Biografi Iwan Fals Gambaran umum obyek penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum obyek penelitian

4.1.1. Biografi Iwan Fals

Dewa dari Leuwinanggung, demikianlah julukan Iwan Fals. Iwan telah mempertontonkan kepahlawanannya membela rakyat kecil. Melalui petikan gitarnya, Iwan menerjemahkan penderitaan kaum marginal. Padahal, Iwan tumbuh disaat rezim kekuasaan berusaha memberangus kebebasan. Namun, Iwan tak gentar. Ia tetap kokoh dalam pendiriannya. Iwan Fals adalah sosok yang tidak bisa terbeli dengan uang. Ia tetap mempertahankan gaya bermusiknya, lirik-lirik kritis dan keras, tapi kerap dibalut candaan satir. Meskipun pasar tidak selalu ramah menyambut karya-karyanya, tetapi sekali lagi Iwan tetap tidak bergeming. Itulah Iwan Fals, keras sekaligus lembut. Virgiawan Listianto lahir di Jakarta pada 3 September 1963 sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Haryoso, berasal dari Blitar, Jawa Timur, yang berprofesi seorang tentara dengan pangkat terakhir kolonel. Sementara itu, ibunya bernama Lies Suudiyah, berasal dari Solo, Jawa Tengah. Sang ibu adalah seorang perempuan keturunan Arab dari marga Abdat. Iwan mempunyai nenek bernama Rainah yang hampir berumur 100 tahun ketika Iwan masih kecil. Sang nenek ini ternyata hobi dengan musik. Ia mahir memainkan harmonika dan biola. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Semasa kecil, Iwan selalu ikut ke mana pun ibunya pergi. Sebaliknya, sang ibu sering ikut bersama Iwan, dari mulai sekolah hingga kegiatan-kegiatan diluar sekolah. Mereka memang sangat dekat. Ketika sang ibu sakit, Iwan menungguinya. Jika ibunya kelelahan, Iwan siap menjadi tukang pijitnya. Iwan juga bercita-cita menjadi tentara, mungkin karena dia melihat sosok ayahnya yang berprofesi di bidang militer. Ketika akhirnya Iwan menjadi penyanyi, maka cita- citanya untuk menjadi tentara itu dia alihkan dalam hobi berolahraga. Dia aktif di bidang seni beladiri, seperti pencak silat, karate, kungfu, juga sepak bola, bola basket, dan bola voli. Tapi dia mengaku bahwa musik lebih menarik baginya. Dalam usia 11 tahun, Iwan pindah ke Bandung. Dua orang kakaknya tinggal disana. Dia lalu bersekolah di smp 5 Bandung, tapi dia memilih kos. Pada masa ini dia sudah mulai memainkan gitar walaupun belum mahir. Di usia SMP pula Iwan sudah menulis lagu pertamanya, yaitu “Aku dan Sekolah”. Liriknya menceritakan tentang kesewenang-wenangan seorang guru terhadap muridnya. Ketika bersekolah di SMAK BPK Bandung, Iwan kian rajin mengamen. Ketika dia menyanyi di suatu acara hajatan, seorang mahasiswa menghampirinya dan mengajaknya tampil di kampus Institut Teknologi Bandung ITB. Sejak itulah dia kerap tampil dalam acara-acara yang diadakan oleh para mahasiswa ITB. Dia menyanyikan lagu-lagu ciptaannya sendiri dengan lirik-lirik yang spontan, lucu, dan lugas. Ironisnya, dari pementasan bersama anak-anak ITB pula dia pernah dikejar-kejar petugas keamanan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Iwan lalu melakukan rekaman di radio 8 EH milik mahasiswa ITB. Untuk pertama kalinya pula suara dia mengudara. Sayangnya, radio itu kemudian ditutup oleh Pemerintah Orde Baru. Perihal nama pula yang menarik dari sosok Iwan Fals. Sebelumnya, sejak pertama kali diberi julukan oleh Engkus manajernya, nama Iwan Fals memiliki ejaan yang berubah-ubah. Dalam beberapa album lamanya pernah memakai ejaan “Iwan Fales”, “Iwan Pales”, “Iwan Falls”, dan “Iwan False”. Nama itu akhirnya disederhanakan oleh pihak perusahaan rekaman menjadi Iwan fals saja. Pada album lamanya juga pernah dicantumkan nama asli, Virgiawan Listianto, sebagai pencipta lagu. Pada awal periode karier bermusiknya, Iwan memainkan lagu-lagu bergenre country. Karakter setiap lagu ditambah ciri khas liriknya membuat dia sering diidentikkan dengan Bob Dylan. Ihwal dugaan bahwa awal karier musik Iwan adalah sebagai musisi country. Pemunculan album solonya yang pertama, Sarjana Muda, merupakan awal kepopuleran Iwan Fals. Media massa juga mulai menyebutnya sebagai pencipta lagu-lagu bertema kritik sosial. Bahkan pada pertengahan 1980-an, Iwan dianggap sebagai salah satu pencipta lagu hits, sebagaimana Doel Sumbang, Dian Pramana Putra dan Dedi dhukun. Iwan tak salah memilih jalan. Dengan lagu berlirik khas yang diangkat dari kepedulian dan keprihatinan terhadap masalah sosial di sekitarnya, namanya melambung. Tapi, dia tetap membumi. Sejak namanya mulai dikenal luas, dia Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. beberapa