Informan II NR Hasil Penelitian

meskipun keinginan sendiri tidak terpenuhi. SG menekankan pada kedua anaknya bahwa tidak bisa memberikan harta, hanya mampu menyekolahkan. Jika anak-anak bisa mendapatkan beasiswa maka itu menjadi nilai plus. SG selalu mengupayakan supaya anaknya bisa sekolah untuk bekal hidup. SG menuturkan: “Sisi positifnya apa ya. Istilahnya kalau istilahnya orang Jawa tuh belum rejekinya gitu. Atau mungkin garis rejeki saya tuh di sini, kaya gini gitu. Saya tuh hidup saya tuh saya nggak mau hidup yang muluk-muluk kok, yang penting saya anak saya bisa sekolah, keinginan anak saya terpenuhi, meskipun keinginan saya nggak terpenuhi. Nggak papa. ” line 736-747 SG memiliki pendapat tentang perbedaan pria dan wanita dalam menghadapi permasalahan. Menurut SG pria menyelesaikan permasalahan dengan tindakan dan wanita biasanya lebih peka dan berbicara dengan perasaan sehingga bisa stres dalam menghadapi permasalahan. Bentuk regulasi emosi modulasi respon response modulation dalam menghadapi masa pensiun tidak muncul dalam pengalaman SG karena SG tidak menyadari apakah ada perubahan yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis ketika SG sedang dalam masalah.

2. Informan II NR

a. Emosi Emosi positif yang dialami NR dalam menghadapi masa pensiun adalah NR merasa tidak takut untuk pensiun dan siap untuk meninggalkan pekerjaan yang sudah NR geluti selama bertahun-tahun. NR berikhtiar bahwa masih ada waktu satu tahun untuk mencari peluang usaha. NR berkeyakinan dapat melewati masa ini dan jika kita berusaha maka kita akan mendapatkannya. NR menjadi semain rajin untuk mencari hikmat dari atas dan bersemangat dalam mencari pendapatan di usia yang lebih tua. NR mengungkapkan: “Kemudian yang kedua itu tadi jadi ada energi baru lebih segar di otak ya lebih semangat aja meskipun di usia yang lebih tua dalam mencari pendapatan lain yang lebih. ” line 607-611 Sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap keluarga, NR mencari usaha dengan cara browsing. Meski begitu NR tetap harus berhati-hati dan waspada. Dengan permasalahannya ini, NR menjadi tidak neko- neko dan lebih bijaksana. Meski begitu, NR juga merasakan emosi negatif dalam menghadapi masa pensiun di mana NR cenderung merasa tertekan dengan kewajibannya saat ini di mana setahun lagi NR pensiun namun kedua anaknya masih duduk di bangku SMA dan SMP. NR juga merasa tertekan dengan pola hidup setelah pensiun akan seperti apa dan bagaimana caranya untuk mencapai standar hidup yang selama ini sudah dijalaninya karena pendapatan dari usahanya belum bisa mencukupi standar tersebut. Selain itu, NR juga merasa tertekan bagaimana caranya untuk keluar dari permasalahan ini, ketika nanti pendapatan tidak bisa meng-cover biaya kebutuhan yang naik. Rasa tertekan yang dirasakan sangat berpengaruh ke kejiwaan di mana NR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjadi sepaneng, emosi di luar kontrol sehingga tidak sabaran kepada anak. NR bercerita: “Nah kalau tertekan masuk ke rasa ya banyak sekali pengaruhnya ke kejiwaan, ya sok nggak sabaran ya sama anak. Bicaranya A aja cukup tapi ndadak ABC gitu. ” line 526-531 Selain itu, perasaan NR menjadi tumpang tindih, galau, stres, pusing, perasaan menjadi kelabu atau mengambang, tidak jelas, buram, tidak senang, khawatir, kalut dan bingung. NR merasa mengapa hal ini menimpa dirinya dan membuat perasaannya campur aduk sampai kepala. b. Regulasi Emosi Bentuk proses regulasi emosi pemilihan situasi situation selection dalam menghadapi