kemudian berkurang sedangkan pada pria prevalensi terus meningkat sampai sekurang-kurangya mencapai usia 60 tahun Crofton 2002.
Berdasarkan data surveilans menunjukkan bahwa penderita TB yang berumur tua lebih dari separuh, penderita tersebut dengan sputum BTA positif yang
dapat menularkan kepada orang lain. Hal ini dikarenakan pada kelompok umur tersebut mempunyai riwayat kontak di suatu tempat yang lama serta hubungan sosial
yang erat adalah kunci terjadinya transmisi penyakit. Kelompok umur ini cendrung bergaul dengan kelompok umur yang sebaya, sehingga beresiko untuk tertular
penyakit, hal inilah yang membuktikan bahwa resiko penularan TB berhubungan dengan umur Aditama, 2006.
Hasil penelitian Hariyanto 2013 menyatakan dari 80 responden didapatkan 11 13,8 dengan BTA positif. Hasil analisis dengan uji Chi square didapatkan x
2
= 4,396;p=0,036 p0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antar umur
dengan TB paru BTA positif. Berbeda pendapat dengan Ruswanto 2010 mengatakan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p= 0,361 p0,05 bahwa umur
bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian paru.
2.7.2. Status Gizi
Status gizi merupakan variabel yang sangat berperan dalam timbulnya kejadian TB paru. Tentu saja hal ini masih tergantung variabel lain yang utama yaitu
ada tidaknya kuman TB pada paru. Seperti diketahui bahwa kuman TB paru merupakan kuman yang suka “tidur” hingga bertahun-tahun, apabila memiliki
kesempatan untuk “bangun” dan menimbulkan penyakit, maka timbullah kejadian
Universitas Sumatera Utara
penyakit TB paru. Oleh sebab itu, salah satu kekuatan daya tangkal adalah status gizi yang baik. Achmadi, 2012.
2.7.3. Jenis Kelamin
Di Benua Afrika banyak TB paru terutama menyerang laki-laki pada tahun 1996 jumlah penderita TB paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah
penderita TB paru pada wanita, yaitu 42,34 pada laki-laki dan 28,9 pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak
2,5 , sedangkan penderita TB paru pada wanita menurun 0,7 . TB paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian
besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya penyakit TB paru Nelson, 2001.
Hubungan penyakit dengan jenis kelamin ditunjukkan melalui perbedaan angka penyakit, yaitu perbandingan insidensi dan prevalensi penyakit antara laki-laki
dan perempuan. Ini tidak berarti bahwa 50 kasus terjadi pada laki-laki sementara 50 lainnya pada perempuan. Pernyataan tersebut memang benar jika dikaitkan
dengan epidemi penyakit menular tertentu, tetapi tidak pasti benar jika dikaitkan dengan penyakit kronis atau semua penyakit menular Timmreck, 2005.
2.7.4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi
makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah. Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR
Universitas Sumatera Utara
Upah Minimum Regional akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
status gizi yang kurang akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi, diantaranya TB paru. Dalam hal jenis konstruksi rumah dengan mempunyai
pendapatan yang kurang maka konstruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB paru
Notoatmodjo, 2007
2.7.5. Kepadatan Penduduk