Informan II NR Latar Belakang Informan a. Informan I SG

Ketika berada dalam masalah, SG cenderung akan pergi ke gereja untuk berdoa atau pergi berziarah. SG merasa terbantu dan tenang jika sudah ke Gereja. SG juga tidak pernah marah sampai meledak-ledak dan memilih untuk pergi. SG merasa dalam hidup ini tidak perlu muluk-muluk, yang terpenting masih bisa bekerja dan menghasilkan untuk anak, meskipun keinginannya tidak dapat terpenuhi. SG juga menekankan kepada anaknya bahwa tidak bisa memberikan harta, hanya mampu menyekolahkan. Jika anak-anaknya bisa mendapatkan beasiswa itu merupakan nilai tambah untuk anaknya. SG selalu mengupayakan supaya anaknya bisa sekolah sebagai bekal hidup.

b. Informan II NR

NR merupakan seorang karyawan swasta di salah satu lembaga. NR tinggal di daerah Jombor bersama istri dan dua orang anak perempuannya. Anak pertama NR duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah atas dan anak kedua NR duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah pertama. Istri NR adalah seorang ibu rumah tangga dan dalam keseharian mengantar jemput anaknya sekolah. Dalam mendidik anaknya, NR dan istri sangat mengutamakan pendidikan sehingga NR memberikan semua fasilitas seperti les dan kursus setiap hari agar anaknya menjadi pintar dan masuk ke sekolah negeri favorit. Terbukti saat ini anak-anak NR bersekolah di sekolah negeri favorit di DIY. Tahun ini merupakan tahun terakhir bagi NR untuk bekerja karena tahun depan NR sudah pensiun. Kebijakan yang ada di kantor NR adalah bagi karyawan yang sudah memasuki usia 50 diberikan kesempatan untuk mulai mencari bisnis atau alternatif kegiatan lain yang bisa dilakukan saat pensiun nanti. Karyawan bebas untuk izin ketika memang diperlukan atau kerja 5 hari dalam seminggu. Selama diberi kesempatan oleh kantor, NR mencoba untuk memanfaatkannya dengan mencari-cari bisnis yang sesuai di google. Selama ini NR merasa bisnis itu sulit, namun jika mau berusaha pasti akan mendapatkan. Kesulitan yang dihadapi NR adalah ketika ditahun pertama NR berminat di suatu bidang namun ketika digeluti hingga tahun kedua ternyata berat, sehingga NR sudah kehilangan dua tahun. Menurut pengalamannya, jika gagal dalam berbisnis memang mendapatkan pembelajaran baru, namun untuk memulai kembali membutuhkan modal lagi. Hal tersebut dirasa sulit dan terlalu beresiko tinggi bagi orang tua, sehingga yang bisa NR lakukan adalah hal yang aman-aman saja, seperti membuka kos-kosan di sekitar kampus di Yogyakarta. NR merasa semangat yang dimiliki oleh orang seusianya sudah menurun. Hal ini mungkin disebabkan karena ada bayangan terpecah antara pekerjaan di kantor dan otak yang sudah dituntut untuk berpikir bagaimana kelanjutan hidup saat sudah pensiun nanti. Namun bagi NR, NR tidak terlalu membingungkan lagi masalah kantor karena tuntutan kantor ringan. NR merasa bahwa tidak ada kata pensiun bagi pegawai swasta seperti dirinya karena untuk hidup harus bekerja. Kalau pensiun nanti NR hanya berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, sehingga NR tidak merasa berat untuk meninggalkan kantor saat pensiun nanti. NR merasa tertekan dalam menghadapi masa pensiun. Selama ini NR sudah memiliki standar hidup dengan penghasilan yang NR miliki selama ini. Namun besok ketika sudah pensiun, penghasilan dari usaha sampingan NR belum mencapai standar hidup yang NR miliki selama ini, mengingat pendidikan anak-anaknya masih panjang. NR juga merasakan bahwa banyak perubahan