masa pensiun ditunjukkan dengan pandangan NR mengenai pensiun. Menurut NR, pensiun hanya berpindah kerja. Jika di ibaratkan perjalanan, maka pensiun adalah sebuah portal, jika portal tersebut tertutup maka harus mencari jalan lain. Dalam mencari jalan lain atau usaha lain, NR menghindari resiko tinggi. Menurut NR, bisnis merupakan hal yang sulit dan orang tua sudah terlalu tua untuk menanggung resiko tinggi seperti kerugian, jadi menurut pengalaman yang bisa dilakukan adalah yang aman-aman saja. NR mengungkapkan: “Nyatanya kan persoalannya satu itu, sudah tua buat menanggung resiko kerugian gagal di tengah jalan, kalau orang tua harus safe-safe aman. ” line 98-103 Menurut pengalaman NR, ketika sudah memasuki usia limapuluhan semangat kerja akan mengalami penurunan karena mungkin sudah ada bayangan terpecah antara pekerjaan dengan kelanjutan hidup ke depan akan bagaimana. Meski begitu, NR tidak lari dari kenyataan dan tetap menghadapi serta membiarkan hidup mengalir saja. Dalam hal pendidikan anak, NR ingin mendidik anak dengan kualitas yang baik sehingga fasilitas juga harus baik. Jika sedang mengalami kesulitan ekonomi, maka NR akan mencari berkat dengan mencari pinjaman uang bukan hanya berdoa semalam suntuk meminta keajaiban. NR bercerita: “Ya jalannya ya kalau secara ekonomi ada yang namanya pinjaman. Memang harus muter-muter untuk mencari berkat tuh, nggak malah berdoa semalam suntuk minta keajaiban turun 10 juta gitu. ” line 470-474 “Ya kalau saya terus jadi setan kredit itu jadi banyak pinjaman ya nggak papa, memang jalannya seperti itu sudah menjadi bagian dari standar hidup, daripada kita munafik ya kan wes jelas ra cukup wes malah ning gerejo ntar mukjizat nggak pernah terjadi ntar malah kendo malah marah-marah sama Tuhan. ” line 480-488 Bentuk proses regulasi emosi modifikasi situasi situation modification dalam menghadapi masa pensiun ditunjukan NR dengan memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh kantor untuk mencari pekerjaan atau usaha lain. NR banyak membaca tentang motivator usaha karena di kantor tidak menyediakan fasilitas seminar atau pelatihan usaha. Selain itu, NR menyiasati masa pensiun dengan mulai mengurangi pola konsumtif dengan peran istri yang membantu menurunkan kebutuhan yang tidak penting. NR juga mengurangi hedonisme dengan mengarahkan anak ke sekolah yang tidak neko-neko yaitu sekolah negeri dan lebih banyak mendorong anak ke lingkungan yang minat hedonismenya rendah seperti kegiatan gereja, karena di gereja tidak mungkin pesta pora. NR mengungkapkan: “Dunianya begini, dunia yang hedonis gini piye. Untung saya bisa mengarahkan anak ke sekolah yang nggak neko- neko. Kaya anak tak kasih sekolahin ke sekolah negeri gitu. Itu strategi hidup juga. Artinya ketika kita kasih ke lingkungan yang seperti itu kan minatnya hedonisme yang rendah ” line 375-382 “Kehidupan itu dia lebih banyak tak dorong ke gereja. Mungkin kalau dia tak suruh bergaul di tempat les seperti Elti katakanklah, wah itu juga ancur lagi. Ketika saya bilang ekonomi saya kuat ya silakan saja, misalkan dia punya komunitas di Elti gitu, tapi kalau enggak ya nggak usah, habis dari Elti langsung di tarik pulang jangan banyak berkumpul dengan mereka. Jadi tidak melulu di sekolah, tapi komunitas hariannya, kalau kegiatan gereja kan nggak mungkin to yo ning kono arep pesta pora ” line 396-410 Bentuk proses regulasi emosi penyebaran atensi attentional deployment dalam menghadapi masa pensiun dilakukan NR dengan fokus pada hal-hal yang menimbulkan