66
D. Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria karyawan pria dalam fase dekat pensiun sebagaimana yang diungkapkan oleh Tarigan 2002 bahwa masa
kritis terjadi saat 1-2 tahun sebelum pensiun. Bagi SG, masa 1-2 tahun sebelum pensiun digunakan untuk membicarakan pada istri bahwa SG hanya memiliki
waktu 1-2 tahun lagi untuk bekerja, masa tersebut akan digunakan untuk memulai usaha atau tetap seperti ini. SG merasa memiliki beban karena saat SG pensiun
anak masih sekolah. Sedangkan NR berikhtiar bahwa masih ada satu tahun untuk mencari tambahan pendapatan atau usaha, karena NR sudah kehilangan 4 tahun
kesempatan yang diberikan oleh kantor untuk mencari usaha yang cocok. NR juga merasa tertekan dengan kewajiban ini. Pada informan BY tidak ada pengaruh
berarti mengenai hal tersebut karena BY telah mempersiapkan tabungan dan asuransi sejak anak BY lahir.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa SG dan NR kurang memiliki kesiapan dalam menghadapi masa pensiun. Hurlock 2008 mengungkapkan bahwa
sebagian pria yang menghadapi masa pensiun mengalami permasalahan penyesuaian diri yang menyangkut perubahan peran dalam keluarga akibat dari
berhentinya pencari nafkah dan akan mempengaruhi pola hidup mereka. Pensiun dianggap sebagai beban mental karena mereka tidak memiliki banyak sumber
pengganti kepuasan untuk menggantikan kepuasan yang didapatkan selama ini ketika berkerja Hurlock, 2008; Jahja, 2011. Permasalahan ini tentu harus
dikonsultasikan kepada keluarga. Jika keluarga tidak memberikan respon yang baik dengan mengabaikan atau tidak memperhatikan permasalahan ini, maka hal
ini dirasa semakin sulit dan berat Hurlock, 2008. Hal ini dialami oleh SG di mana SG merasa istri cenderung menyalahkan SG karena berpenghasilan kecil.
Ketika SG berkeinginan untuk pensiun dini dan membuka usaha, SG kurang mendapatkan dukungan dari keluarga karena istri belum berani untuk usaha dan
anak SG tidak bisa menyelesaikan skripsi dalam batasan waktu yang diberikan SG. Jika dibandingkan dengan NR dan BY yang merasa diberi dukungan oleh
keluarga, SG memang lebih banyak merasa bersalah terhadap diri sendiri . Orang madya yang telah melakukan persiapan untuk menghadapi masa
pensiun akan dapat menyesuaikan diri lebih baik daripada yang belum melakukan persiapan Hurlock, 2008. Hal ini sesuai dengan BY yang lebih siap dalam
menghadapi masa pensiun dibandingkan dengan SG dan NR, karena BY telah mempersiapkan tabungan dan asuransi pendidikan sejak anaknya lahir. BY juga
sudah memiliki usaha dan investasi sebagai tambahan pendapatan di hari tuanya nanti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emosi positif dan emosi negatif muncul pada setiap informan dalam menghadapi masa pensiun. Emosi positif yang
muncul pada ketiga informan adalah perasaan siap dalam menghadapi masa pensiun. SG merasa siap karena SG merasa perusahaan tempatnya bekerja sudah
tidak berkembang, NY merasa siap untuk meninggalkan kantor dan pekerjaan yang telah digeluti selama puluhan tahun, dan BY merasa siap karena telah
melakukan persiapan sejak anaknya lahir. Emosi negatif yang muncul pada ketiga informan adalah rasa khawatir dan
was-was mengenai keadaan ekonomi jika ketiga informan sudah tidak bekerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nantinya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini 2013, bahwa subjek mencemaskan pendapatan mereka yang berkurang saat pensiun
sedangkan masih memerlukan biaya untuk sekolah anak serta memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat. Meskipun ketiga informan merasakan hal
yang sama, namun kekhawatiran dan rasa was-was yang dialami BY lebih ringan daripada SG dan NR karena BY telah memiliki tabungan masa depan untuk
anaknya. Selain itu, informan NR juga menjadi tidak sabaran dengan anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yuliarti Maulana 2014 di mana salah
satu kecemasan yang dirasakan pegawai yang akan pensiun berkaitan dengan kurang bisa mengontrol emosi ketika sedang marah.
