Teori Semiotika dan Saussure

tanda karena, jika tidak begitu manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda yang paling nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.Sobur,2009 : 13

2.11. Teori Semiotika dan Saussure

Saussure dilahirkan di jenewa pada tahun 1857 dalam sebuah keluarga yang sangat terkenal di kota itu karena keberhasilan mereka dalam bidang ilmu. Ia hidup sezaman dengan Sigmund Freud dan Emile Durkheim meski tidak banyak bukti bahwa ia sudah pernah berhubungan dengan mereka. Selain sebagai seorang ahli linguistik, ia juga adalah seorang sepesialis bahasa-bahasa Indo-Eropa dan Sansekerta yang menjadi sumber pembaruan intelektual dalam bidang ilmu sosial dan kemanusiaan Sobur, 2009 : 45. Saussure memang terkenal karena teorinya tentang tanda. Ia sebenarnya tidak pernah mencetak pemikirannya menjadi buku. Catatan-catatannya dikumpulkan oleh murid-muridnya menjadi sebuah outline. Karyanya yang disusun dari tiga kumpulan catatan kuliah saat ia memberi kuliah linguistic umum di Universitas Janewa pada tahun 1907,1908-1909 dan 1910-1911 ini kemudian diterbitkan sebagai buku judul Course in General LunguisticLechte,2001:232. Karya ini dikemudian hari merupakan sumber teori linguistic yang paling Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berpengaruh. Kita mengenalnya dengan istilah “strukturalisme” Grenz, 2001:178. Banyak aliran linguistic yang berlainan dapat dibedakan pada waktu ini, tetapi semuanya secara langsung atau tidak langsung dipengaruhidengan berbagai tingkat oleh Course de Saussure. Bahasa dimata Saussure tak ubahnya sebuah karya musik. Untuk memahami sebuah simponi, kita harus memperhatikan keutuhan karya music secara keseluruhan dan bukan kepada permainan individual dari setiap pemain musik. Untuk memahammi bahasa, kita harus melihatnya secara “sinkronis”, sebagai sebuah jaringan hubungan antara bunyi dan makna. Kita tidak boleh melihatnya secara atomistic, secara individual. Saussure mempertanyakan pendekatan terhadap studi bahasa yang dilakukan oleh pencerahan. Para ahli bahasa abad pencerahan melakukan studi dengan mengurusi kepingan-kepingan detail dan “sebagai orang luar” yang tidak terlibat dalam bahasa itu sendiri. Baginya bahasa adalah sebuah keutuhan yang berdiri sendiri. Pendekatan inilah yang disebut-sebut sebagai “ilmu linguisti struktural” Sobur, 2009 : 44. Signifier dan Signified. Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni siginifier penanda dan signified petanda. Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda sign. Suara-suara, baik suara manusia, binatang, atau bunyi-bunyian, hanya bisa dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menyampaikan ide-ide, pengertian tertentu. Untuk itu, suara-suara tersebut harus merupakan bagian dari sebuah sistem konvensi, sistem kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah sistem tanda. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atau petanda. Dengan kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dai bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis datau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa bartens, 2001 : 180. Yang mesti diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tadi tidak bisa dilepaskan. Tanda bahasa mempunyai dua segi: penanda atau petanda; signifier; signified; significant; signifie. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda aau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiridan dengan demikian merupakan suatu factor linguistisSobur, 2009 : 46. Semiotika signifikasi adalah akar dari pemikiran Saussure yang didefinisikan sebagai “ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”. Inplisit dari definisi tersebut adalah sebuah relasi bahwa bila tanda merupakan bagian dari kehidupan sosial yang berlaku. Saussure juga berbicara mengenai konvensi sosial yang mengatur penggunaan tanda secara sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu. Sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial. Sobur, 2004 : 8. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Semiotika signifikasi menekankan perlunya pengaturan konvensi sosial social convention yang mengatur pengkombinasian tanda dan maknanya, dan relasi antara penanda dan petanda yang berdasarkan konvensi inilah yang disebut signifikasi. Sobur, 2004 : 8.

2.12. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

10 156 82

Pemaknaan Lirik Lagu Judas (Studi Analisis Semiotika Lagu Lady Gaga yang berjudul Judas)

22 172 89

Struktur Dan Pemarkah Kalimat Imperatif Dalam Lirik Lagu Ebiet G Ade Tahun 1980-An (Kajian Sintaksis)

4 57 84

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU “KPK DI DADAKU” (Studi Semiotik Representasi Nasionalisme Dalam Lirik Lagu ”KPK di Dadaku” Yang Dibawakan Oleh Bagus Netral, Faris RM, Once ).

0 2 93

REPRESENTASI POSFEMINISME DALAM LIRIK LAGU “TOKEK RACUN” (Studi Semiotik Representasi Posfeminisme Dalam Lirik Lagu “Tokek Racun”).

3 16 88

2.1. Pengertian Komunikasi - Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

1 2 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Representasi Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’)

1 1 6

REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS (Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ )

0 5 12

LIRIK LAGU “GENERASI FRUSTASI” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kehidupan Keluarga Dalam Lirik Lagu “Generasi Frustasi” yang dibawakan oleh Iwan Fals)

0 3 20

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU “KPK DI DADAKU” (Studi Semiotik Representasi Nasionalisme Dalam Lirik Lagu ”KPK di Dadaku” Yang Dibawakan Oleh Bagus Netral, Faris RM, Once )

0 0 19