Ciri-ciri Asertivitas Asertivitas 1. Pengertian

a. Pola Asuh Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua, pertama: otoriter, disini orang tua mendidik anak secara keras, penuh dengan disiplin yang tidak dapat diterima anak tetapi dipaksakan, penuh dengan larangan yang membatasi ruang kehidupan anak. Anak yang diasuh dengan pola otoriter akan tumbuh menjadi anak yang merasa dirinya rendah inferior. Kedua: pola asuh demokratis, pada pola ini orang tua mengasuh anak mereka dengan penuh kasih sayang tetapi tidak memanjakan, sehingga anak tumbuh menjadi individu yang penuh percaya diri, mempunyai pengertian yang benar tentang hak mereka, dapat mengkomunkasikan segala keinginan dengan wajar, dan tidak memaksakan kehendak dengan cara menindas hak orang lain. Ketiga: pola asuh permisif, orang tua mendidik anak tanpa adanya batasan aturan yang bersifat mengikat, bahkan terkesan bebas. Anak-anak dengan pola asuh permisif akan tumbuh menjadi remaja yang mudah kecewa dan mudah marah karena ia terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan cepat dan mudah. Kurangnya pengawasan dari orang tua akan membuat perilaku anak menjadi sulit untuk dikendalikan. b. Kebudayaan Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku asertif adalah faktor kebudayaan. Rakos Santosa, 1999 memandang bahwa kebudayaan mempunyai peran yang besar dalam mendidik perilaku asertif. Biasanya ini berhubungan dengan norma-norma. 10 c. Usia Buhrnmester Santosa, 1999 berpendapat bahwa usia merupakan salah satu faktor yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada anak kecil perilaku asertif belum terbentuk, pada masa remaja dan dewasa perilaku asertif berkembang, sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penurunannya. d. Jenis Kelamin Jenis kelamin pria dan wanita berpengaruh terhadap perilaku asertif seseorang. Umumnya kaum pria cenderung lebih asertif daripada wanita karena tuntutan masyarakat. e. Strategi Coping Strategi coping adalah bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsur kognisi dan afeksi dari seseorang guna mengatasi permasalahan yang datang pada dirinya. Strategi coping yang digunakan oleh remaja juga mempengaruhi tingginya tingkat keasertifan mereka Massong et al dalam Santosa, 1999. Dari uraian sebelumnya, penulis mengambil beberapa aspek yang harus dimiliki oleh seorang seorang anak baik sulung ataupun bungsu sehingga dia dapat dikatakan asertif, yaitu: a mampu mengkomunikasikan perasaan, pendapat, ide dan keyakinan secara jujur dan jelas, b mampu bertindak sesuai minat, c mampu mempergunakan dan mempertahankan hak pribadi dengan tetap 11