Sesuai dengan yang diungkapkan Gross 2014 bahwa emosi dapat membantu dalam berinteraksi namun emosi juga bisa merugikan ketika berlebihan dalam
menghadapi sebuah situasi. Dari hasil penelitian, ketiga informan berusaha meregulasi emosi-emosi negatif yang muncul dalam menghadapi masa pensiun
dengan cara mereka masing-masing. Gross 2014 mengungkapkan 5 bentuk proses regulasi emosi yaitu pemilihan situasi situation selection, modifikasi
situasi situation modification, penyebaran atensi attentional deployment, perubahan kognitif cognitive change dan modulasi respon response
modulation . Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima bentuk proses
regulasi emosi muncul pada ketiga informan. Modulasi respon response modulation
tidak muncul pada ketiga informan. Bentuk proses regulasi emosi pemilihan situasi situation selection
merupakan usaha untuk mengurangi atau meningkatkan emosi yang dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan cara menghindari atau mendekati objek maupun situasi Gross, 2014. Bentuk pemilihan situasi yang dilakukan oleh SG adalah mendengarkan pendapat
istri, menentukan pilihan yang akan dijalani saat pensiun nanti dan melakukan perencanaan ke depan. NR melakukan pemilihan situasi dengan memilih
menghindari usaha-usaha dengan resiko tinggi atau mencari aman, tidak lari dari kenyataan namun menjalani, menghadapi dan membiarkan hidup mengalir,
memiliki strategi dalam pendidikan anak dan penyelesaian masalah keuangan, memilih cara bernegosiasi untuk menyelesaikan permasalahan dengan anak,
memiliki pandangan mengenai bisnis di usia 50-an yang sulit karena harus memikirkan pekerjaan juga dan merasa ada banyak peran istri dalam
kehidupannya. Sedangkan BY melakukan pemilihan situasi dengan melakukan perencanaan, ikut asuransi dan mundur ketika merasa sudah tidak mampu,
mencari penghasilan dan memanfaatkan rejeki, serta berusaha memenuhi tanggung jawab meskipun hasilnya lihat nanti.
Modifikasi situasi situation modification adalah usaha untuk merubah situasi untuk mengubah dampak emosionalnya Gross, 2014. Bentuk modifikasi
situasi yang dilakukan oleh SG adalah mencari alternatif kegiatan atau pekerjaan lain sejak tahun 2004 saat SG merasa perusahaan sudah tidak berkembang lagi.
