37
liturgi antara lain, lektor, pemazmur, paduan suara, pelayan komuni, pemusik, koster, misdinar, kolektan Martasudjita, 2009:108.
E. Tantangan  Penggunaan  Bahasa  Jawa  dalam  Perayaan  Ekaristi  Pada
Masa Sekarang 1.
Menghayati Ekaristi dalam Hidup Sehari-hari
Unsur  utama  dalam  ritus  penutup  ialah  berkat  dan  perutusan,  berkat membawa  manusia  kedalam  persekutuan  dengan  Allah  tritunggal,  perutusan
mengajak umat untuk mewartakan apa yang telah diterima dalam merayakan Ekaristi  dan  dapat  hidup  dalam  perutusan.  pewartaan  tersebut  bukan  hanya
pewartaan  kedalam  akan  tetapi  menuntut  pewartaan  keluar  yaitu  didalam kehidupan  sehari-hari.  Penghayatan  Ekaristi  ataupun  sakramen-sakramen
yang  lain  berarti  suatu  pengalaman  iman.  Dalam  menghayati  Sakramen Ekaristi  tidak  hanya  menyambut  dan  menghormati  komuni  suci  melainkan
ikut serta dan mengambil bagian dalam perayaan. Ekaristi  merupakan  pertemuan  pribadi  dalam  iman  dengan  Kristus,
dalam  iman  tersebut  seseorang  dipersatukan  dengan  Kristus  dan  dengan sesama.  Rasul  Paulus  menuliskan  “Bukankah  piala  ucapan  syukur,  yang
diatasnya  kita  ucapkan  syukur,  berarti  persekutuan  dengan  darah  Kristus? Bukahkan  roti  yang  kita  pecah-pecahkan  berarti  persekutuan  dengan  tubuh
Kristus?”  1Kor  10:16.  Ekaristi  berarti  persekutuan  dengan  Kristus  yang merupakan  pula  persekutuan  iman,  persekutuan  antar  jemaat  sebab  secara
bersama-sama  menghayati  iman  Gereja.  Ekaristi  sebagai  pusat  dan  puncak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
semua  sakramen  merupakan  suatu  perayaan  bersama,  dimana  yang  menjadi pusatnya bukanlah roti dan anggur melainkan Kristus yang karena iman hadir
dalam seluruh umat KWI,1996:412. Mewujudkan  Ekaristi  dalam  kehidupan  sehari-hari  bertolak  pada
paham  dan  penghayatan  akan  Allah  yang  mengasihi  dan  berbelas  kasih kepada  seluruh  umat  manusia  bukan  Allah  yang  menghukum  mereka  yang
berbuat dosa. Menghayati kegiatan sehari-hari dengan berpangkal pada  kasih Allah,  menaburkan  suka  cita  kepada  sesama,  peduli  kepada  yang
berkekurangan  berarti  bahwa  misteri  Ekaristi  sungguh  terwujud  dan diwartakan  kepada  setiap  umat  yang  melakukan  tindakan  kasih  tersebut.
Misteri  Allah  yang  terletak  pada  perayaan  dan  penghadiran  kasih  Allah kepada  seluruh  umat.  Dengan  menyadari  dan  menghayatinya  dalam  setiap
keputusan, perkataan dan perbuatan, maka apa  yang sudah di rayakan dalam Ekaristi terwujud dalam kehidupan sehari-hari Martasudjita, 2016:128.
