Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

dijalankan oleh pihak Rumah Sakit Panti Rini. Ada beberapa komponen yang menjadi bahan penelitian dalam pengambilan keputusan evaluasi. a. Komponen pertama adalah fungsi yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas Mendeskripsikan fungsi yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini. Fungsi yang diteliti dan dibandingkan berdasarkan kajian teori dengan praktik di lapangan meliputi Fungsi Kas, Fungsi Akuntansi, dan Fungsi Pemeriksaan Intern. Tabel perbandingan Fungsi ditampilkan sebagai berikut. Tabel 3.1 Perbandingan antara teori dan praktik terkait Fungsi yang dijalankan dalam Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Fungsi Kas 2 Fungsi Akuntansi 3 Fungsi Pemeriksaan Intern Sumber: Mulyadi 2016: 407 b. Komponen kedua adalah dokumen yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas Mendeskripsikan dokumen yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini. Fungsi yang diteliti dan dibandingkan berdasarkan kajian teori dengan praktik di lapangan meliputi Dokumen Kuitansi, Pita Register Kas, dan Bukti Setor Bank. Berikut tabel perbandingan dokumen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 3.2 Perbandingan antara teori dan praktik terkait Dokumen yang digunakan dalam Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Kuitansi 2 Pita Register Kas 3 Bukti Setor Bank Sumber: Mulyadi 2016: 407 c. Komponen ketiga adalah catatan yang terkait dalam Sistem informasi akuntansi Penerimaan Kas Mendeskripsikan catatan yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini. Catatan yang diteliti dan dibandingkan berdasarkan kajian teori dengan praktik di lapangan meliputi Jurnal Umum, Jurnal Penerimaan Kas, Buku Pembantu Piutang, dan Buku Besar. Tabel perbandingan catatan ditampilkan seperti berikut. Tabel 3.3 Perbandingan antara teori dan praktik terkait Catatan yang digunakan dalam Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Jurnal Umum 2 Jurnal Penerimaan Kas 3 Buku Pembantu Piutang 4 Buku Besar Sumber: Mulyadi 2016: 391 d. Komponen keempat adalah jaringan prosedur yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas Mendeskripsikan jaringan prosedur yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Rumah Sakit Panti Rini. Jaringan prosedur yang diteliti dan dibandingkan berdasarkan kajian teori dengan praktik di lapangan meliputi Prosedur Penerimaan Kas, Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang, Prosedur Penyetoran Kas Ke Bank, dan Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas. Tabel perbandingan jaringan prosedur ditampilkan seperti berikut. Tabel 3.4 Perbandingan antara teori dan praktik terkait Jaringan Prosedur yang dijalankan dalam Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Prosedur Penerimaan Kas 2 Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang 3 Prosedur Penyetoran Kas ke Bank 4 Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas Sumber: Mulyadi 2016: 392 3. Evaluasi kesesuaian prosedur pengendalian internal penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini berdasarkan kajian teori Mendeskripsikan pengendalian yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini. Pengendalian internal yang diteliti dan dibandingkan berdasarkan kajian teori dengan praktik di lapangan, hal ini untuk menentukan efektivitas dari sistem pengendalian internal penerimaan kas. Tabel perbandingan Fungsi ditampilkan seperti berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Otorisasi Transaksi dan Aktivitas Yang Tepat Tabel 3.5 Perbandingan antara teori dan praktik terkait otorisasi transaksi dan aktivitas yang tepat dalam Prosedur Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Adanya penginisialisasian, dan pemasukan sebuah kode otorisasi pada sebuah dokumen atau catatan. 2 Adanya penandatangan pada semua dokumen atau catatan. 