Informan III BY Latar Belakang Informan a. Informan I SG

dan memberikan ketenangan saat NR merasa sulit. Selain berdoa dan membaca, ketika NR merasa tertekan, NR biasanya akan pergi berjalan- jalan naik motor. NR terbiasa menjadikan istrinya sebagai tempat curhat untuk mengeluarkan tekanan-tekanan besar yang dirasakannya. NR mengatakan kepada istrinya kalau kebutuhan normal kita cukup, tapi kalau ada sekolah baru kebutuhan kita kurang. NR juga meminta kepada istrinya agar tidak dituntut lebih. Untuk menyiasati kekurangannya, NR mengurangi pola konsumtif. NR tidak akan menuntut istrinya untuk memikirkan ide kegiatan apa yang bisa dilakukan saat NR sudah pensiun nanti karena NR merasa itu adalah tugasnya sebagai kepala keluarga, istri sudah terlalu sulit untuk mengatur keuangan dan NR tidak mau menambah beban istrinya. NR merasa istrinya memiliki peran yang besar pada kehidupan harian dan nyatanya segala kesulitan dan kekurangan selalu berhasil NR lewati.

c. Informan III BY

BY merupakan seorang karyawan di perusahaan LPG di Yogyakarta. BY tinggal di daerah Sleman bersama istri dan seorang anak perempuannya. Anak BY saat ini duduk di kelas dua sekolah menengah atas dan istri BY merupakan seorang ibu rumah tangga. Mendekati masa pensiun, BY membuka bisnis pangkalan LPG di rumahnya dan istrinya yang mengurus. Bagi BY, pensiun merupakan keadaan di mana seseorang tidak digunakan lagi oleh perusahaan sehingga sudah harus merencanakan untuk ke depannya. Perencanaan dan persiapan yang dilakukan BY sudah dilakukan sejak anaknya baru lahir. BY dan istri mendapatkan anak setelah 17 tahun pernikahan. Hal ini membuat BY menyadari bahwa ketika BY pensiun nanti anaknya masih sekolah. Ketika anaknya lahir, BY mendaftarkan anaknya untuk asuransi dan tabungan. BY berharap semua yang sudah BY persiapkan akan cukup untuk anaknya hingga lulus kuliah dan bahkan hingga anaknya berumahtangga. BY memang merasa khawatir namun sejak awal sudah menyadari sehingga BY membagi kekhawatirannya tersebut ke asuransi. BY sudah berusaha menjalankan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Meski begitu BY tetap merasa bingung dan khawatir karena ketika pensiun nanti BY tidak lagi melakukan rutinitas yang selama ini BY lakukan. BY juga merasa lebih sensitif untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dimasukkan ke hati namun BY masukkan ke hati. BY juga merasa was-was mengenai kehidupan setelah pensiun nanti. Ketika perasaan itu muncul, BY akan jalan-jalan melihat-lihat produksi di pabrik atau jika di rumah BY akan melihat-lihat kolam di belakang rumahnya. Menurut BY, wajar jika seorang yang terbiasa kegiatan lalu tidak memiliki kegiatan akan menjadi down. Saat hari-hari awal pensiun, orang akan merasa “kluntang-kluntung” karena tidak memiliki kegiatan, namun hal tidak boleh berlarut-larut karena akan berpengaruh pada kesehatan sehingga perlu mencari kegiatan untuk mengisi waktu. Ketika BY merasa khawatir, BY biasanya akan berdoa dan memasrahkan semuanya kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Allah. BY juga merasa sudah berusaha untuk memenuhi tugas dan tanggungjawabnya sebagai orangtua. BY sudah merasa siap menghadapi masa pensiun karena secara finansial, BY sudah berusaha mempersiapkan semua kebutuhan. BY merasa belum ada pengaruh pada kehidupannya karena masih ada support dana. BY juga menyadari adanya post power syndrome namun BY merasa tidak mengalaminya karena BY sudah menyiapkan dana, menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengisi hari tuanya yaitu bisnis pangkalan LPG, inventaris rumah, membantu memberikan pinjaman dengan tambahan pendapatan, serta mencari kegiatan yang positif seperti mengikuti pengajian dengan berbagai kelompok.

C. Hasil Penelitian