2.1.2 Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rancangan wicara yang kita sadari termasuk dalam
kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap
sebagai sistem kode verbal. Bahasa verbal adalah saran utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan
maksud kita, bahasa verbal menggunakan kata-kata konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realita kita yang mampu menimbulkan reaksi yang merupakan
totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu. Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses abstraksi itu,
problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang
dari budaya
anda sendiri,
proses abstraksi
untuk menginterpresentasikan pengalaman anda jauh lebih mudah, karena dalam suatu
budaya orang-orang berbagai sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, proses abstraksi juga
menyulitkan Mulyana, 2004 : 239.
2.1.3 Seni Verbal
Puisi, kisah dan drama yang telah diubah dan masih tetap diubah, di seluruh dunia menggunakan bahasa membuktikan adanya kebutuhan akan seni
verbal dalam hidup manusia. Dari semua bentuk seni verbal, puisi tampaknya adalah yang paling fundamental dan universal. Puisi dapat didefinisikan sebagai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penggunaan kata untuk mereproduksi suara-suara dalam alam, untuk menggugah perasaan, dan untuk memberikan pandangan mendalam atas sifat intrinsic dari
segala sesuatu. Puisi pada hakekatnya adalah “musik vokal”, karena ditandai oleh ritme
dan nada. Meskipun puisi lambat laun eksis secara independen dalam budaya kita, dalam banyak budaya lain puisi dan musik masih dianggap identik. Beberapa
contoh teks puitik yang paling awal ditemukan pakar arkeologi di Sumeria kuni, babilonia, dan wilayah-wilayah lainnya di Timur Tengah tempaknya menegaskan
bahwa puisi muncul bersama-sama musik dan drama sebagai ekspresi masyarakat demi meminta pertolongan dari, atau memuja, para dewa. Aspek musik dalam
puisi kini masih terlihat dalam berbagai budaya. Misalnya, dalam budaya nevajo, bentuk puitis digunakan sebagai rapalan untuk memanggil hujan. Namun, bahkan
dalam budaya teknologi modern kita pun terdapat banyak penggunaan puisi secara ritualistik. Misalnya kita menggunakan bahasa puitis dalam kartu ucapan,
undangan jenis khusus, untuk menyampaikan pengetahuan pada anak-anak, dalam jingle iklan
dan seterusnyaMarcel Danesi, 2010 : 159.
2.2. Pengertian keluarga