3 Terdapat struktur organiasi yang jelas dalam fungsi penerimaan kas. Sumber: Marshall B. Romney 2014: 242 b. Pemisahan Tugas Tabel 3.6 Perbandingan antara teori dan praktik terkait pemisahan tugas dalam Prosedur Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Fungsi pencatatan terpisah dari fungsi penyimpanan. 2 Fungsi penyimpanan terpisah dari fungsi otorisasi. 3 Fungsi otorisasi terpisah dari fungsi pencatatan. Sumber: Marshall B. Romney 2014: 242 c. Pengembangan Proyek dan Pengendalian Akuisisi Perolehan Tabel 3.7 Perbandingan antara teori dan praktik terkait pengembangan proyek dan pengendalian akuisisi dalam Prosedur Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Adanya komite pengarahan, rencana induk strategi, rencana pengembangan proyek, jadwal pengolahan data, pengukuran kinerja sistem, dan tinjauan pasca-implementasi. Sumber: Marshall B. Romney 2014: 246 d. Mengubah Pengendalian Manajemen Tabel 3.8 Perbandingan antara teori dan praktik terkait mengubah pengendalian manajemen dalam Prosedur Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Adanya pembaharuan sistem mengikuti perkembangan teknologi. 2 Karyawan pada bagian penerimaan kas mampu menguasai teknologi informasi. Sumber: Marshall B. Romney 2014: 242 e. Penggunaan Dokumen dan Catatan Tabel 3.9 Perbandingan antara teori dan praktik terkait penggunaan dokumen dan catatan dalam Prosedur Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Pencatatan dilakukan secara terkomputerisasi. 2 Tiap dokumen menyediakan ruang untuk otorisasi. 3 Dalam dokumen terdapat sebuah ruang untuk tanda tangan pihak penerima. 4 Dokumen dinomori secara urut, sehingga masing-masing dapat dibukukan. 5 Jejak audit dalam penelusuran transaksi individu melalui sistem, memperbaiki kesalahan, dan memverifikasi output sistem. Sumber: Marshall B. Romney 2014: 242 f. Pengamanan Aset, Catatan, dan Data Tabel 3.10 Perbandingan antara teori dan praktik terkait pengamanan aset, catatan, dan data dalam Prosedur Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Menciptakan dan menegakkan kebijakan dan prosedur yang tepat. 2 Memelihara catatan akurat dari seluruh aset. 3 Membatasi akses terhadap aset. 4 Akses atas cek dan dokumen bank dibatasi ke personel berwenang. Sumber: Marshall B. Romney 2014: 242 g. Pengecekan Kinerja yang Independen Tabel 3.11 Perbandingan antara teori dan praktik terkait pengecekan kinerja yang independen dalam Prosedur Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non BPJS Rumah Sakit Panti Rini No. Teori Praktik Sesuai Tidak Sesuai 1 Manajer melakukan pengawasan terhadap kinerja karyawan secara periodik. 2 Rekonsiliasi catatan yang dikelola secara independen. 3 Terdapat orang kedua yang bertugas meninjau pekerjaan orang pertama terhadap transaksi yang diproses. Sumber: Marshall B. Romney 2014: 242 4. Pengujian efektivitas pengendalian internal penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS Rumah Sakit Panti Rini Dalam memahami tingkat efektivitas terhadap pengendalian internal Rumah Sakit Panti Rini, perlu dilakukan pengujian menggunakan attribute sampling. Dengan melihat bahwa telah ditemukan adanya dokumen pendukung yang tidak lengkap atas biaya kuitansi dari pasien rawat inap non BPJS maka peneliti menggunakan teknik Sample Size Attribute Sampling sebagai teknik untuk meneliti tingkat efektivitas terhadap pengendalian internal. Prosedur yang digunakan yaitu: a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk pengujian efektivitas pengendalian internal Attribute adalah karakteristik kualitatif dari suatu unsur yang membedakan unsur tersebut dengan unsur yang lain. Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk memperkirakan tingkat penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Attribute yang ditentukan adalah: 1 Kelengkapan dokumen transaksi. Dengan melihat adanya dokumen pendukung kuitansi yang tidak lengkap selama menjalani observasi maka penting untuk mengetahui kelengkapan Kuitansi, dokumen pendukung kuitansi, Pendapatan Uang Muka, Pendapatan Rawat Inap, Pendapatan Elektronik Debit Card, Pendapatan Macam- Macam, Rekap Kuitansi Pasien Rawat Inap, Bukti Bank Masuk, Bukti Kas Masuk, dan Laporan Kas Harian pasien rawat inap. 2 Ketepatan atau ketelitian dalam pencatatan nominal transaksi. Menurut Laura 2014, “Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggung jawabkan.” Sehingga agar seluruh dokumen penerimaan kas dapat dipercaya kebenarannya maka perlu diteliti jumlah nominal atas pencatatan biaya tiap pasien dari dokumen pendukung kuitansi sampai dengan Laporan Kas Harian. 3 Adanya laporan pertanggungjawaban untuk pencatatan transaksi. Laporan Kas Harian penting untuk diteliti karena sebagai bentuk pertanggung jawaban bagian kassa, bagian keuangan, dan bagian akuntansi kepada manajer dan kepala bagian sebagai bukti kesesuaian antara pencatatan dengan kas fisik yang ada. b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya Saat melakukan pengujian atas tiga attribute tersebut, penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas penerimaan kas selama periode tahun fiskal yaitu pada tanggal 1 Januari sampai 31 Desember. Maka populasi yang akan diambil sampelnya adalah seluruh kuitansi pasien rawat inap non BPJS pada periode tahun 2014. Penentuan kuitansi sebagai populasi yang akan diambil sampelnya karena penggunaan kuitansi pada Rumah Sakit Panti Rini merupakan ringkasan dari seluruh biaya perawatan pasien dan dokumen utama dalam pembuatan bukti kas masuk dan laporan kas harian. Dengan melakukan penelitian menggunakan populasi ini maka penerimaan kas dari seluruh pasien rawat inap non BPJS pada tahun 2014 dapat dijamin kebenarannya. c. Penentuan besarnya sampel 1 Penentuan tingkat keandalan realibility level atau confidence level R Menurut Haryono 2001, 403, “Untuk dapat menentukan suatu ukuran sampel bagian setiap atribut atau pengendalian yang akan diuji, auditor harus merumuskan suatu nilai pada penetapan risiko pengendalian terlalu rendah”. Auditor bebas untuk menentukan risiko pengendalian namun umumnya batasan kesalahan tidak melebihi dari 10. Tingkat keandalan ditentukan berdasarkan indikator risiko transaksi, yang dijabarkan pada tabel berikut. Tabel 3.12 Indikator Menilai Kualitas Manajemen Risiko Transaksi Indikator Kuat strong Memuaskan satisfactory Lemah weak Efektivitas proses operasi, sistem informasi, pengendalian intern, dan cakupan audit. Manajemen telah mengimplemen- tasikan proses operasi, sistem informasi, pengendalian intern, dan cakupan audit yang baik. Proses operasi, sistem informasi, pengendalian intern, dan cakupan audit yang ada cukup memuaskan walaupun terdapat sedikit kelemahan. Terdapat kekurangan yang signifikan dalam proses operasi, sistem informasi, pengendalian intern, dan cakupan audit. Sumber: Robert 2005: 270 Berdasarkan indikator tersebut peneliti menentukan risiko kesalahan 1 sebagai indikator kuat, 5 sebagai indikator memuaskan, dan 10 sebagai indikator lemah. Berdasarkan indikator tersebut peneliti menentukan risiko kesalahan sebesar 5 sebagai indikator memuaskan. Hal ini karena pada saat observasi peneliti menemukan adanya dokumen yang tidak lengkap tapi belum menemukan kesalahan pada pencatatan dokumen transaksi. Dengan demikian peneliti memilih confidence level R sebesar 95 mempercayai pengendalian internal yang efektif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Rumus Slovin dalam perhitungan jumlah sampel Setelah mengetahui besarnya risiko kesalahan maka sudah dapat dihitung banyaknya sampel menggunakan rumus Slovin. Berikut ini perhitungannya: Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir 3 Penentuan Desired Upper Precision Limit DUPL Desired Upper Precision Limit merupakan batas ketepatan atas yang diharapkan. DUPL nantinya digunakan sebagai patokan penentu tingkat efektivitas pengendalian internal. d. Penentuan sampel dari seluruh anggota populasi Sampel yang telah terpilih dari populasi selanjutnya dipilih secara acak. Sampel yang diambil adalah 344 kuitansi selama tahun 2014. Berdasarkan Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 17PJ2009 tentang Prosedur Penerapan Teknik Sampling dalam Rangka Pelaksanaan Pemeriksaan Bagi Pengusaha Kena Pajak dengan Risiko Sangat Rendah. Maka penentuan sampel dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Sortir data populasi berdasarkan nomor kuitansi secara ascending dari kecil ke besar. 