termasuk pola pikir dan sistem lama masih silih berganti digunakan dan mengalami penyesuaian dengan hal-hal yang baru dan inovatif.
Fase modern ditandai dengan peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah cosmopolitan
dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan-hubungan
sosial antara elemen masyarakat. Masyarakat modern menempati lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejak dan rindang
dan juga masyarakat moder berpendidikan relatif lebih tinggi daripada masyarakat fase transisi sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola piker
yang lebih rasional. Fase postmodern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan
tertentu dimana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan perilaku serta pandangan-pandangan mereka terhadap diri dan lingkungan sosial yang berbeda
dengan masyarakat sebelumnyaBurhan Bungin,2009 : 91-94.
2.8. Pengertian Generasi
Generasi didalam masyarakat selalu diidentifikasikan sebagai generasi muda. Generasi muda merupakan suatu entitas yang sangat potensial. Ibarat satu
mata rantai yang terurai panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang paling sentral, berfungsi sebagai penerus cita-cita
perjuangan bangsa yang telah diletakkan oleh generasi sebelumnya dan berkemampuan untuk mengisi dan membina kemerdekaan. Kedudukannya yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
strategis ini membuat setiap bangsa menaruh berbagai harapan yang sangat besar kepada mereka. Harapan yang sangat besar terhadap generasi muda ini, pada sisi
lain menimbulkan tanggung jawab yang sangat besar yang harus dipikul oleh generasi muda. Artinya generasi muda harus menjadi sosok yang mampu
memenuhi harapan tersebut. Sementara itu menjadi sosok yang diharapkan itu tidak jadi dengan sendirinya. Mereka harus mampu ditempa dan menempa
dirinya.
2.9. Frustation Kekecewaan 2.9.1 Latar Belakang
Setiap individu mempunyai kebutuhan, baik kebutuhan yang berhubungan dengan fisik maupun kebutuhan yang berhubungan dengan non fisik. Kebutuhan
tersebut mendorong individu untuk bertingkah laku sesuai kuatlemahnya kebutuhan-kebutuhan yang ada pada setiap individu dan sesuai pula dengan
lingkungan di mana individu itu berada. Suatu tingkah laku individu diarahkan lagi untuk satu tujuan yakni
tepenuhinya kebutuhan individu secara optimal sehingga individu memperoleh kepuasan. Dengan tercapainya kepuasan maka individu dapat meningkatkan
tingkah lakunya di masa yang akan datang dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan individu berikutnya.
Kebutuhan untuk tuntutan dan tingkah laku digambarkan oleh David Krech dan Richard Crutchfield sebagai berikut: “Dibawah pengaruh, sifatnya
bagian dari tradisi rasionalistik yang untuk diterima pandangan psikologis dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
waktu lama bahwaseluruh motif adalah kesadaran. Orang laki-laki dianggap selalu memiliki kemampuan yang lengkap dalam mengenali kebutuhannya dan
mengarahkan dengan kesadaran kegiatannya pada kepuasan. Sumbangan besar dari freud adalah efektivitasnya menantang pandangan tradisional. Bagian besar
dari kehidupan individu yang bersifat motifasi, freud menyatakan, adalah tanpa kesadaran. Itu teori insting dan insting baru dari motivasi yang menganggap
bahwa jumalah dan macam kebutuhan orang dan bentuk keingingannya adalah pembawa dan tidak dapat diubah secara pasti. Apakah kesadaran dan tanpa
kesadaran fungsi motivasi sekarang dan dalam kebenarannya ditentukan oleh kehadiran hakikatnya dan tidak dipandang bagaimana mereka datang dalam
keberadaan. Dan apakah kesadaran dan tanpa kesadaraan mereka diwujudkan dalam tingkah laku”.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan menimbulkan motive atau penggerak
, motive menimbulkan tuntutan dan tuntutan harus terwujud dalam bentuk tingkah laku. Pada akhirnya diharapkan tingkah laku individu dapat
mendatangkan kepuasan dalam kehidupan individu tersebut. akan tetapi kadang tingkah laku yang diarahkan pada pencapaian kepuasan, tidak dapat
mendatangkan kepuasan yang selalu diharapkan. Dalam keadaan demikian, individu mengalami kegagalan dan kegagaln tersebut dapat menimbulkan
kekecewaan atau frustasi pada individu yang bersangkutanSlamet Santoso,2010 : 120-121.
