Pengujian Efektivitas Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien

indikator memuaskan. Hal ini karena pada saat observasi peneliti menemukan adanya dokumen yang tidak lengkap tapi belum menemukan kesalahan pada pencatatan dokumen transaksi. Dengan demikian peneliti memilih confidence level R sebesar 95 mempercayai pengendalian internal yang efektif. b. Rumus Slovin dalam perhitungan jumlah sampel Setelah mengetahui besarnya risiko kesalahan maka sudah dapat dihitung banyaknya sampel menggunakan rumus Slovin. Berikut ini perhitungannya: Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir c. Penentuan Desired Upper Precision Limit DUPL PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam menentukan patokan efektivitas pengendalian internal, peneliti menggunakan DUPL sebesar 5. 4. Penentuan sampel dari seluruh anggota populasi Sampel yang akan diambil adalah sejumlah 344 kuitansi dari 2.438 kuitansi yang ada. Sampel sejumlah 344 lembar tersebut akan diambil secara acak dengan cara sebagai berikut berikut: a. Sortir data populasi berdasarkan nomor kuitansi secara ascending dari kecil ke besar. Perhatikan pada tabel 5.16. Tabel 5.16 Daftar Seluruh Kuitansi Selama Tahun 2014 No. Sampel No. Kuitansi 1 057927 2 057928 3 057929 … … 2436 060362 2437 060363 2438 060364 Sumber: Wawancara dan Observasi b. Ambil Median dari data yang ada dan dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang berada di atas median dan kelompok yang kedua adalah kelompok yang berada di bawah median. Dengan menggunakan Microsoft Excel kita bisa menggunakan formula =MEDIANcell:cell Didapat nilai median dari keseluruhan populasi tersebut sebesar 1.219,5. Sehingga jumlah populasi dari tiap kelompok sebanyak 1.219 kuitansi. Perhatikan pada tabel 5.17. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 5.17 Pembagian Kelompok Populasi Menggunakan Median No. Sampel No. Kuitansi 1 057927 2 057928 3 057929 … … 1217 059143 1218 059144 1219 059145 1220 059146 1221 059147 1222 059148 … … 2436 060362 2437 060363 2438 060364 Sumber: Wawancara dan Observasi c. Dengan menggunakan Microsoft Excel tambahkan kolom disamping kolom Nomor Kuitansi untuk memasukkan formula =RAND, kemudian copy formula tersebut ke seluruh cell. Setelah menggunakan Random Sampling, seluruh Nomor Kuitansi telah mempunyai nilai random masing-masing. Perhatikan tabel 5.18 Kelompok 1 1.219 sampel Kelompok 2 1.219 sampel Tabel 5.18 Daftar Nomor Kuitansi yang Mendapat Fungsi Random No. Sampel No. Kuitansi Fungsi Random 1 057927 0.26684 2 057928 0.956883 3 057929 0.438317 … … 1217 059143 0.545754 1218 059144 0.776491 1219 059145 0.261638 1220 059146 0.631124 1221 059147 0.349881 1222 059148 0.993119 … … 2436 060362 0.440012 2437 060363 0.144961 2438 060364 0.207706 Sumber: Wawancara dan Observasi d. Agar nilai random tersebut tidak berubah-ubah pada masing-masing kelompok, maka setelah meng-copy nilai random tersebut selanjutnya dilakukan paste special dan pilih values. e. Lakukan sort ascending pada kolom fungsi random masing-masing kelompok. Perhatikan pada tabel 5.19. Kelompok 1 1.219 sampel Kelompok 2 1.219 sampel Tabel 5.19 Daftar Sampel Setelah Diurutkan Berdasarkan Fungsi Random Sumber: Wawancara dan Observasi f. Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelompok ditentukan secara proporsional dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut. g. Langkah terakhir ambil 172 sampel pada masing-masing kelompok yang telah teracak tersebut dan lakukan penelitian atas attribute yang telah ditentukan sebelumnya. Perhatikan tabel 5.20. No. Sampel No. Kuitansi Fungsi Random 1212 059138 0.000339 32 057958 0.000706 18 057944 0.000855 … … 133 058059 0.998119 209 058135 0.999042 965 058891 0.999619 1389 059315 0.001789 1335 059261 0.003698 1606 059532 0.009555 … … 1457 059383 0.997607 1926 059852 0.999075 1843 059769 0.999774 Kelompok 1 1.219 sampel Kelompok 2 1.219 sampel Tabel 5.20 Daftar Kuitansi yang dijadikan Sampel No. Sampel No. Kuitansi Fungsi Random 1212 059138 0.000339 32 057958 0.000706 18 057944 0.000855 … … 816 058742 0.151381 824 058750 0.151436 430 058356 0.153449 1389 059315 0.001789 1335 059261 0.003698 1606 059532 0.009555 … … 2175 060101 0.140619 1374 059300 0.141337 2400 060326 0.141473 Sumber: Wawancara dan Observasi 5. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian internal Pada tahap ini seluruh sampel yang telah terpilih selanjutnya diteliti satu demi satu berdasarkan masing-masing attribute sample. Pemeriksaan sejumlah 344 sampel tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.1. Dalam menyimpulkan efektivitas dari pengendalian sistem yang telah dijalankan terdapat kriteria yang menjadi dasar penilaian atas attribute sample yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.21 Kelompok 1 172 sampel Kelompok 2 172 sampel Tabel 5.21 Keterangan Simbol dalam Pemeriksaan Attribute Sample Pengujian Efektivitas Pengendalian Internal Simbol Keterangan √ Sampel yang terpilih telah diperiksa. + a. Kuitansi telah dilengkapi dengan dokumen pendukung atau telah sesuai dengan kelengkapan dokumen dari sistem yang telah disediakan. b. Kuitansi telah menampilkan jumlah nominal yang tepat sesuai dengan dokumen pendukung. c. Kuitansi telah dilaporkan dalam Bukti Kas Masuk dan Laporan Kas Harian. - a. Kuitansi tidak dilengkapi dengan dokumen pendukung atau tidak sesuai dengan kelengkapan dokumen dari sistem yang telah disediakan. b. Kuitansi tidak menampilkan jumlah nominal yang tepat sesuai dengan dokumen pendukungnya. c. Kuitansi tidak dilaporkan dalam Bukti Kas Masuk dan Laporan Kas Harian. Sumber: Wawancara dan Observasi. 