Menghayati  Ekaristi  bukan  hanya  menyangkut  perwujudan  hidup yang  ekaristis  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Melainkan  bagaimana
menerapkan  hidup  yang  berkualitas  dalam  pewartaan  iman  kepada  sesama. Pewartaan  sukacita  Injil  berawal  dari  ketertarikan  kepada  Sabda  Allah
sebagai penerang seluruh hidup umat beriman, maka pewartaan bertolak dari pengalaman perjumpaan dan dikasihi oleh Sang pemberi Terang. Perjumpaan
dengan Tuhan Yesus akan terwujud melalui misteri Ekaristi dalam Perayaan Ekaristi.  Perjumpaan  dengan  Yesus  berarti  pula  pengalaman  dikasihi  oleh
Yesus.  Apabila  hal  ini  sungguh  disadari  maka  akan  muncul  perasaan  ingin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mewujudkan  dan  membagikan  kasih  Allah  kepada  sesama.  Yesus  Kristus sebagai juru selamat manusia, maka seluruh kegiatan, aktifitas serta perilaku
umat  manusia  senantiasa  dipusatkan  pada  usaha  memperkenalkan  Kristus kepada sesama.
Tuhan  hadir  dan  menyapa  umatNya  dengan  berbagai  bentuk  dalam setiap waktu dan dengan iman seseorang dalam merasakan dan merasa bahwa
Tuhan  senantiasa  tinggal  bersama  dengan  umatNya.  Melalui  iman memungkinkan bahwa Ekaristi menyatukan seluruh umat dengan Tuhan dan
dengan  sesama.  Gereja  merupakan  suatu  persekutuan  umat  yang  tergantung dari  kondisi  anggota-anggotanya,  Gereja  haruslah  dapat  hidup  sebagaimana
mestinya  sebuah  persekutuan  umat  Allah  bukan  hanya  hidup  sebagai tampaknya  saja  tanpa  adanya  suatu  persekutuan.  Untuk  mewujudkan  hidup
Gereja  yang  ekaristi  seperti  yang  dicita-citakan  oleh  Gereja  ialah  dengan menjadi  orang beriman  yang rendah diri. Kerendahan hati akan kasih  Yesus
Kristus  yang  begitu  besar  yang  akan  membuat  iman  semakin  bermakna  dan berdaya, terutama dalam Ekaristi dimana Yesus Kristus membagikan diriNya
kepada  seluruh  umat.  Dengan  demikian  seperti  ketaatan  Yesus  kepada  Bapa begitu  juga  umatNya  yang  senantiasa  taat  seperti  Kristus.  Ketaatan  kepada
seseorang  merupakan  suatu  kasih  sayang  yang  murni,  seperti  Allah  Bapa yang  membiarkan  PuteraNya  menderita  dengan  begitu  beratnya  untuk
menunjukan bukti ketaatNya kepadaNya Hadisumarta, 2013:87-94. Ekaristi merupakan roti  dan anggur  yang telah diubah menjadi  tubuh
dan  darah  Kristus  yang  sungguh-sungguh  hadir  dan  mengorbankan  diriNya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
bagi  keselamatan  umat  manusia  dengan  dibagikannya  kepada  seruruh  umat. Kristus telah membagikan diriNya untuk keselamatan manusia, oleh sebab itu
manusia  yang  telah  menerima  Tubuh  dan  Darah  Kristus  juga  diharapkan dapat  membagikan  diri  kepada  sesamanya  tanpa  kenal  batas.  Dalam
kehidupan sekarang ini Ekaristi terjadi dalam hidup manusia apabila manusia rela berbagi diri dengan orang lain tanpa pamrih maupun perbedaan, terutama
kepada  mereka  yang  membutuhkan.  “Lakukanlah  ini  untuk  mengenangkan Daku” perintah Yesus yang selalau di ucapkan kembali oleh imam setiap kali
dalam  perayaan  Ekaristi  bukan  hanya  untuk  mengenangkan  akan  peristiwa masa lampau. Hal ini dilakukan imam untuk menghadirkan Yesus di tengah-
tengah  mereka  supaya  semua  orang  yang    mengikuti  Ekaristi  mau  berbagi kepada orang lain Hadisumarta, 2013:100.