kali masih tetap tampil di pentas hajatan pernikahan dan khitanan. Kedekatannya dengan kaum miskinlah yang justru kian mengangkat namanya. Sebagai seorang penyanyi dan pengarang lagu, Iwan Fals dapat dikategorikan sebagai musisi yang produktif. Dalam kurun waktu 12 tahun saja dia sudah menghasilkan 18 album rekaman, dengan jumlah lagu sebanyak 116 buah yang merupakan hasil karyanya sendiri. Pada dekade 1990-an dia sempat vakum, dalam arti tidak rutin menulis lagu-lagu baru. Namun, dekade selanjutnya sampai sekarang dia cukup teratur merilis beberapa album dengan lagu-lagu baru, baik yang ditulisnya sendiri maupun oleh orang lain. Salah satu daya pikat lirik lagu Iwan Fals terletak pada isi lagu yang penuh dengan protes dan kritik sosial. Hal ini bukan mengacu pada melodi atau jenis iramanya, melainkan menuju pada lirik lagu dan isinya. Lirik-lirik lagu karya Iwan ditampilkan dengan bahasa sederhana, mudah dimengerti, dan pilihan tema yang dianggap mewakili suara orang kebanyakan. Selain itu, proses penciptaan lirik lagu oleh Iwan pun tidak jauh berbeda dengan penciptaan puisi pada umumnya. Hampir senagian besar lirik lagu itu dibuat sebelum adanya melodi sebagai unsur musik sehingga setelah digabungkan menjadi semacam musikalisasi puisi. Iwan juga tidak mau terikat oleh melodi demi kebebasan lirik lagunya, meskipun proses kreatifnya dimulai dengan membuat melodinya terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dalam membawakan lagunya, sering terjadi vokal Iwan masih terdengar meskipun melodinya sudah habis. Bahkan, ada beberapa lagu yang ditambah dengan suara Iwan tanpa ada kesesuaian dengan musiknya, seperti Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sedang membacakan sebuah puisi. Cara itu sebenarnya cerminan kekhasan dia dalam membawakan lagu-lagunya. Dia benar-benar menikmati suasana dengan apa yang sedang dia nyanyikan tanpa harus terkekang oleh aturan musik kebanyakan. Cara itu pula yang membuat karisma Iwan semakin tertanam di mata penggemarnya. Integritas dan semangat kritis Iwan ini diakui oleh Bimbim Slank. Iwan sendiri mengaku bahwa dirinya menulis lirik lagu berdasarkan inspirasi dari hati sehingga dia lebih merdeka dan bebas mengekspresikan diri. Dia juga merasa tidak ada tekanan dari mana pun, seperti pesanan teman, paksaan produser, ataupun tekanan dari diri sendiri. Pada akhir dekade 1980-an, watak kritis yang telah terlihat sejak awal dalam karya-karya Iwan Fals lalu menjadi sebuah ideologi dan membuatnya lebih serius dalam membahas berbagai permasalahannya dalam lagu-lagunya. Namun, jika pada awal kariernya dia lebih banyak menyajikan satir yang menawar kepedihan orang-orang kecil dengan taburan humor, pada era ini dia betul-betul menghantam pendengarnya dengan realitas kepedihan yang mengagetkan. Dalam album “ Canda Dalam Nada ABC Records yang diluncurkan oleh Iwan Fals pada tahun 1979 berisikan 8 lagu diantaranya : Generasi Frustasi, Dongeng tidur, Imitasi, Kisah Sepeda motorku, Joni Kesiangan, Pengamen dan Jaman Edan, Pie-Pie serta Disco Cangkeling. Demikian sekilas kisah dari Iwan Fals yang menggambarkan perjalanan hidup hingga karier bermusiknya yang sampai saat ini disebut-sebut sebagai Legenda musik Indonesia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4.2. Penyajian dan Pemaknaan Data 4.2.1.

Dokumen yang terkait

Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

10 156 82

Pemaknaan Lirik Lagu Judas (Studi Analisis Semiotika Lagu Lady Gaga yang berjudul Judas)

22 172 89

Struktur Dan Pemarkah Kalimat Imperatif Dalam Lirik Lagu Ebiet G Ade Tahun 1980-An (Kajian Sintaksis)

4 57 84

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU “KPK DI DADAKU” (Studi Semiotik Representasi Nasionalisme Dalam Lirik Lagu ”KPK di Dadaku” Yang Dibawakan Oleh Bagus Netral, Faris RM, Once ).

0 2 93

REPRESENTASI POSFEMINISME DALAM LIRIK LAGU “TOKEK RACUN” (Studi Semiotik Representasi Posfeminisme Dalam Lirik Lagu “Tokek Racun”).

3 16 88

2.1. Pengertian Komunikasi - Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

1 2 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

1 1 6

REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ )

0 5 12

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

0 3 20

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU “KPK DI DADAKU” (Studi Semiotik Representasi Nasionalisme Dalam Lirik Lagu ”KPK di Dadaku” Yang Dibawakan Oleh Bagus Netral, Faris RM, Once )

0 0 19