebih bersifat atas dasar hal-hal yang tidak boleh dikerjakan swasta negative list . Hal ini dimaksudkan untuk memberikan peluang kreatif bagi masyarakat luas.” 11 Dari kedua pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan dan memberdayakan program pembangunan di daerah Kota, pemerintah daerah berkewajiban untuk memantapkan keberhasilan setiap program-program pembangunan, terutama yang langsung menyentuh kepentingan dasar masyarakat. Pemberdayaan program pembangunan dapat dilakukan melalui bantuan program yang memperkuat basis kegiatan yang sudah ada. Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama. 12 Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip Soekamto, adalah : suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 13 11 Dr. JB.Kristiadi.Dimensi Praktis Manajemen Pembangunan di Indonesia. Jakarta : STIA-LAN Press, 1997 hlm.236 12 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985, hal. 735 13 Soejono Soekamto. Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: Rajawali Press, 1982, hal. 238 Istilah peran dikaitkan dengan apa yang dimainkan oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata “peran” atau role dalam bahasa Inggrisnya memang diambil dari dramaturgy atau seni teater . Dalam seni teater seorang aktor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plotnya, dengan alur ceritanya, dengan lakonnya. Lebih jelasnya kata “peran” atau “ role ” dalam kamus oxford dictionary diartikan : Actor’s part; one’s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi. 14 Istilah peran dalam “ Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara film, tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. 15 Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi atau mendapatkan sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation . Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaanposisi tersebut. Dalam memahami peranan pemerintah, terlebih dahulu Ndraha yang menyatakan bahwa, fungsi pemerintah terdiri dari : …pertama fungsi primer dan kedua fungsi sekunder. Fungsi primer yaitu fungsi yang terus-menerus berjalan dan berhubungan positif dengan 14 The New Oxford Illustrated Dictionary, Oxford University Press, 1982, p.1466 15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka, 2005 hal. 854 kondisi pihak yang diperintah. Artinya, fungsi primer tidak pernah berkurang dengan meningkatnya kondisi ekonomi, politik dan sosial masyarakat. Pemerintah berfungsi primer sebagai provider jasa-jasa publik yang tidak diprivatisasikan dan layanan civil termasuk layanan birokrasi. Kedua fungsi itu disingkat sebagai fungsi pelayanan serving . Fungsi sekunder pemerintah adalah fungsi yang berhubungan negatif dengan kondisi ekonomi, politik dan sosial yang diperintah, dalam arti semakin tinggi taraf hidup, semakin kuat bergaining position , dan semakin integratif masyarakat yang diperintah, semakin berkurang fungsi sekunder pemerintah. Jika kondisi ekonomi masyarakat lemah, pemerintah menyelenggarakan pembangunan. Semakin berhasil pembangunan, semakin meningkat kondisi ekonomi masyarakat, semakin berkurang fungsi pemerintah dalam pembangunan. Jika masyarakat merasa tertindas powerless , tidak berdaya menentukan masa depannya, maka pemerintah melakukan program pemberdayaan empowerment . 16 Dukungan kelembagaan pemerintah akan mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga dalam pembangunan yang terencana, perubahan struktur masyarakat akan terjadi secara bertahap seiring dengan kemandirian masyarakat dalam keikutsertaannya dalam pengelolaan pembangunan yang dikelola secara langsung oleh kelompok masyarakat. Pemerintah akan lebih berfungsi sebagai fasilitator dan mitra yang mendampingi masyarakat dalam mengelola program pembangunan. Untuk memperjelas dan mendapatkan wawasan yang lebih luas sekaligus sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan mengenai faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam pemberdayaan pembangunan menurut pendapat Bintoro Tjokroamidjojo yang menyatakan, antara lain : 1. Faktor kepemimpinan ; bahwa dalam pemberdayaan program pembangunan diperlukan adanya figur pemimpin yang berkualitas; 2. Faktor komunikasi ; dengan adanya gagasan, ide, kebijaksanaan, dan rencana-rencana baru akan mendapatkan dukungan bila diketahui, dan dimengerti masyarakat; 16 Taliziduhu Ndraha. Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru Cetakan pertama. Rineka Cipta, Jakarta, 2003. hlm. 76 3. Faktor pendidikan ; dengan tingkat pendidikan yang memadai, masyarakat akan dapat memberikan dukungan partisipasinya dalam program pembangunan.” 17 Dari uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aparatur pemerintah daerah dalam memberdayakan program pembangunan perlu merancang sedini mungkin proses sosialisasi program-program kepada kelompok- kelompok masyarakat Community Group sehingga diharapkan mereka memberikan respon positif pada saat pelaksanaan program pembangunan. Selanjutnya kesimpulan menurut Tjahya Supriatna yang diambil dari asumsi David.C.Korten, Bryan dan White serta Moelyarto Tjokrowinoto, menyatakan bahwa : “Salah satu unsur penting dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program pembangunan adalah dilibatkannya kelompok sasaran dan swadaya masyarakat secara aktif dalam mengelola program pembangunan. Tanpa penyertaan kelompok selaku subyek dan obyek sasaran, serta lembaga swadaya masyarakat dapat dipastikan tujuan program pembangunan akan terhambat, bahkan boleh jadi gagal total” 18 Hubungan yang kuat antara hasil pembangunan dengan prasyarat yang dibutuhkan untuk pembangunan tersebut. Sehingga untuk mencapai hasil yang terbaik sesuai dengan kriteria dan indikator keberhasilan yang ditetapkan menurut parameter sistem sosial, tingkat partisipasi, dan manusia, dibutuhkan dukungan faktor-faktor kepemimpinan, komunikasi dan pendidikan yang merupakan motor penggerak masyarakat dalam menterjemahkan strategi maupun dalam melakukan kemitraan dengan agen-agen pembangunan yang ada. Untuk mencapai hasil yang optimal, maka setiap komponen yang terlibat dalam proses pembangunan harus 17 Bintoro Tjokroamidjojo.Pengantar Administrasi pembangunan. Jakarta :LP3S, 1995 hlm 226 18 Tjahya Supriatna. Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan.1997.hlm 118 TUJUAN Kesejahteraan Masyarakat Indikator - Pembangunan SDM - Sarana dan Prasarana - Prosedur merupakan “organisasi belajar” yang penuh dengan kreasi dan inovasi dalam upaya berkesinambungan untuk menyempurnakan dan meningkatkan hasil setiap tahap. Selanjutnya penulis menggambarkan secara sistematis kerangka pemikiran penelitian, yaitu : Kerangka Pemikiran Gambar 1.1. Pola Kerangka Berpikir. PEMERINTAH KOTA CIMAHI Sumber daya Kota - Pedoman - Mekanisme - Koordinasi TIM PENGELOLA - PEMKOT - UMKM - Lembaga keuangan - Unsur lainnya Rencana Tindakan - Desentralisasi kegiatan - Pemberdayaan Penuh - Kajian potensi Analisa Faktor Pemberdayaan UMKM 1 Identifikasi Potensi, 2 Analisis Kebutuhan, 3 Rencana Kerja Bersama, 4 Pelaksanaan, 5 Monitoring dan Evaluasi. STRATEGI

1.6. Metode Penelitian