NR melakukan perubahan situasi dengan mengurangi pola konsumtif, mengurangi hedonisme, dan istri membantu menurunkan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Yuliarti Maulana 2014 di mana salah satu penyebab kecemasan pada pegawai yang akan pensiun adalah tidak bisa
memenuhi semua keinginan anaknya maupun keinginan keluarga dari segi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekonomi. Selan itu, NR juga mencari alternatif ide usaha sejak usia 50 tahun di mana kantor mulai memberikan kebebasan waktu untuk karyawannya selama 5
tahun terakhir untuk mencari alternatif usaha atau pekerjaan saat pensiun nanti. Sedangkan BY melakukan investasi dan mencari kesibukan sejak BY memiliki
anak setelah 17 tahun pernikahan dan BY menyadari bahwa ketika BY pensiun anak masih sekolah. Hal yang dilakukan ketiga informan sesuai dengan fase jauh
pensiun. Robert Archley Santrock 2012 menjelaskan pada fase jauh individu mulai melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan masa
pensiunnya. Penyebaran atensi attentional deployment merupakan bentuk pengalihan
perhatian untuk mempengaruhi sebuah perasaan Gross, 2014. Bentuk penyebaran atensi yang dilakukan oleh SG adalah memikirkan perasaannya dan
konsekuensi dari pilihan yang dibuatnya, memikirkan hal-hal yang menimbulkan emosi seperti rencannya yang gagal, disalahkan istri dan tidak mendapat
dukungan. Selain itu, SG memiliki pelarian ke gereja atau berdoa dan memiliki minat setelah pensiun yaitu ingin berkendara dengan motor ke luar kota untuk
menjenguk anak-anak jika sudah bekerja. Penyebaran atensi yang dilakukan NR adalah memindahkan perhatian dengan
memanfaatkan otak yang diberi kelupaan sehingga tidak selalu memikirkan permasalahan ini. NR juga menyerahkan semuanya kepada Tuhan, melakukan
perenungan atau berefleksi, memanfaatkan kesempatan yang diberikan kantor, mencari penyegaran dan menjadikan hobi membaca sebagai pelampiasan, serta
menjadikan jalan-jalan sebagai pelarian untuk mengusir rasa tertekan. NR juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berfokus pada kebutuhan anak di mana kebutuhan pendidikan anak saat ini tidak hanya sekolah namun ada kendaraan dan les, serta memfokuskan pada hal-hal
yang menimbulkan emosi seperti dunia yang hedonis, kebutuhan yang semakin meningkat. Hal ini seusai dengan perubahaan ekonomi menurut Bradbury 1987
di mana penghasilan akan berkurang namun masih harus membiayai anak sekolah atau kuliah. Pada saat anak berada dalam masa sekolah, keluarga bertugas untuk
memenuhi kebutuhan anak dalam mengembangkan kemampuan dengan memfasilitasi anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler atau kursus
Fredericks Eccles dalam Santrock, 2011. Penyebaran atensi yang dilakukan oleh BY adalah dengan menyerahkan
kepada Tuhan, berdoa, membagi rasa khawatir dengan ikut asuransi, memahami bahwa ketika BY pensiun anak masih sekolah, hiburan dengan bertemu keluarga,
dan tidak melampiaskan atau memarahi anak buah meskipun pekerjaan tidak selesai dan membuat BY harus bekerja lebih keras. BY memilih untuk
mengalihkan perhatian terhadap rasa was-wasnya dengan berjalan-jalan. Selain itu BY juga memfokuskan pikiran pada hal-hal yang menimbulkan emosi seperti
penurunan produktifitas, perasaan was-was yang muncul saat banyak pekerjaan, dan teringat saat pensiun nanti mau bagaimana, bingung ketika besok tidak ada
kegiatan. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai pensiun yang diungkap oleh Rini 2011 di mana sebagian orang merasa cemas karena tidak
tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak setelah pensiun. Perubahan kognitif cognitive change yaitu mengubah cara berpikir untuk
mengubah makan yang dapat menimbulkan emosi Gross, 2014. SG melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perubahan kognitif dengan tidak memandang negatif masa tua jika tidak ada pekerjaan. SG juga yakin akan memiliki penghasilan yang bagus dengan usahanya
bersama istri dan ketika mengalami kegagalan, SG berpikir bahwa mungkin belum rejekinya. BY melakukan perubahan kognitif dengan beranggapan wajar
ketika orang tidak memiliki kegiatan maka akan down. Hal ini sesuai yang diungkapkan Handayani 2013 bahwa saat pensiun individu akan kehilangan
kegiatan rutin yang dilakukan sejak berangkat sampai pulang kerja. NR melakukan perubahan kognitif dengan meyakini bahwa apa yang dikhawatirkan
itu tidak akan terjadi meskipun kekhawatiran itu memang ada supaya lebih waspada. NR juga merasa bahwa semakin tua orang semakin mampu mengatur
hati dan perasaannya, namun untuk menyelesaikan sebuah masalah tergantung pada persoalannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lachman 2004, dalam
Papalia Feldman, 2014 bahwa individu paruh baya dapat mengatasi stres dengan baik dibandingkan individu dalam kelompok usia lain. Mereka merasa
memiliki kontrol diri yang stabil di kehidupan mereka Skaff, 2006, dalam Papalia Feldman, 2014.