2. Tantangan Pengguanaan Bahasa Jawa dalam Perayaan Ekaristi
Inkulturasi  sebagai  upaya  gereja  untuk  mengikutsertakan  manusia dalam  mengungkapkan  iman  melalui  kekayaan  adat  istiadat  setempat
memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapai dalam dunia sekarang ini. tantangan tersebut antara lain:
a. Kurang  pengertian  ataupun  penghargaan  terhadap  adat  istiadat,  simbol
simbol  keagamaan  tradisional  kurang  dipahami  oleh  sebagian  umat, terutama  kaum  muda  yang  besikap  acuh  tak  acuh  terhadap  budayanya
sendiri di modern ini, kaum muda lebih mudah menangkap nilai baru dari luar.
41
b. Kurangnya partisipasi umat dalam liturgi, serta kurangnya kesadaran akan
penyadaran  liturgi  kepada  umat.  Umat  beranggapan  bahwa  liturgi hanyalah  sebagai  rutinitas  sebagai  seorang  Katolik  yang  hanya  cukup
dengan hadir dan merayakan Ekaristi. c.
Berhadapan  dengan  umat  heterogen  dari  kalangan  tua-muda, berpendidikan,  sehingga  memicu  terjadinya  perbedaan  pendapat.
Berhubungan  dengan  inkulturasi  ke  dalam  adat  istiadat  setempat  maka pihak    tua  muda  yang  saling  bertentangan.  Di  pihak  kaum  dewasa
inkulturasi  ke  dalam  budaya  setempat  dapat  membantu  pengayatan  iman, namun bagi kaum muda untuk saat ini kurang menyentuh hati mereka.
d. Dengan  perkembangan  zaman  saat  ini  menimbulkan  krisis  identitas  oleh
umat  akan  adat  istiadatnya  sendiri.  Budaya  baru  yang  terus  bermunculan dengan mudahnya dari berbagai sudut semakin menggantikan kebudayaan
asli karena tergantikan dengan budaya baru yang lebih kekinian. e.
Perlunya  pelayan  umat  menghayati  liturgi  secara  mendalam,  sehingga dapat  memimpin  dengan  benar  dan  dapat  dipahami  oleh  setuluh  umat.
Sebagai  pelayan  umat,  baik  prodiakon  maupaun  kepala  stasi,  lingkungan serta  wilayah  pengalaman  hidup  sehari-hari  menjadi  contoh  seluruh
umatnya.  Penghayatan  akan  liturgipun  menjadi  panutan  umatnya,  maka sudah  seharusnya  memiliki  contoh  yang  baik  untuk  bisa  membagikan
kepada setiap umat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III PENELITIAN TENTANG PENGGUNAAN BAHASA JAWA
DALAM PERAYAAN EKARISTI DI STASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KEMRANGGEN
Bab  III  menguraikan  penelitian    mengenai  pengunaan  Bahasa  Jawa dalam  Perayaan  Ekaristi  di  Stasi  St.  Fransiskus  Xaverius  Kemranggen.  Bab  ini
dibagi  menjadi  tiga  pokok  bagian  yaitu:  gambaran  umum  umat  Stasi  Fransiskus Xaverius  Kemranggen,  penggunaan  bahasa  Jawa  dalam  Ekaristi  dan  penelitian
serta  pembahasannya.  Gambaran  umum  umat  Stasi  St.  Fransiskus  Xaverius Kemranggen meliputi: sejarah singkat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen,
letak geofrafis, jumlah umat dan tantangan yang dihadapi oleh umat. Pengunaan bahasa Jawa dalam Ekaristi meliputi: pelaksanaan Ekaristi di
Stasi  St.  Fransiskus  Xaverius  Kemranggen.  Sedangkan  penelitian  tentang pengaruh penggunaan bahasa Jawa terhadap penghayatan  umat dalam Ekaristi di
Stasi  St.  Fransiskus  Xaverius  Kemranggen  terdiri  atas:  latarbelakang  penelitian, rumusan  penelitian,  tujuan  penelitian,  metode  penelitian,  responden,  tehnik
pengumpulan data, tempat dan waktu, variabel penelitian dan kisi-kisi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
A. Gambaran Umum Umat Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemranggen