Skor Kategorisasi µ + 1,5 σ ≤ X
Sangat Tinggi
µ + 0,5 σ X ≤µ + 1,5 σ
Tinggi
µ - 0,5 σ X ≤µ + 0,5 σ
Sedang
µ - 1,5 σ X ≤µ - 0,5 σ
Rendah
X ≤µ - 1,5 σ
Sangat Rendah
Skala asertivitas terdiri dari 40 item yang diberi skor mulai dari 1, 2, 3, 4, dan 5 sehingga rentang minimum menjadi 1 x 40 = 40 dan rentang
maksimum adalah 5 x 40 = 200. Standar deviasi σ diperoleh dari
rentang maksimum dikurangi rentang minimum, kemudian dibagi 6 dan hasilnya adalah 26, 67, sedangkan mean diperoleh dari jumlah rentang
maksimum dan rentang minimum kemudian dibagi 2 adalah 200 + 40 2 = 116. Hasil perhitungan menurut norma kategorisasi dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9 Kategorisasi Asertivitas Anak Sulung Remaja Akhir dalam Keluarga
Skor Kategorisasi Frekuensi
Prosentase 156,31 X
Sangat Tinggi 2
5 129,33
X ≤ 156,31
Tinggi 7 17,5
102,67 X ≤ 56,31
Sedang 18 45
75,69 X ≤56,31
Rendah 11 27,5
X ≤56,31
Sangat Rendah 2
5
Tabel tersebut menunjukkan bahwa subjek anak sulung remaja akhir yang memiliki asertivitas kategori “Sangat Rendah” dalam keluarga
ada 2 orang 5, kategori “Rendah” ada 11 orang 27,5, kategori “Sedang” ada 18 orang 45, kategori “Tinggi” ada 7 orang 17,5, dan
terdapat 2 orang 5 untuk kategori “Sangat Tinggi”.
Tabel 10
35
Kategorisasi Asertivitas Anak Bungsu Remaja Akhir dalam Keluarga Skor Kategorisasi
Frekuensi Prosentase
156,31 X Sangat Tinggi
129,33 X ≤ 156,31
Tinggi 5 12,5
102,67 X ≤ 56,31
Sedang 19 47,5
75,69 X ≤56,31
Rendah 10 25
X ≤56,31
Sangat Rendah 6
15
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek anak bungsu remaja akhir yang meiliki asertivitas kategori “Sangat Rendah” ada 6 orang
15, kategori “Rendah” ada 10 orang 25, kategori “Sedang” ada 19 orang 47,5, kategori “Tinggi” terdapat 5 orang 12,5 dan tidak ada
subjek yang masuk dalam kategori “Sangat Tinggi”.
Tabel 11 Kategorisasi Tingkat Asertivitas Anak Sulung dan Anak Bungsu
Remaja Akhir Dalam Keluarga Kategorisasi Sulung Bungsu Jumlah Prosentase
Sangat Tinggi
2 0 2 2,5
Tinggi 7 5 12 15
Sedang 18 19 37 46,25
Rendah 11 10 21 26,25
Sangat Rendah
2 6 8 10
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keseluruhan subjek sulung dan bungsu remaja akhir yang memiliki tingkat asertivitas kategori “
Sangat Rendah” ada 8 orang 10, kategori “Rendah” ada 21 orang 26,25, kategori “Sedang” ada 37 orang 46,25, untuk kategori
“Tinggi terdapat 12 orang 15, dan untuk kategori “Sangat Tinggi” ada 2 orang 2,5.
C. Pembahasan
36
Hasil analisa berbeda dengan hipotesa penelitian yang mengatakan tentang adanya perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak
bungsu usia remaja akhir dalam keluarga. urutan kelahiran tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asertivitas antara anak sulung dan
bungsu. Seperti pendapat Richard C. Woolson 2004, seorang anak tidak pasti
memiliki sifat yang terkait dengan kedudukannya dalam keluarga. Sebagian sifat anak tergantung pada cara orang lain memperlakukannya dan
pada pengalaman pribadinya di dalam keluarga. setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda. Walaupun anak tinggal dalam
suatu keluarga yang sama, dibesarkan oleh orang yang sama dan dengan cara yang sama belum tentu anak akan tumbuh dengan karakter yang sama.
Masing-masing anak akan tumbuh dengan kekhasannya masing-masing, sesuai dengan kepribadian, si anak, usia, tahap perkembangannya serta hasil
interaksi dan adaptasi si anak dengan lingkungannya. Pendapat lain diungkapkanoleh Gunarsa 1990 bahwa keluarga
mempunyai fungsi tidak hanya sebagai penerus, tetapi juga sebagai sumber pendidikan utama, dan merupakan lingkungan pertama yang mula-mula
memeberikan pengaruh mendalam pada anak-anak. Keluarga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan
kepribadian anak, termasuk dalam bersikap asertif. Dalam keluarga seorang anak tumbuh dan mendapat pendidikan, mereka melihat model bagaimana
orang tua dan anggota keluarga yang lain bersikap dan bertindak sebagai
37
seorang individu. Sebelum masuk sekolah, bertemu dengan teman sebaya, sampai akhirnya terjun dalam masyarakat, anak mengenal adanya aturan-
aturan, norma-norma, batasan-batasan dan maupun pengalaman yang menyenangkan dalam lingkup suatu keluarga. jadi anak tumbuh dengan sifat
dan karakter tertentu bukan semata karena urutan kelahiran melainkan lebih karena faktor keluarga dan lingkungan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Adler 1946 yang berpendapat bahwa urutan kelahiran anak yang berbeda dalam keluarga akan
menimbulkan perlakuan yang berbeda dari orang tua terhadap anaknya dan hal ini akan mempengaruhi pribadi dan tingkah laku anak. Label dan tuntutan dari
keluarga dan lingkungan terhadap seorang anak karena urutan kelahirannya akan membentuk dampak terhadap pembentukan sifat dan karakter anak,
termasuk dalam bersikap asertif. Berdasarkan kategori dari tabel 8, tingkat asertivitas anak sulung usia
remaja akhir dalam keluarga menunjukkan terdapat 2 orang subjek yang memiliki tingkat harga diri sangat rendah, ini berarti mereka tidak dapat
mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal, tidak dapat bertindak berdasarkan minat yang mereka miliki, tidak dapat mempertahankan
hak-hak pribadi tanpa meresa cemas, tidak mampu mengekspresikan perasaan secara jujur dan terbuka dan tidak dapat menggunakan hak-hak pribadi tanpa
mengingkari hak orang lain. Subjek yang masuk dalam kategori tingkat asertivitas rendah ada 11 orang, ini berarti mereka kurang dapat
mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal, kurang dapat
38