dalam hal kebutuhan. Saat anak-anaknya masih kecil, NR masih memiliki power untuk mengendalikan kebutuhan dan keinginan anggota keluarga yang belum bervariatif. Namun sekarang anak-anaknya sudah beranjak remaja sudah mulai memiliki keinginan dan prestise. Kebutuhan sekolah tidak hanya sekolah, namun ada kendaraan dan gadget. Hal ini membuat NR harus bernegosiasi dengan anak-anaknya dan tidak bisa bersikap agak otoriter seperti dulu. Selama ini kebutuhan yang meningkat tersebut tidak bisa ter-cover karena dunia sekarang sangat hedonis. Strategi yang NR lakukan yaitu mengarahkan anak ke sekolah negeri dan mengarahkan anak ke kegiatan gereja. Selain itu, NR juga membatasi pergaulan anaknya. Jika ekonomi sedang baik, tidak akan menjadi masalah jika anak NR bergaul dengan siapa saja, namun jika ekonomi sedang buruk, jangan banyak bergaul dengan teman-teman yang hedonis. Dalam pertemanannya pun, NR merupakan sosok yang berteman jika ada kepentingan, jika tidak ada kepentingan NR merasa malas. Saat NR mengingat tentang kewajibannya sebagai pencari nafkah dalam keluarga yang berada dalam masa pensiun dengan anak yang masih sekolah, NR merasa kok ini menimpa diriku, susah, galau, kelabu, khawatir, kalut, bingung, dan sepaneng. Ketika merasa tertekan, NR menyadari bahwa hal itu berpengaruh pada perilakunya sehari-hari, di mana sebenarnya NR bisa membicarakan hal cukup A saja namun menjadi ABC. Ketika sudah sunyi, NR bisa berefleksi dan menyadari tindakannya yang di luar kontrol dan seharusnya tidak seperti itu. Namun NR juga beruntung diberikan otak yang pelupa oleh Tuhan sehingga NR tidak sepanjang waktu memikirkan hal ini. Terkadang NR bisa lupa dan merasa happy namun ketika teringat kembali, perasaan NR menjadi tumpang tindih. Ketika merenung, NR menyadari bahwa NR sudah harus mencari ide, padahal selama ini NR merasa sudah mencari setengah mati. NR menganggap bahwa dalam menghadapi permasalahan, orang Indonesia arahnya ke agama, sehingga NR cenderung melarikan diri kepada Tuhan, memang bukan tempat yang paling aman namun merupakan tempat paling nyaman. Bagi NR, rasa takut itu boleh tapi jangan berlebihan dan dalam ajaran yang dipegangnya bahwa apa yang kamu khawatirkan biasanya malah tidak terjadi. NR juga meyakini bahwa kekhawatiran itu ada agar manusia bisa lebih waspada. NR juga memiliki hobi membaca. Saat muda dulu NR lebih berminat membaca buku-buku politik, ekonomi, namun sekarang NR lebih banyak membaca buku-buku rohani untuk menguatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan memberikan ketenangan saat NR merasa sulit. Selain berdoa dan membaca, ketika NR merasa tertekan, NR biasanya akan pergi berjalan- jalan naik motor. NR terbiasa menjadikan istrinya sebagai tempat curhat untuk mengeluarkan tekanan-tekanan besar yang dirasakannya. NR mengatakan kepada istrinya kalau kebutuhan normal kita cukup, tapi kalau ada sekolah baru kebutuhan kita kurang. NR juga meminta kepada istrinya agar tidak dituntut lebih. Untuk menyiasati kekurangannya, NR mengurangi pola konsumtif. NR tidak akan menuntut istrinya untuk memikirkan ide kegiatan apa yang bisa dilakukan saat NR sudah pensiun nanti karena NR merasa itu adalah tugasnya sebagai kepala keluarga, istri sudah terlalu sulit untuk mengatur keuangan dan NR tidak mau menambah beban istrinya. NR merasa istrinya memiliki peran yang besar pada kehidupan harian dan nyatanya segala kesulitan dan kekurangan selalu berhasil NR lewati.

c. Informan III BY