2.9.2 Pengertian Frustasi atau kekecewaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
David Krech dan Richard Crutchfield menyatakan “apabila kemajuan
terhadap suatu tujuan dihalangi dan ketegangan yang mendasari tidak terpecahkan, kami menyebit kekecewaan”. Mereka menunjukkan bahwa suatu
tujuan harus dicapai dan kegagalan pencapaian membawa dampak ketegangan yang ada tidak bisa diatasi, maka kekecewaan akan muncul.
Suatu kekecewaan timbul karena terhalangnya pemenuhan suatu motive
yang diusahakan untuk pencapaian tujuan. J. Dollard, et-al, menunjukkan secara
jelas kaitan antara kekecewaan dengan tingkah laku dengan segala aspek di dalamnya, sebagai berikut: “kekecewaan menghasilkan urutan tingkah laku yang
mempunyai aspek-aspek yang mungkin dapat digambarkan sebagai kekecewaan, perasaan, kebiasaan, atau mekanisme dan tingkah laku nyata atau jelas”.
Uraiannya adalah: 1.
frustration atau kekecewaan, yakni suatu keadaan terhalangnya pemenuhan suatu motive.
2. Emotion atau perasaan, yakni suasana individu yang mengalami
kekecewaan yang biasanya bersifat negatif. 3.
Habit or mechanism atau kebiasaan atau mekanisme, yakni upaya individu untuk mengatasi kekecewaan yang biasanya melalui
kebiasaan individu bertingkah laku atau mencari cara-cara baru yang lebih tepat.
4. Overt behavior atau tingkah laku nyata, yakni tingkah laku yang
tampak sebagai upaya individu untuk mengatasi kekecewaan.
2.10. Semiotika dan Semiologi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji suatu tanda. Tanda itu sendiri adalah perangkat-perangkat yang kita pakai dalam upaya
mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah masyarakat dalam hidup bersama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes Semiologi pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal things. Memaknai to sinify berarti tidak dapat dicampur adukan dengan
mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga termasuk dalam hal mana objek-
objek itu hendak berkomunikasi. Kurniawan, 2004 : 15. Semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda atau
seme yang berarti penfsir tanda. Jika diterapkan dalam tanda-tanda bahasa maka
huruf, kata. Kalimat tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti significant dalam kaitannya dengan pembacanya.
Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan signifie. Sebuah teks baik itu lagu, musik, surat cinta, cerpen, puisi, komik,
kartun, semua hal itu mungkin terjadi “tanda” dapat dilihat dari aktifitas penanda: yaitu suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan
objek dan interpretasi. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna adalah
hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda Little Jhon, 1996 menurut pines dengan tanda-tanda kita mencoba menfsirkan keteraturan di tengah-tengah
duniayang centang perenang ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Menurut Hjelmslev, mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana ekspresi dan wahana isi” Sobur,2004:15-16.
Semiotika modern mempunyai dua orang bapak yaitu Charles Sanders Pierce 1839-1914 dan Ferdinand de Saussure 1857-1913. Terdapat perbedaan
antara Pierce dan Saussure antara lain; Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah tokoh cikal bakal linguistic umumSobur, 2004 : 110.
Semiotika dan semiologi mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya
menunjukkan pemikiran pemakainya: mereka yang bergabung dengan Pierce menggunakan kata semiotika, dan mereka yang bergabung dengan Saussure
menggunakan kata semiologi. Tommy Christomy 2001:7 menyebutkan,”ada kecenderungan istilah semiotika lebih popular daripada semiologi sehingga
penganut Saussure pun sering menggunakannya”. Sobur,2009 : 12 Dalam definisi Saussure Budiman, 1999a:107, “semiologi merupakan
sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat” dan dengan demikian menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah
untuk menunjukkan kaidah-kaidah bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah mengaturnya.Sobur,2009 : 12
Sementara istilah semiotika yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh Charles Sanders Pierce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”.
Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu
sendiri pun sejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tanda karena, jika tidak begitu manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling
fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda yang paling nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional
lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.Sobur,2009 : 13
2.11. Teori Semiotika dan Saussure