6. Evaluasi hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap attribute sample Data yang telah terpilih dan telah diteliti tingkat keandalannya selanjutnya akan diperiksa berdasarkan attribute masing-masing. Guna mengetahui efektivitas dari tiap attribute dapat dilakukan dengan cara membandingkan Desired Upper Precision Level DUPL yang telah ditentukan tingkat keandalannya sebesar 95 dibandingkan Achieved Upper Precision Level AUPL yang diperoleh dari tingkat kesalahan yang terdapat dalam setiap attribute yang diteliti. Langkah-langkah dalam melihat tabel evaluasi hasil keandalan adalah sebagai berikut: a. Attribute Pertama Kelengkapan 1 Lihat kolom paling kiri yang menunjukkan jumlah sampel yang diteliti. Sampel yang diambil adalah 344 maka pilih pada kolom Sample Size tersebut. Perhatikan pada tabel 5.22 2 Telah ditemukan adanya 14 bukti pendukung kuitansi yang tidak lengkap sehingga pada Tabel 5.22 pada baris yang sejajar dengan jumlah sampel yang diteliti angka 344 ditarik garis lurus ke kanan sampai menemukan angka 14. 3 Langkah terakhir adalah menentukan tingkat AUPL berdasarkan tingkat kesalahan yang ada. Hal ini dilakukan dengan cara menarik garis lurus ke atas yang sejajar dengan angka 14. Sehingga telah ditemukan besarnya AUPL dari attribute kelengkapan sebesar 6. Lihat Tabel 5.22 Tabel 5.22 Penentuan Jumlah Kesalahan yang Terjadi pada Attribute Kelengkapan Number of Observed Occurrence Upper Precision Limit: Percent Rate of Occurrence ss 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 50 1 100 1 2 3 4 6 200 0 1 2 4 5 7 8 10 12 14 17 300 0 2 4 7 9 12 14 17 20 22 28 340 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 32 344 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 32 360 0 3 6 9 12 15 18 21 25 28 34 400 1 4 7 10 14 17 21 24 28 31 39 Sumber: Mulyadi 1992: 170 Langkah 3 Langkah 1 Langkah 2 b. Attribute Kedua Ketepatan 1 Lihat kolom paling kiri yang menunjukkan jumlah sampel yang diteliti. Cari angka 344 pada kolom Sample Size tersebut. Perhatikan pada tabel 5.23 2 Tidak ditemukan adanya kesalahan yang terjadi pada attribute ketepatan sehingga pada tabel 5.23 pada baris yang sejajar dengan jumlah sampel yang diteliti angka 344 ditarik garis lurus ke kanan sampai menemukan angka 0. 3 Langkah terakhir adalah menentukan tingkat AUPL berdasarkan tingkat kesalahan yang ada. Hal ini dilakukan dengan cara menarik garis lurus ke atas yang sejajar dengan angka 0. Sehingga telah ditemukan besarnya AUPL dari attribute kelengkapan sebesar 1 . Perhatikan pada tabel 5.23. Tabel 5.23 Penentuan Jumlah Kesalahan yang Terjadi pada Attribute Ketepatan Number of Observed Occurrence Upper Precision Limit: Percent Rate of Occurrence ss 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 50 1 100 1 2 3 4 6 200 0 1 2 4 5 7 8 10 12 14 17 300 0 2 4 7 9 12 14 17 20 22 28 340 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 32 344 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 32 360 0 3 6 9 12 15 18 21 25 28 34 400 1 4 7 10 14 17 21 24 28 31 39 Sumber: Mulyadi 1992: 170 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 1 c. Attribute Ketiga Pelaporan 1 Lihat kolom paling kiri yang menunjukkan jumlah sampel yang diteliti. Cari angka 344 pada kolom Sample Size tersebut. Perhatikan pada tabel 5.24. 