Penerapan Persamaan Diferensial Orde Dua

m k v = = . 2 π ω 2 2.4.2 Frekuensi alami yang mengalami gesekan pada pegas dapat dirumuskan sebagai berikut 2 2 . 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = = m b m k v π ω bila m b m k 2 2.2.4.3 atau i m b m k v 2 2 . 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + − = = π ω bila m b m k 2 2.2.4.4 dengan k : konstanta pegas Newton meter. m : massa pegas kilogram. b : gaya gesek pegas Newton . Percepatan yang dialami massa pada pegas yang bergetar diperoleh dari hukum Newton II, yaitu m F a = 2.2.4.5 dengan m : massa pegas kilogram F : gaya pegas Newton . Diandaikan bahwa gaya gesekan yang terjadi pada pegas gaya peredam sebanding dengan kecepatan massa dan bekerja dalam arah berlawanan dengan arah gerak dengan gaya gesekan lainnya diabaikan seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut ini Gambar 2.2.4.1 Pegas Sehingga gaya peredamnya adalah cv F − = 2.2.4.6 dimana c : konstanta positif, yang disebut dengan konstanta peredam Dari persamaan 2.2.4.5 dan 2.2.4.6, diperoleh m F a = dt dx c kx dt x d m − − = 2 2 . 2 2 = + + kx dt dx c dt x d m 2.2.4.7 Persamaan 2.2.4.7 merupakan persamaan diferensial linear orde dua linear yang homogen, hal ini disebabkan gaya gesekan yang lain diabaikan yang mempunyai penyelesaian akar-akar penyelesaian sebagai berikut m mk c m c x 2 4 2 2 , 1 − ± − = c k m ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ± − = m k m c m c 2 2 2.2.4.8 Penyelesaian dari akar-akar pada persamaan 2.2.4.8 tergantung dari besarnya konstanta peredam pada frekuensi alami yang mengalami gesekan , dimana nilainya dapat positif, negatif, dan nol. Untuk jelasnya perhatikan berikut ini. m k m c = 2 2 4 mk c 2 = misalkan c c = 1 maka mk c 2 1 = 2.2.4.9 sehingga mk c c c 2 1 = = ξ dimana ξ sering disebut sebagai rasio peredam. Dengan menggunakan istilah rasio peredam dan frekuensi alami tanpa adanya gesekan, persamaan 2.2.4.7 dapat ditulis 2 2 = + + kx dt dx c dt x d m 2 2 = + + x m k dt dx m c dt x d 2 2 2 2 = + + x dt dx dt x d ω ω ξ Sehingga m mk c m c x 2 4 2 2 , 1 − ± − = dapat ditulis sebagai berikut 1 2 2 , 1 − ± − = ξ ω ω ξ x 2.2.4.10 Persamaan di atas hanya berlaku untuk 1 ≥ ξ , akan tetapi jika 1 ξ , persamaan di atas menjadi i x 2 2 , 1 1 ξ ω ω ξ − ± − = 2.2.4.11 Penyelesaian persamaan 2.2.1.4.7 terdiri dari tiga kasus seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Contoh 2.2.4.1 Misalkan diketahui bahwa konstanta pegas sebesar 625, konstanta redaman sebesar 40 ,massa sebesar 1, diketahui pegas pada keadaan setimbang dan kecepatan awal yang terjadi pada pegas sebesar 100, maka 15 sin 3 20 20 t e t x t − = Waktu yang dibutuhkan agar pegas tersebut pada keadaan setimbang apabila = t x , yaitu 15 sin = t diperoleh 2 , = t detik dan 4 , = t detik Jarak maksimumnya pegas terjadi apabila = t x , yaitu + − = − 15 sin 3 400 20 t e t x t 15 cos 100 20 = − t e t diperoleh 42 , = t detik Sehingga jarak maksimum yang ditempuh oleh pegas sejauh 1,69 meter. Gambar 2.2.4.1 Jarak Pegas Pada gambar 2.2.4.1 di atas, terlihat bahwa pegas mengalami dua kali dalam keadaan stabil yaitu saat 0,2 dan 0,4 detik, dan jarak maksimum yang dilakukan oleh pegas tersebut sejauh 1,69 meter. Contoh 2.2.4.2 Misalkan diketahui bahwa konstanta pegas sebesar 625, tidak ada konstanta redaman ,massa sebesar 1, diketahui pegas pada keadaan setimbang dan kecepatan awal yang terjadi pada pegas sebesar 100, maka t t x 25 sin 4 = Waktu yang dibutuhkan agar pegas tersebut pada keadaan setimbang apabila = t x , yaitu 25 sin = t diperoleh 125 , = t detik dan Jarak maksimumnya pegas terjadi apabila = t x , yaitu t t x 25 cos 100 = diperoleh 0628 , = t detik Sehingga jarak maksimum yang ditempuh oleh pegas sejauh 3,99 meter. Pada kasus tanpa adanya rasio peredam pada pegas adalah hal yang unik, sebab pegas tidak akan pernah berhenti bergetar, dan akan selalu bergetar sehingga mencapai jarak maksimum sejauh 3,99 meter dan jarak minimum sejauh 3,99 m dari keadaan setimbang, seperti yang diilustrasikan pada gambar di berikut ini. Gambar 2.2.4.2 Jarak Pegas

C. Deret Binomial Dan Penerapannya

Teorema 2.3.1 Deret Binomial Untuk bilangan real p, fungsi 2 1 1 p x f + = dapat dinyatakan sebagai deret Mac Laurin pada selang -1,1 yang berbentuk ... 2 1 1 1 2 + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = + ∑ ∞ = x p x p x n p x n n p , 1 x dengan 1 ... 2 1 n n p p p p n p + − − − = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ... 2 , 1 , = n dimana simbol ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ n p berlaku untuk bilangan real p , dan n bilangan bulat positif. Dalam penulisan skripsi ini tidak diberikan bukti tentang teorema 2.3.1, akan tetapi bukti untuk teorema 2.3.1 dapat di temukan dalam buku kalkulus lebih lanjut. Contoh 2.3.1 Hitung x + 1 dengan menggunakan deret binomial Penyelesaian Dengan 2 1 = p dan n bilangan bulat positif., maka .... 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 + ⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + = + p 3 2 3 2 1 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 x x x − − + − + + = .... + ... 16 1 8 1 2 1 1 3 2 + + − + = x x x Berikut ini akan dibahas bagaimana penerapan dengan deret binomial pada bidang fisika, yaitu pada teorema Torricelli, seperti yang akan dijelaskan berikut ini

1. Usaha Dan Energi

Usaha adalah hasil gaya dan dengan perpindahan benda, yang biasa dirumuskan sebagai berikut s F W . = dimana W : Usaha Joule F : Gaya. Newton s : Perpindahan Benda meter . Energi Potensial dapat dirumuskan sebagai berikut mgh E P = dimana P E : Energi Potensial Joule g : Gravitasi 2 − ms m : Massa Benda kg Energi Kinetik dapat dirumuskan sebagai berikut 2 2 1 mv E k = dimana : k E Energi Kinetik Joule, v : Kecepatan Benda 1 − ms m : Massa Benda kg Energi Mekanik dapat dirumuskan sebagai berikut = M E P E k E +

2. Fluida

Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada permukaan benda setiap satuan, yang dirumuskan sebagai berikut A F P = dimana P : Tekanan pa pascal Nm = = −2 F : Gaya Newton