Modulasi respon response modulation merupakan respon pasa aspek fisiologis individu setelah mengalami emosi Gross, 2014. Hal ini tidak muncul
pada ketiga informan karena ketiga informan tidak menyadari dan tidak merasakan adanya pengaruh dari tekanan yang mereka rasakan terhadap aspek
fisiologis. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi regulasi emosi, yaitu usia, jenis
kelamin dan religiusitas. Penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
usia individu maka kemampuan regulasi emosi akan semakin meningkat, di mana semakin bertambahnya usia, maka kemampuan regulasi emosi akan semakin baik
sehingga ekspresi emosi akan semakin terkontrol Maider dalam Coon, 2005. Hal ini sesuai dengan pernyataan NR di mana orang tua lebih bisa mengatur hati dan
perasaan namun belum tentu bisa menyelesaikan permasalahan. Menurut NR orang tua sudah banyak menyerap pengalaman baik dari permasalahan diri sendiri
maupun orang lain. Mengenai faktor jenis kelamin, pria dan wanita memiliki perbedaan dalam
mengekspresikan emosi baik secara verbal maupun ekspresi wajah karena pria dan wanita memiliki tujuan yang berbeda dalam mengontrol emosi Fischer dalam
Coon, 2005. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh SG dan NR. SG mengatakan jika pria menyelesaikan permasalahan dengan tindakan dan wanita
biasanya lebih peka dan berbicara dengan perasaan sehingga bisa stres dalam menghadapi permasalahan. Sedangkan NR berpendapat jika pria dari otak turun
ke hati sedangkan wanita dari hati ke otak. Kalau dari otak akan diam untuk mengolah dan menganalisis dan kemungkinan besar lebih valid solusinya. Tapi
kalau dari hati itu sudah perasaan panas jadi tidak bisa berpikir jernih. Namun menurut NR jika disatukan akan lebih baik.
Faktor yang terakhir adalah religiusitas dimana semakin tinggi tingkat religiusitasnya, individu akan semakin berusaha untuk mengatur emosinya agar
tidak berlebihan Krause dalam Coon, 2005. Hal ini sesuai dengan ketiga informan di mana ketiga informan percaya dalam setiap agamanya bahwa Tuhan
akan memberikan jalan dan ketiga informan lebih memilih untuk menyerahkan kepada Tuhan dan berdoa dalam menyelesaikan permasalahannya.
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa usaha untuk mengatasi pensiun dilakukan dengan empat bentuk yaitu pemilihan situasi situation selection,
modifikasi situasi situation modification, penyebaran atensi attentional deployment
dan perubahan kognitif cognitive change. Secara umum, untuk mengatasi tekanan dalam menghadapi masa pensiun ini, informan cenderung
memilih untuk mendengarkan pendapat istri, menghindari risiko, yang dilakukan dengan perencaaan baik secara langsung yaitu dengan mencari alternatif mengenai
kegiatan atau pekerjaan lain maupun mengurangi kebutuhan konsumtif. Selain itu, informan cenderung akan mengubah pola pikir dan pandangannya terkait hal-
hal yang menimbulkan tekanan dalam menghadapi masa pensiun. Kecenderungan usaha-usaha untuk menghindari resiko tersebut juga terlihat dari dominannya
religiusitas yang digunakan sebagai sandaran saat merasakan gejolak emosi seperti rasa khawatir dan was-was dalam menghadapi masa pensiun, dimana
informan akan menyerahkan segala ketakutan dan kekhawatirannya kepada Tuhan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masa krisis pada fase dekat pensiun yang berada dalam rentang waktu 1-2 tahun hanya dialami oleh SG dan
NR, sedangkan BY tidak ada pengaruh berarti karena telah mempersiapkan tabungan dan asuransi sejak anak BY lahir. SG dan NR merasa tertekan dan