2 Ambil Median dari data yang ada dan dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang berada di atas median dan kelompok yang kedua adalah kelompok yang berada di bawah median. Dengan menggunakan Microsoft Excel kita bisa menggunakan formula =MEDIANcell:cell 3 Dengan menggunakan Microsoft Excel tambahkan kolom disamping kolom Nomor Kuitansi untuk memasukkan formula =RAND, kemudian copy formula tersebut ke seluruh cell. Setelah menggunakan Random Sampling, seluruh Nomor Kuitansi telah mempunyai nilai random masing-masing. 4 Agar nilai random tersebut tidak berubah-ubah pada masing-masing kelompok, maka setelah meng-copy nilai random tersebut selanjutnya dilakukan paste special dan pilih values. 5 Lakukan sort ascending pada kolom nilai random masing-masing kelompok. Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelompok ditentukan secara proporsional dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut. e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian internal Melakukan pengujian jumlah kesalahan terhadap ketiga attribute sample yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan tabel Number of Observed Occurrence, Upper Precision Limit: Percent Rate of Occurrence sebesar 95. Setelah mengetahui Achieved Upper Precision Level AUPL pada tiap attribute sample maka dapat dibandingkan dengan Desired Upper Precision Limit DUPL sebagai batasan terhadap tingkat efektivitas dari tiap attribute sample. Berikut ini tabel penentu persentase jumlah kesalahan yang terjadi: Tabel 3.13 Penentuan Jumlah Kesalahan yang Terjadi pada Attribute Sample Sumber: Mulyadi 1992: 170 Number of Observed Occurrence Upper Precision Limit: Percent Rate of Occurrence SS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 25 30 35 40 10 1 20 1 2 3 30 1 2 3 4 5 7 40 1 2 3 5 6 8 10 50 1 2 3 4 5 7 9 11 13 60 1 2 3 4 5 6 9 11 14 17 70 1 2 3 4 5 7 8 11 14 17 20 80 1 2 3 4 5 7 8 9 13 16 20 24 90 1 2 3 4 5 6 8 9 11 15 19 23 27 100 1 2 3 4 6 8 9 11 13 17 22 26 31 120 1 2 3 4 5 6 7 9 11 13 15 17 23 29 34 40 140 1 2 3 4 5 6 7 9 11 13 16 18 21 27 34 41 48 160 1 2 4 5 6 8 9 10 13 16 19 22 25 32 40 47 55 180 2 3 4 6 7 9 10 12 15 18 22 25 28 27 45 54 63 200 1 2 4 5 7 8 10 12 14 17 21 24 28 32 41 51 60 70 220 1 2 4 6 8 10 12 13 15 19 23 27 31 35 46 56 67 78 240 1 3 5 7 9 11 13 15 17 21 26 30 35 39 50 62 74 85 260 1 3 5 8 10 12 14 17 19 24 28 33 38 43 55 68 80 93 280 2 4 6 8 11 13 16 18 21 26 31 36 41 46 60 73 87 101 300 2 4 7 9 12 14 17 20 22 28 33 39 45 50 64 79 93 108 320 2 5 7 10 13 16 18 21 24 30 36 42 48 54 69 85 100 116 340 2 5 8 11 14 17 20 23 26 32 38 45 51 58 74 90 107 123 360 3 6 9 12 15 18 21 25 28 34 41 48 55 61 79 96 113 131 380 3 6 9 13 16 19 23 26 30 37 44 51 58 65 83 102 120 139 400 1 4 7 10 14 17 21 24 28 31 39 46 54 61 69 88 107 127 146 f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute sample Dalam menyimpulkan efektivitas dari pengendalian sistem yang telah dijalankan terdapat kriteria yang menjadi dasar penilaian atas attribute sample yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.14 Kriteria Tingkat Efektivitas dalam Pengujian Efektivitas Pengendalian Internal Perbandingan AUPL dengan DUPL Kesimpulan AUPL lebih kecil daripada DUPL AUPL DUPL Efektif AUPL sama dengan DUPL AUPL = DUPL Efektif AUPL lebih besar daripada DUPL AUPL DUPL Tidak Efektif Sumber: Mulyadi 2002: 172 52

