Model Sampel Statistik LANDASAN TEORI
Tingkat keandalan ditentukan berdasarkan indikator risiko transaksi, yang dijabarkan pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Indikator untuk menilai kualitas manajemen risiko transaksi Indikator
Kuat strong Memuaskan
satisfactory Lemah weak
Efektivitas proses
operasi, sistem
informasi, pengendalian
intern, dan cakupan audit.
Manajemen telah
mengimplemen -tasikan proses
operasi, sistem informasi,
pengendalian intern, dan
cakupan audit yang baik.
Proses operasi, sistem
informasi, pengendalian
intern, dan cakupan audit
yang ada cukup memuaskan
walaupun terdapat sedikit
kelemahan. Terdapat
kekurangan yang signifikan
dalam proses operasi, sistem
informasi, pengendalian
intern, dan cakupan audit.
Sumber: Robert 2005: 270
2 Rumus Slovin dalam perhitungan jumlah sampel
Menurut Husein 2003: 102, “Untuk menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui,
dapat menggunakan rumus Slovin”. Setelah mengetahui besarnya risiko kesalahan maka sudah dapat dihitung banyaknya sampel
menggunakan rumus Slovin. Berikut ini perhitungannya:
Keterangan: n = ukuran sampel
N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Penentuan Desired Upper Precision Limit DUPL
Desired Upper Precision Limit merupakan batas ketepatan atas yang diharapkan. DUPL nantinya digunakan sebagai patokan
penentu tingkat efektivitas pengendalian internal. d.
Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah ditentukan besarnya sampel, langkah selanjutnya adalah menentukan
anggota populasi yang akan menjadi sampel. Agar setiap anggota populasi dapat menjadi sampel, maka auditor dapat menggunakan
tabel acak. e.
Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian internal. Langkah selanjutnya adalah memeriksa
attribute yang telah ditentukan sebelumnya pada sampel yang akan diambil. Auditor harus mencatat berapa kali menemukan attribute
yang tidak sesuai dengan pengendalian internal yang telah dilakukan. f.
Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. Apabila auditor telah mendapatkan jumlah tingkat kesalahan dalam attribute,
maka auditor dapat membandingkan tingkat kesalahan dalam sampel tersebut dengan menggunakan tabel Achieved Upper Precision Limit
AUPL. AUPL akan dibandingkan dengan DUPL. Jika AUPL lebih rendah dari DUPL, kesimpulan yang dapat diambil adalah unsur
pengendalian internal yang diperiksa merupakan unsur sistem yang efektif.
2. Stop or Go Sampling
Menurut Mulyadi 2002: 261, “Dalam stop or go sampling ini, jika
audior tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan
pengambilan sampelnya ”.
Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling, kemungkinan ia akan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan model attribute sampling yaitu stop or go sampling.
3. Discovery Sampling
Menurut Mulyadi 2002: 270, “Penggunaan discovery sampling
digunakan jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau mendekati nol persen
”. Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian
substantif. Jika tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampak potensial terhadap suatu akun, discovery
sampling umumnya dipakai untuk tujuan tersebut.