emosi. NR merasa kebijakan yang diberikan kantor ada untung dan ruginya, karyawan usia 50 tahun sudah diberi kebebasan waktu untuk mencari usaha namun tidak diarahkan atau diberi tau, karyawan diminta untuk mencari sendiri dan akhirnya payah sekali. Hal yang menimbulkan emosi lainnya adalah NR merasa sudah enak mapan namun tiba-tiba harus dicut di mana bisnis juga belum bisa mengimbangi standar hidup sedangkan kebutuhan akan semakin tinggi tapi pekerjaan hilang, penghasilan menurun sehingga tidak bisa ter-cover. Meski NR memiliki cadangan, namun itu tidaklah cukup untuk menghadapi dunia yang semakin hedonis, kenaikan gaji pun tidak bisa mengikutinya. Kesulitan lainnya yang dihadapi NR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI adalah tidak bisa mengendalikan kebutuhan keluarga yang meningkat. Untuk menyekolahkan anak sampai ke bangku kuliah, NR menanyakan pada dirinya sendiri apa bisa karena NR merasa kalau untuk kebutuhan normal itu cukup tapi kalau ada kebutuhan sekolah baru akan kurang. NR bercerita: “Saya sebagai orangtua nyekolahin anak minimal nanti universitaslah katakanlah. Kan saya mikir duh sesuk duit e koyo opo yo, 25 juta po iso. ” line 451-455 “Kalau kebutuhan normal kita pas, tapi kalau ada kebutuhan sekolah baru berarti kita kurang. ” line 498-501 NR merasa masalah ke depan tidak hanya itu, meskipun semakin bertambah usia referensi penyelesaian masalah semakin banyak, namun semakin tua masalah yang dihadapi juga semakin besar. Ketika NR merenung, NR merasa sudah harus mencari usaha lain. Biasanya NR akan merenung saat suasana sudah sunyi sehingga bisa berefleksi. Bagi NR masa hening itu penting, seperti misalnya saat NR menjadi lebih sensitif karena tertekan akan permasalahannya menjelang pensiun ini, NR bisa berpikir meskipun NR merasa tertekan namun seharusnya tidak bersikap seperti itu. NR bercerita: “Dorongan dari tertekan itu biasa, tapi ketika udah sunyi gitu ketika semua sekolah itu kan bisa berefleksi ya, masa hening itu penting ya. Ketika ada ruang keheningan itu biasanya berpikir meskipun aku tertekan tapi nggak seharusnya seperti itu. ” line 531-537 Berkaitan dengan kebutuhan anak, NR merasa ketika anak masih kecil, anak bisa dikendalikan, kebutuhan dan keinginan keluarga juga belum bervariatif. Namun menginjak usia tua, anak mulai remaja usia 17 tahun, harga diri dan keinginan anak mulai tampak. Kebutuhan sekolah juga diikuti dengan kebutuhan lainnya seperti kendaraan. NR berusaha untuk memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh kantor selama 5 tahun untuk pandai-pandai mencari usaha. NR memiliki hobi membaca, jadi ketika NR butuh penyegaran dan pelampiasan, maka NR akan pergi ke toko buku untuk membaca- baca buku. Tidak perlu membeli cukup masuk ke sana suasananya sudah tenang dan dingin itu membuat NR merasa segar. Biasanya NR akan mengambil buku lalu melihat daftar isi dan membaca yang sesuai dengan suasana hati yang sedang NR rasakan saat itu. Namun NR mengalami perubahan minat buku bacaan, dulu NR membaca buku politik ekonomi, namun sekarang NR banyak membaca buku-buku rohani karena merasa sudah tua dan sudah dekat dengan Sang Khalik sehingga membaca buku-buku seperti itu. NR bercerita: “Tapi hobi saya kebetulan membaca dari dulu. Hobi membaca jadi pelampiasan apapun pasti membaca. Misalnya baca-baca buku tentang politik, ekonomi, ha itu udah tak simpen, sekarang bacaannya buku-buku rohani. Orang tua ya biasanya karena dia udah dekat dengan Sang Khalik yaudah bacaannya yang kaya gitu-gitu. Untungnya saya memang sejak dulu sukanya baca. Jadi pelampiasannya baca aja, nggak pake biaya. ” line 308-319 Selain membaca, pelarian NR adalah ke gereja atau jalan-jalan naik motor. NR jalan-jalan untuk mengusir rasa tertekan yang NR rasakan saat memikirkan tentang usaha yang harus NR lakukan saat pensiun nanti. Meski begitu, NR merasa beruntung karena Tuhan memberikan otak yang pelupa pada manusia sehingga NR bisa memindahkan perhatiannya sementara dari rasa tertekannya. Saat NR lupa dengan permasalahannya itu, maka NR bisa happy. Pada akhirnya NR menyerahkan semua permasalahannya kepada Tuhan. Ketika sedang merasa sulit, NR kembali menggunakan sisi rohaninya bahwa hidup mati tergantung yang punya hidup dan tidak ada yang mustahil. Kembali ke rohani memang bukan tempat paling aman namun itu merupakan tempat yang nyaman. Jika sudah tidak kuat, maka NR akan berdoa bilang pada yang punya hidup dan NR percaya akan adanya roh penghibur yang akan menguatkannya. NR mengungkapkan: “Ya satu kita kembali ya sisi rohaninya digunakan bahwa hidup mati orang kan tergantung pada yang punya hidup. ” line 138-141 “Ya kembali ke sini aja, paling apa ya bukan paling aman tapi nyaman ” line 156-158 “Kalau saya nggak kuat ya bilang aja sama yng punya hidup, ya jadinya sok supranatural ya hahaha ” line 582-584 Selain itu untuk mengurangi tekanan yang dirasakan, NR biasanya akan curhat kepada istri. Namun terkadang NR juga menyimpan sendiri perasaan dialaminya karena NR merasa itu merupakan masalah dan tanggungjawab kepala keluarga. Bentuk proses regulasi emosi perubahan kognitif cognitive change dalam menghadapi masa pensiun ditunjukkan dengan pandangan NR mengenai pensiun. Menurut NR pensiun adalah besok sudah tidak ke kantor lagi. Kalau PNS pensiun bisa menikmati hari tua namun bagi karyawan swasta tidak ada kata pensiun karena untuk hidup harus bekerja. Pensiun bagi karyawan swasta berarti berpindah kantor, meninggalkan satu pekerjaan tapi masih ada pekerjaan lain. NR bercerita: “Saya bilang orang swasta gak boleh pensiun, kalau pensiun nggak makan. Ya cuma pindah kantor aja sih. Yang saya rasakan Cuma itu setelah 50 tahun itu kesana kemari mencari usaha itu ya saya pekerjaannya banyak sekali ada ABC, setelah 55 besok A nya tak tinggalin, tapi nggak pensiun wong masih ada BC. ” line 729-737 NR juga mengambil makna positif bahwa NR yakin menurut kepercayaan orang hidup ada penggembalanya. NR percaya bahwa apa yang dikhawatirkan itu biasanya malah nggak terjadi. Dari pengalaman NR, hal yang dikira nggak mungkin ternyata mungkin dan kekhawatiran itu memang harus ada supaya kita waspada. Selain itu NR merasa bahwa orang tua lebih bisa mengatur hati dan perasaan tapi untuk bisa menyelesaikan sebuah permasalahan, tergantung seperti apa masalah itu. NR juga memiliki pendapat mengenai perbedaan pria dan wanita dalam menyelesaikan permasalahan. NR berpendapat jika pria dari otak turun ke hati sedangkan wanita dari hati ke otak. Kalau dari otak akan diam untuk mengolah dan menganalisis dan kemungkinan besar lebih valid solusinya. Tapi kalau dari hati itu sudah perasaan panas jadi tidak bisa berpikir jernih. Namun menurut NR jika disatukan akan lebih baik. Bentuk regulasi emosi modulasi respon response modulation dalam menghadapi masa pensiun tidak muncul dalam pengalaman NR karena NR tidak menyadari apakah ada perubahan yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis ketika NR sedang dalam masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Informan III BY