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PANTI RINI

A. Sejarah Umum Rumah Sakit Panti Rini

Awal berdirinya RS Panti Rini berupa Balai Pengobatan BP yang diprakarsai oleh Dewan Paroki Gereja Marganingsih Kalasan. Untuk memperlancar pengurusan izin Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan diserahkan kepada Yayasan Panti Rapih Perizinan diperoleh pada tanggal 22 November 1968. Pada tahun 1969 Yayasan Panti Rapih membeli tanah di sebelah gereja Kalasan untuk memindahkan Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan dari Pastoran. Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan RBBP diresmikan pada 10 Agustus 1972. Rumah Sakit Panti Rini diresmikan pada tanggal 10 Juni 1993 oleh Bupati Sleman didamping Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY. RS Panti Rini terakreditasi pada tanggal 3 Januari 2012. RS Panti Rini telah mendapatkan Izin Penyelenggaraan Perpanjangan IV Rumah Sakit dari Pemerintah Kabupaten Sleman tertanggal 21 Desember 2009 – 21 Desember 2014 dengan Nomor : 503 4691 DKS 2009 Ide pendirian RS. Panti Rini pada mulanya berasal dari Dewan Paroki Kalasan, dan selanjutnya berjalan sampai dengan tahun 1967. Guna memperlancar pengurusan izin Poliklinik, maka diserahkan kepada Yayasan Panti Rapih, sebab menurut keterangan Sr. Alexia CB, Dewan Paroki tidak mampu mengurus perizinan tersebut terutama masalah ketenagaan dan pembiayaan yang dirasa selalu rugi. Dan akhirnya dengan susah payah, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perizinan Poliklinik dapat diperoleh pada tanggal 22 November 1968. Penanggungjawab awal pendirian tanggungjawab pada Dewan Paroki. Namun pada tahun 1967 Sr. Alexia CB dengan staf mengambil alih tanggung jawab dari Dewan Paroki, didampingi oleh Sr. Julia CB yang merangkap tugas di Pakem. Lokasi Poliklinik merupakan sebuah gedung baru yang didirikan oleh Pengurus Paroki dengan maksud untuk Pastoran, dan sementara boleh dipakai untuk Klinik Bersalin atau Poliklinik. Pastor Paroki sementara tinggal di rumah seberang milik Bp. Prawirosewaya yang berjiwa sosial telah disewa sampai tahun 1972.

B. Visi dan Misi Rumah Sakit Panti Rini

1. Visi Terwujudnya pelayanan kesehatan holistik yang optimal sebagai tanggapan atas panggilan untuk meneruskan karya Allah. 2. Misi a. Mengupayakan pelayanan kesehatan holistik yang profesional dengan semangat cinta kasih. b. Memberikan pelayanan kesehatan tanpa membedakan latar belakang ekonomi, politik agama, sosial dan budaya Epolagsosbud serta peduli kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel KLMTD dan berkesesakan hidup. c. Mengupayakan kesejahteraan dan kualitas hidup bagi semua.

C. Falsafah dan Nilai Rumah Sakit Panti Rini

1. Falsafah Melayani dengan cinta kasih dan belarasa dalam ketekunan dan kerjasama tim. 2. Nilai a. Hormat pada kehidupan b. Ramah c. Tulus d. Tanggap

D. Motto dan Tujuan Rumah Sakit Panti Rini

1. Motto Pendamping setia anda dikala sehat dan sakit. 2. Tujuan Rumah Sakit Panti Rini a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang holistik. b. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. c. Mengembangkan budaya kerja berlandaskan nilai-nilai yang diyakini. d. Mengembangkan kesejahteraan karyawan sesuai dengan perkembangan kemampuan rumah sakit.

E. Fasilitas Rumah Sakit Panti Rini

1. Pelayanan Spesialisasi Rumah Sakit Panti Rini a. Kebidanan

Dokumen yang terkait

Evaluasai sistem informasi akutansi penerimaan dan pengeluaran kas dana program bantuan operasional sekolah (BOS) dan bantuan operasional pendidikan (BOP) sebagai penyedia informasi untuk pengendalian internal pada sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 1

8 61 142

Pengaruh kualitas pelayanan kepuasan dan citra terhadap Loyalitas pasien pada Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta : studi kasus mahasiswa uin jakarta pasien rawat jalan poli umum

3 38 144

Pengaruh efektivitas penggunaan dan kepercayaan atas teknologi sistem informasi akuntansi terhadap kinerja auditor internal : studi pada auditor di Jakarta

1 28 121

Pengaruh internal audit dan sistem informasi akuntansi terhadap pengendalian internal : (studi kasus pada Bank BUMN di Wilayah Bandung yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 15 65

Analisis sistem registrasi rawat inap di Rumah Sakit ST.Borromeus Bandung : laporan kerja praktek

0 6 56

Peranan akuntansi pendapatan rawat inap umum dalam meningkatkan efisiensi penerimaan fungsional di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

0 5 56

Peranan sistem informasi akuntansi tabungan Batara terhadap penerimaan kas di PT.Bank Tabungan Negara (persero) Cabang Bandung

1 6 9

Tinjauan atas prosedur akuntansi penerimaan kas pada Hafidz Pro Ard

0 4 1

Pengaruh sistem informasi akuntansi dan audit sistem informasi terhadap pengendalian internal :(studi kasus pada PT.Telkom, tbk)

34 203 107

Sistem pengendalian intern penerimaan kas pada PT.Asuransi Kesehatan Regional Jabar

1 7 32