2 Tidak ditemukan adanya kesalahan yang terjadi pada attribute Pelaporan sehingga pada Tabel 5.24 pada baris yang sejajar dengan jumlah sampel yang diteliti angka 344 ditarik garis lurus ke kanan sampai menemukan angka 0. 3 Langkah terakhir adalah menentukan tingkat AUPL berdasarkan tingkat kesalahan yang ada. Hal ini dilakukan dengan cara menarik garis lurus ke atas yang sejajar dengan angka 0. Sehingga telah ditemukan besarnya AUPL dari attribute Pelaporan sebesar 1 . Lihat pada Tabel 5.24 sebagai berikut. Tabel 5.24 Penentuan Jumlah Kesalahan yang Terjadi pada Attribute Pelaporan Number of Observed Occurrence Upper Precision Limit: Percent Rate of Occurrence ss 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 50 1 100 1 2 3 4 6 200 0 1 2 4 5 7 8 10 12 14 17 300 0 2 4 7 9 12 14 17 20 22 28 340 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 32 344 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 32 360 0 3 6 9 12 15 18 21 25 28 34 400 1 4 7 10 14 17 21 24 28 31 39 Sumber: Mulyadi 1992: 170 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 1 Tabel 5.25 Ringkasan Pemeriksaan terhadap Attribute Sample Attribute Tingkat Keandalan DUPL Jumlah Sampel Jumlah Kesalahan AUPL Kelengkapan 95 5 344 14 6 Ketepatan 95 5 344 1 Pelaporan 95 5 344 1 Sumber: Wawancara dan Observasi. Besarnya DUPL telah ditentukan sebelumnya sebesar 5 sebagai patokan penentu batasan besarnya tingkat kesalahan yang masih dapat ditoleransi dari tiap attribute sample yang diteliti. Besar kecilnya AUPL dapat berpengaruh terhadap tingkat efektivitas kinerja karyawan terhadap sistem informasi akuntansi penerimaan kas yang telah ditetapkan. Tabel 5.26 Kriteria Tingkat Efektivitas dalam Pengujian Efektivitas Pengendalian Internal Perbandingan AUPL dengan DUPL Kesimpulan AUPL lebih kecil daripada DUPL AUPL DUPL Efektif AUPL sama dengan DUPL AUPL = DUPL Efektif AUPL lebih besar daripada DUPL AUPL DUPL Tidak Efektif Sumber: Mulyadi 1992: 172 a. Evaluasi terhadap attribute pertama yaitu kelengkapan, ditemukan bukti bahwa tingkat DUPL lebih kecil daripada AUPL. DUPL sebesar 5 dan AUPL sebesar 6. Dengan demikian berdasarkan kriteria tingkat efektivitas dalam pengujian efektivitas pengendalian internal dapat disimpulkan bahwa pengarsipan terhadap kelengkapan dokumen setiap transaksi selama tahun 2014 tidak efektif. b. Evaluasi terhadap attribute kedua yaitu ketepatan, ditemukan bukti bahwa tingkat DUPL lebih besar daripada AUPL. DUPL sebesar 5 dan AUPL sebesar 1. Dengan demikian berdasarkan kriteria tingkat efektivitas dalam pengujian efektivitas pengendalian internal dapat disimpulkan ketepatan dalam pencatatan setiap transaksi selama tahun 2014 telah berjalan efektif. c. Evaluasi terhadap attribute ketiga yaitu dilaporkan, ditemukan bukti bahwa tingkat DUPL lebih besar daripada AUPL. DUPL sebesar 5 dan AUPL sebesar 1. Dengan demikian berdasarkan kriteria tingkat efektivitas dalam pengujian efektivitas pengendalian internal dapat disimpulkan bahwa pembuatan laporan dan bukti kas masuk dalam pencatatan setiap transaksi yang ada selama tahun 2014 telah berjalan efektif.

