Persamaan Diferensial Linear Orde Dua

4 = x R , maka persamaan tersebut adalah persamaan diferensial yang nonhomogen. Teorema 2.2.3.1 Jika diketahui persamaan nonhomogen x R y x Q y x P y = + + dengan , , x R x Q x P adalah fungsi yang kontinu pada interval ] , [ b a . Jika x adalah sembarang titik pada interval ] , [ b a , dan jika , y y adalah sembarang bilangan , maka persamaan homogen mempunyai penyelesaian tunggal x y pada interval ] , [ b a sedemikian hingga y x y = dan y x y = . Untuk membuktikan teorema ini sangatlah sukar, akan tetapi pembuktian ini banyak dijumpai dalam buku yang lebih lanjut, salah satunya diferential equation karangannya Shepley Ross dibab 10, yang dibuktikan dengan teorema lipschit. Didalam teorema ini menjamin keberadaan dan keunikan suatu solusi masalah nilai awal. Contoh 2.2.3.2 Carilah solusi dari = + y y = y dan 1 = y ? Penyelesaian Solusi dari = + y y adalah x y sin = , x y cos = dan 1 c y = x cos x c sin 2 + dimana 1 c , 2 c adalah sembarang konstanta. Dari ketiga penyelesaian tersebut hanya x y sin = yang memenuhi = y dan 1 = y . Sehingga menurut teorema 1 , penyelesaian dari = + y y , jika diketahui = y dan 1 = y adalah x y sin = Teorema 2.2.3.2 Jika g y adalah penyelesaian umum yang diperoleh dari persamaan homogen, dan p y penyelesaian khusus yang diperoleh dari persamaan nonhomogen, maka + g y p y adalah penyelesaian umum persamaan nonhomogen yang diperoleh dari persamaan yang homogen. Bukti Misalkan y adalah penyelesaian umum persamaan diferensial orde dua yang homogen, maka x R y x Q y x P y = + + . Diketahui bahwa g y adalah penyelesaian umum yang diperoleh dari persamaan diferensial orde dua yang homogen, sehingga = + + g g g y x Q y x P y dan p y penyelesaian khusus yang diperoleh dari persamaan diferensial orde dua yang nonhomogen, sehingga x R y x Q y x P y p p p = + + . Akan dibuktikan y + = g y p y , yaitu akan dibuktikan bahwa ruas kanan y p g p g p g y y x Q y y x P y y + + + + + = + + + = g g g y x Q y x P y p p p y x Q y x P y + + x R x R = + = . Teorema 2.2.3.3 Jika 1 x y dan 2 x y adalah penyelesaian dari persamaan yang homogen, maka 1 c 1 x y 2 c + 2 x y juga merupakan penyelesaian persamaan yang homogen untuk sembarang konstanta 1 c dan 2 c . Bukti 1 x y dan 2 x y adalah penyelesaian dari persamaan yang homogen , maka 1 1 1 = + + y x Q y x P y dan 2 2 2 = + + y x Q y x P y . Akan dibuktikan bahwa 1 c 1 x y 2 c + 2 x y juga merupakan penyelesaian persamaan yang homogen , maka 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 = + + + + + y c y c x Q y c y c x P y c y c 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 = + + + + + y c x Q y c x Q y c x P y c x P y c y c + + + 1 1 1 1 y x Q y x P y c 2 2 2 2 = + + y x Q y x P y c + 1 c 2 = c . Persamaan 1 c 1 x y 2 c + 2 x y pada teorema 2.2.3.3 disebut sebagai kombinasi linear dari persamaan 1 x y dan 2 x y . Sehingga teorema 2.2.3.3 menyatakan setiap kombinasi linear dari penyelesaian 1 x y dan 2 x y pada persamaan yang homogen juga merupakan penyelesaian. Persamaan diferensial linear orde dua yang homogen yaitu = + + y x Q y x P y misalkan , x Q x P adalah q p , maka = + + qy py y Persamaan karakteristiknya adalah mx e y = maka mx me y = , dan mx e m y 2 = , sehingga 2 = + + mx e q pm m Karena ≠ mx e , maka 2 = + + q pm m . Dengan rumus kuadrat diperoleh 2 4 , 2 2 1 q p p m m − ± − = dimana 2 4 2 1 q p p m − + − = dan 2 4 2 2 q p p m − − − = Ada tiga kasus untuk 2 1 , m m yaitu a Akar-akar persamaan karakteristiknya 2 1 , m m real dan berbeda 4 2 − q p . Penyelesaian umum dari persamaan diferensial yang homogen adalah 1 c y = x m e 1 x m e c 2 2 + . b Akar-akar persamaan karakteristiknya 2 1 , m m real yang berulang 4 2 = − q p . Penyelesaian umum dari persamaan diferensial yang homogen ini adalah 1 c y = x m e 1 x m xe c 2 2 + . c Akar–akar persamaan karakteristiknya 2 1 , m m bilangan komplek . 4 2 − q p . Sehingga = − − ± − = 2 4 , 2 2 1 q p p m m 2 1 4 2 − − ± − q p p 1 2 4 2 − − ± − = q p p = − ± − = i q p p 2 4 2 β α i i q p P ± = − ± − = 2 4 2 2 maka = 1 m β α i + dan = 2 m β α i − dimana 2 P − = α dan 2 4 2 q p p − − − = β . Sehingga penyelesaian umumnya adalah 1 c y = x e x m β cos 1 x e c x m β sin 2 2 + . Untuk dapat menyelesaikan persamaan diferensial linear orde dua yang non homogen, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mencari penyelesaian persamaan diferensial linear orde dua yang homogen yaitu = + + y x Q y x P y . Setelah mendapatkan penyelesaian umum tersebut, karena menurut teorema diatas bahwa penyelesaian persamaan diferensial linear orde dua yang nonhomogen terdiri dar I penjumlahan penyelesaian umum dan penyelesaian khusus y + = g y p y , sehingga harus dicari penyelesaian khusus yang sesuai. Perhatikan ruas kanan dari persamaan x R y x Q y x P y = + + , dimana x R dapat berupa beberapa fungsi yaitu eksponensial, logaritma , trigonometri, dan lain-lain, yang kadang juga mengalami pegolahan secara aljabar, baik perkalian, penambahan, pengurangan, pembagian dari beberapa fungsi tersebut. Berikut ini adalah tabel yang dapat digunakan untuk penyelesaian khusus p y berdasarkan bentuk x R . Tabel 2.3.1 Tabel Diferensial Metode Koefisien Tak Tentu. x R p y 1 n n ct t P = ,... 2 , 1 , = n 1 1 ... C Ct t C t C t P n n n n n + + + + + = − − 2 x c α sin 1 x c α cos 2 x C x C α α cos sin 2 1 + 3 x ce α x Ce α 4 t P n x ce α t P n x Ce α = 5 = t P n x c α sin 1 t Q n x c α cos 2 = t P n x C x C α α cos sin 2 1 + t Q n Contoh 2.3.3 Selesaikan x e y y x sin 2 = − ? Penyelesaian . Penyelesaian umumnya adalah x g e c c x y 2 2 1 + = . Penyelesaian khusus p y . x e y x p sin 2 1 − = . Jadi penyelesaian dari x e y y x sin 2 = − adalah = + x y x y p g x e e c c x x sin 2 1 2 2 1 − +

4. Penerapan Persamaan Diferensial Orde Dua

Setiap gerak yang berulang dalam waktu yang sama disebut dengan gerak periodik. Dan setiap partikel yang bergerak secara periodik selalu dinyatakan dalam fungsi sinus dan cosinus. Jika suatu partikel dalam gerak periodik bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama, maka geraknya disebut dengan gerak osilasi atau getaran. Karena suatu partikel yang bergerak osilasi mengalami gesekan, maka gerakan suatu partikel tersebut akan berhenti berosilasi, dimana gerakannya disebut dengan gerakan teredam. Salah satu partikel yang mengalami gerak osilasi dan teredam antara lain adalah pegas, seperti yang akan dijelaskan berikut ini. 1 Getaran Tak Teredam Dan Teredam Pada pegas terdapat dua getaran yang terjadi yakni getaran teredam dan getaran tak teredam, seperti yang akan diuraikan di bawah ini Pegas menggunakan hukum hooke yakni jika pegas demikian ditarik diperpanjang sejauh x, gaya pemulih yang dilakukan pegas juga disebut gaya pegas adalah kx F − = 2.2.4.1 dimana k : konstanta pegas tetapan pegas yang diukur dalam satuan Newton meter Nm yang harganya bernilai positif bila ditarik dan negatif bila ditekan. Frekuensi alami pada pegas bila tidak terjadi gesekan dapat dirumuskan sebagai berikut m k v = = . 2 π ω 2 2.4.2 Frekuensi alami yang mengalami gesekan pada pegas dapat dirumuskan sebagai berikut 2 2 . 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = = m b m k v π ω bila m b m k 2 2.2.4.3 atau i m b m k v 2 2 . 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + − = = π ω bila m b m k 2 2.2.4.4 dengan k : konstanta pegas Newton meter. m : massa pegas kilogram. b : gaya gesek pegas Newton . Percepatan yang dialami massa pada pegas yang bergetar diperoleh dari hukum Newton II, yaitu m F a = 2.2.4.5 dengan m : massa pegas kilogram F : gaya pegas Newton . Diandaikan bahwa gaya gesekan yang terjadi pada pegas gaya peredam sebanding dengan kecepatan massa dan bekerja dalam arah berlawanan dengan arah gerak dengan gaya gesekan lainnya diabaikan seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut ini