Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

yang berbeda terhadap anak mereka. Hal ini membuat anak tumbuh dengan sifat yang berbeda-beda walaupun tinggal dalam rumah yang sama dan diasuh oleh orang tua yang sama pula, termasuk dalam bersikap asertif. Dalam bersikap asertif seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengkomunikasikan pendapat dan kebutuhan secara proposional, mengekspresikan perasaan, tanpa ada maksud utnuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lain. Tujuan perilaku asertif adalah: a membuat proses komunikasi berjalan dengan efektif, dan b membangun hubungan yang setara, saling menghormati www.cyberwoman.cbn.net.id. Sikap asertif penting dalam komunikasi antar anggota keluarga. Terkadang bersikap asertif sulit dilakukan karena berbagai hal. Anak yang menginjak remaja dengan emosi yang meledak-ledak dan merasa dirinya mampu menyelesaikan segalanya, cenderung lebih dekat dan terbuka dengan teman-teman sebayanya. Sebaliknya orangtua merasa mereka lebih berpengalaman, lebih tahu dibanding anak, lebih senang memberikan aturan- aturan dan perintah-perintah untuk dipatuhi oleh anak mereka daripada berdiskusi membicarakan suatu keputusan dan jalan keluar. Ketika orangtua dan anak yang beranjak remaja masing-masing bertahan dengan dirinya, maka sikap asertif yang seharusnya ada dalam keluarga untuk membuat proses komunikasi berjalan efektif akan sulit terlaksana. Jika hal ini terus berulang, 3 anak akan semakin menutup diri terhadap orang tua dan orangtua menganggap anaknya nakal. Keterbatasan penelitian ini adalah terdapat banyak hal yang mempengaruhi sikap asertif pada remaja, seperti kebudayaan, pola asuh, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Penulis melakukan kontrol terhadap urutan kelahiran dan usia subjek, yaitu usia remaja akhir 16 sd 18 tahun, sehingga penelitian ini memiliki batasan jelas, hanya untuk remaja dengan urutan kelahiran sulung dan bungsu, bukan anak tunggal ataupun tengah.

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja akhir dalam keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat asertivitas antara anak sulung dan anak bungsu usia remaja dalam keluarga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis Penelitian ini meramgsang penelitian baru yang hendak mengkaji topik yang berkaitan dengan perilaku asertif guna mengembangkan hubungan interpersonal yang lebih efektif di berbagai bidang kehidupan, khususnya keluarga. 4 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini menjadi bahan informasi sebagai acuan bagi remaja untuk semakin memahami tingkah laku dan pentingnya perilaku asertif dalam keluarga. 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Asertivitas 1. Pengertian

Asertivitas Asertivitas didefinisikan sebagai perilaku yang mengembangkan kesetaraan dalam hubungan manusia, memungkinkan kita bertindak berdasarkan minat terbaik diri kita, terlepas dari rasa cemas, mampu mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, dan mengutarakan hak pribadi tanpa menyangkal hak orang lain Alberti dan Emmons, 1987. Bersikap asertif membutuhkan keterbukaan terhadap diri sendiri secara jujur. Menurut Lange Jakubowski 1976, asertivitas adalah kemampuan menyataan hak pribadi secara tegas, meliputi pengekspresian pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur dengan cara yang tepat tanpa melanggar hak orang lain. Pendapat ini didukung oleh Adams 1995, asertifitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dirinya, bekerja dengan cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan dirinya dengan tetap menunjukkan hormat kepada orang lain, menjelaskan suatu hal pada orang lain, bersikap langsung, jujur dan terbuka, mengekspresikan perasaan, kebutuhan dan ide serta mempertahankan hak-haknya tanpa melanggar hak dan kebutuhan orang lain, bersikap otentik, apa adanya serta mengambil inisiatif. 6