E. Pembahasan terhadap Hasil Penelitian

1. Kesesuaian sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini berdasarkan kajian teori Berdasarkan hasil penelitian kesesuaian sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini secara garis besar dinyatakan telah sesuai berdasarkan kajian teori. Hal ini karena sebagian besar kriteria berdasarkan fungsi, dokumen, catatan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jaringan prosedur pada sistem penerimaan kas yang dijalankan rumah sakit telah sesuai dengan kajian teori. Namun demikian karena kajian teori menurut Mulyadi tidak mendeskripsikan secara rinci aktivitas sistem informasi akuntansi penerimaan kas yang dijalankan pada instansi rumah sakit maka terdapat tambahan dokumen lain yang berkaitan dengan biaya pemeriksaan dan perawatan selama menjalani rawat inap. Sebagai contoh ada dokumen rekening radiologi, rekening laboratorium, dan dokumen lain atas biaya perawatan dan pemeriksaan selama menjalani rawat inap. Selain itu ada sedikit perbedaan format laporan berkaitan dengan pencatatan karena saat Bagian Akuntansi melakukan pembukuan maka harus menyesuaikan kebutuhan pelaporan untuk rumah sakit. Sebagai contoh Rumah Sakit Panti Rini tidak menggunakan Buku Pembantu Piutang namun menggunakan Rekap Piutang Rawat Inap, walaupun sedikit berbeda namun kedua catatan ini memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mencatat piutang. Dengan demikian sistem informasi akuntansi penerimaan kas Rumah Sakit Panti Rini dianggap masih aman dan terhindar dari bahaya tindakan kecurangan yang mungkin dilakukan pihak internal maupun eksternal. 2. Kesesuaian Prosedur Pengendalian Internal penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini berdasarkan kajian teori Pengendalian internal sangat penting untuk menjaga aktivitas sistem informasi akuntansi penerimaan kas, terdapat beberapa komponen pengendalian internal agar sistem informasi akuntansi dapat berjalan lebih terkoordinasi dan efektif tanpa adanya kecurangan. Berdasarkan penelitian mengenai kesesuaian prosedur pengendalian internal penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS berdasarkan kajian teori ditemukan bukti bahwa seluruh komponen telah berjalan sesuai dengan teori walaupun tidak sepenuhnya dilaksanakan sama seperti pada teori. Pada komponen pengendalian internal seluruh aktivitas kegiatan sebenarnya telah sesuai berdasarkan teori namun terdapat sedikit kekurangan pada saat penandatangan Bagian Akuntansi pada kolom “Diserahkan oleh” karena ditemukan beberapa dokumen yang tidak terdapat tanda tangan. Pada komponen pemisahan tugas, terdapat perbedaan prosedur pengendalian karena satu bagian mengerjakan dua fungsi. Fungsi yang terkait adalah fungsi pencatatan, fungsi penyimpanan, dan fungsi otorisasi. Walaupun demikian fungsi lain tetap memberikan andil dalam melakukakan tugas dan pengawasan sehingga dari tiap bagian selalu dapat melakukan verifikasi atas aktivitas pengendalian internal. Pada komponen pengembangan proyek dan pengendalian akuisisi perolehan, peneliti tidak mendapatkan informasi secara rinci mengenai aktivitas komponen tersebut karena informasi yang ada hanya diperuntukan untuk pihak internal Rumah Sakit Panti Rini. Peneliti hanya sebatas mengetahui bahwa terdapat aktivitas tersebut ada dan sedang dijalankan. Pada komponen mengubah pengendalian manajemen, program sistem yang dijalankan untuk melakukan pencatatan transaksi secara terkomputerisasi tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Evaluasai sistem informasi akutansi penerimaan dan pengeluaran kas dana program bantuan operasional sekolah (BOS) dan bantuan operasional pendidikan (BOP) sebagai penyedia informasi untuk pengendalian internal pada sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 1

8 61 142

Pengaruh kualitas pelayanan kepuasan dan citra terhadap Loyalitas pasien pada Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta : studi kasus mahasiswa uin jakarta pasien rawat jalan poli umum

3 38 144

Pengaruh efektivitas penggunaan dan kepercayaan atas teknologi sistem informasi akuntansi terhadap kinerja auditor internal : studi pada auditor di Jakarta

1 28 121

Pengaruh internal audit dan sistem informasi akuntansi terhadap pengendalian internal : (studi kasus pada Bank BUMN di Wilayah Bandung yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 15 65

Analisis sistem registrasi rawat inap di Rumah Sakit ST.Borromeus Bandung : laporan kerja praktek

0 6 56

Peranan akuntansi pendapatan rawat inap umum dalam meningkatkan efisiensi penerimaan fungsional di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

0 5 56

Peranan sistem informasi akuntansi tabungan Batara terhadap penerimaan kas di PT.Bank Tabungan Negara (persero) Cabang Bandung

1 6 9

Tinjauan atas prosedur akuntansi penerimaan kas pada Hafidz Pro Ard

0 4 1

Pengaruh sistem informasi akuntansi dan audit sistem informasi terhadap pengendalian internal :(studi kasus pada PT.Telkom, tbk)

34 203 107

Sistem pengendalian intern penerimaan kas pada PT.Asuransi Kesehatan Regional Jabar

1 7 32