37
pemerintahan merupakan pelaksanaan dari tugas dan fungsi pemerintah, melalui lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan dan hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai tujuan masyarakat dan negara.
2.4. Tinjauan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM
UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang banyak memiliki keterbatasan dibandingkan dengan perusahaan besar. Perbedaan yang paling
mendasar jika dibandingkan dengan perusahaan besar adalah dalam hal skala usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang lingkup usaha UMKM sangat
terbatas. Faktor lain yang membedakan adalah pada umumnya sektor UMKM belum memiliki legalitas usaha yang sah, sehingga sering disebut dengan sektor
informal, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak pula UMKM yang memiliki legalitas sebagai badan hukum. Menurut S.V. Sethuraman
Wibowo, 2002, sektor informal merupakan sektor usaha yang terdiri dari unit- unit usaha berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan
jasa, dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi dirinya masing-masing dan dalam usahanya sangat dibatasi faktor modal dan
keterampilan. Definisi mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM masih
belum seragam antar satu institusi dengan institusi yang lain. Berikut ini dijelaskan definisi UMKM dari masing-masing institusi.
1. Badan Pusat Statistik mendefinisikan UMKM berdasarkan ukuran ketenagakerjaan. Usaha mikro adalah usaha yang mempekerjakan
38
lima orang termasuk pekerja keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil apabila mempekerjakan 5 sampai 10 orang, dan usaha menengah
apabila mempekerjakan 20 sampai 99 orang. 2. Bank Indonesia mendefinisikan UMKM dengan dua kriteria. Kriteria
yang pertama berdasarkan aset, omset, dan badan hukum. Yang disebut usaha mikro adalah usaha yang dilakukan orang miskin atau
hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah dimasuki dan keluar. Sedangkan
usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset hingga Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan dengan omset Rp 1 miliar. Lalu disebut
usaha menengah apabila ber-omset Rp 3 miliar, yang terbagi dalam dua jenis, yaitu industri bukan manufaktur dengan aset hingga Rp 600
juta di luar tanah dan bangunan serta industri manufaktur dengan aset hingga Rp 5 miliar. Kriteria yang kedua berdasarkan kredit yang
diterima oleh pengusaha. Usaha mikro adalah usaha yang dapat menerima kredit hingga Rp 50 juta. Sedangkan usaha kecil adalah
usaha yang dapat menerima kredit mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta. Lalu usaha menengah adalah usaha yang dapat menerima
kredit dari Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar rupiah. 3. Menurut Bank Dunia, usaha mikro adalah kegiatan usaha yang
menggunakan pekerja hingga 20 orang. Sedangkan usaha kecil dan menengah UKM adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja
39
di atas 20 orang dengan aset di luar tanah dan bangunan hingga US 500 ribu.
4. Definisi UMKM yang terdapat di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 merupakan definisi UMKM yang terbaru di Indonesia,
menggantikan definisi UMKM yang lama, yaitu Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995. Definisi usaha mikro, kecil dan menengah
dijelaskan satu persatu berikut ini. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan
yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut: memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar. Usaha menengah
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
40
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai
dengan paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan”. Hal tersebut mengandung makna perekonomian di Indonesia pada dasarnya berdasarkan atas demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua,
untuk semua di bawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang harus lebih diutamakan, bukan
kemakmuran orang-seorang. Oleh karenanya, perekonomian disusun sebagai suatu usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dengan sebutan yang
lebih tepatnya adalah “koperasi”. Dalam pasal 1 Bab I Ketentuan Umum UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian disebutkan bahwa Koperasi adalah : “Badan Usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
41
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
31
Adapun mengenai tujuan dari Koperasi sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah :
“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
32
Sedangkan mengenai fungsi, peran dan prinsip Koperasi disebutkan dalam pasal 4 dan pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah :
Pasal 4 :
Fungsi dan Peran koperasi adalah : a.
membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat. c.
memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya.
d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
33
Pasal 5 :
Prinsip Koperasi adalah : a.
keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b.
pengelolaan dilakukan secara demokratis; c.
pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
34
31 .
Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indoensia.p.5.
32 .
Ibid .p.6.
33 .
Ibid .p.6-7.
34 .
Ibid .p.7.
42
Sedangkan yang dimaksud dengan usaha kecil dan menengah sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil disebutkan
bahwa : Usaha kecil adalah : kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam UU No.91995.
Usaha menengah adalah : kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.
35
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dinyatakan bahwa :
1. Kriteria Usaha Mikro a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 limapuluh
juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000
tigaratus juta rupiah 2. Kriteria Usaha Kecil
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 limapuluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000 lima ratus
juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000
tigaratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah
3. Kriteria Usaha Menengah a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000 lima ratus
juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000 dua milyar limaratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah
36
Dengan memperhatikan beberapa uraian di atas, maka dapat diketahui secara seksama bahwa eksistensi koperasi dalam pengelolaan perekonomian
35 .
Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. CV. Asta Jaya : Bandung.p.47.
36
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
43
kerakyatan di Indonesia sangatlah penting artinya dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi
yang mempunyai ciri-ciri demokratis; kebersamaan; kekeluargaan; dan keterbukaan.
Pentingnya pengembangan koperasi, usaha kecil dan menegah di daerah, secara fundamental akan dapat memperkuat basis ekonomi secara nasional. Arah
pemberdayaan yang perlu diwujudkan adalah pengembangan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada
SDA dan SDM yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Pemberdayaan UMKM merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha,
pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil dapat mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Pemberdayaan
bagi usaha kecil di Indonesia wajib dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diselenggarakan atas dasar kekeluargaan dengan tujuan :
a. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Usaha Kecil menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha yang menengah.
b. Meningkatkan peranan Usaha Kecil dalam pembentukan produk nasional,
perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya
sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.
37
37.
Ibid
44
Dalam rangka memfasilitasi upaya pemberdayaan tersebut, kemudian Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan
pengembangan sektor usaha kecil dalam bidang : produksi dan pengolahan; pemasaran; sumber daya manusia; dan teknologi dengan cara :
a. meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan
pengolahan; b.
meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan; c.
memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan pengawet dan bahan kemasan.
38
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program pendidikan dan pelatihan manajemen usaha merupakan salah satu bagian dari upaya untuk
memperkuat basis pemberdayaan UMKM yang terfokus pada peningkatan pengetahuan SDM dalam bidang menajemen usaha.
38 .
Pasal 14-15 Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. CV. Asta Jaya : Bandung.p.50-51.
45
BAB III OBYEK PENELITIAN
3.1. Sejarah Kota Cimahi
Cimahi mulai dikenal pada Tahun 1811, Gubernur Jendral Willem Daendels membuat jalan Anyer-Panarukan, dengan dibuatnya pos penjagaan
Loji di Alun-alun Cimahi sekarang. Tahun 1874-1893, dilaksanakan pembuatan jalan kereta api Bandung-Cianjur sekaligus pembuatan stasiun kereta api Cimahi.
Tahun 1886 dimulainya pembangunan pusat pendidikan militer dan fasilitas lainnya RS Dustira, rumah tahanan militer, dll. Tahun 1935, Cimahi menjadi
kecamatan lampiran staat blad Tahun 1935. Tahun 1962 dibentuk setingkat kewedanaan, meliputi empat kecamatan Cimahi, Padalarang, Batujajar dan
Cipatat. Tahun 1975 ditingkatkan menjadi Kota Administratif PP No. 29 Tahun
1975, diresmikannya pada tanggal 29 Januari 1976, merupakan Kotif pertama di Jawa Barat dan ketiga di Indonesia. Tahun 2001 ditingkatkan statusnya menjadi
Kota Otonom. Cimahi yang berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya maka
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1975.
tentang pembentukan Kota Administratif, Cimahi dapat ditingkatkan statusnya dari Kecamatan menjadi Kota Administratif yang berada di wilayah Kabupaten
Bandung yang dipimpin oleh Walikota administratif yang bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bandung. Kota administratif Cimahi