Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih

atau dalam larutan KNO 3 selama 30 menit setelah itu dibilas dengan air sebelum disemaikan pada medium perkecambahan Sutopo, 2002. Dari hasil penelitian Nuraeni dan Maemunah 2003, perendaman dalam air 10 hari dan aplikasi 0,2 KNO 3 telah dapat memecahkan dormansi benih kemiri dan menghasilkan bobot kering tanaman yang tinggi yakni sebesar 0,393 g. Perendaman yang lebih lama 20 hari dan tanpa KNO 3 menghasilkan bobot kering tajuk 0,412 g dan bobot kering tanaman yang tinggi 0,492 g. Hal ini mungkin disebabkan perendaman dengan air mendorong proses pemasakan embrio dan meningkatnya permeabilitas kulit benih sehingga memungkinkan penyerapan ataupun imbibisi dan gas-gas yang diperlukan dalam proses perkecambahan. Dormansi struktural adalah dormansi yang disebabkan oleh kedapnya kulit benih terhadap air atau O 2 , adanya penghambat, adanya resistensi mekanis. Kedapnya kulit benih terhadap air atau O 2 karena kulit benih tersebut terlalu keras, terliputi gabus atau lilin. Kerasnya kulit benih menyebabkan resistensi mekanis dan ini menyebabkan embrio yang memiliki daya untuk berkecambah tidak dapat menyobek kulit yang berarti pula tidak dapat keluar untuk tumbuh sebagaimana mestinya. Penggunaan zat kimia dalam perangsangan perkecambahan seperti KNO 3 adalah sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O 2 Kartasapoetra, 2003.

F. Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih

Air di dalam proses perkecambahan berfungsi untuk mencairkan zat-zat makanan yang berada dalam keping biji yang disalurkan di dalam lembaga. Universitas Sumatera Utara Dalam lembaga telah tersedia bahan baku auxin dalam bentuk asam amino, yang dalam perkembangan pertumbuhan kecambah berubah menjadi auxin. Penyebarluasan auxin kedalam tubuh kecambah akan berlangsung hingga ke pucuk akar. Untuk kelangsungan penyebaran ini secara mutlak dibutuhkan cukup air, tanpa air pertumbuhan kecambah akan gagal total Rismunandar, 1999. Perendaman yang lama berpengaruh pada kecepatan perkecambahan. Hasil penelitian Sarmauli 2006, menunjukkan hasil indeks perkecambahan tertinggi pada benih Acacia mangium adalah perendaman benih dengan air selama 24 jam dengan hasil 2,21 dibandingkan dengan waktu 16 jam dengan nilai kecepatan berkecambah 0,48. Penelitian Siringo-ringo 2004, menunjukkan bahwa perendaman air selama 6 jam pada benih Tanjung Mimusop elingi L. merupakan perlakuan yang terbaik dengan meningkatkan persentase perkecambahan sebesar 83,33 dibandingkan perendaman benih tanjung dengan air selama 4 jam atau selama 2 jam. Menurut Nuraeni dan Maemunah 2003, perendaman dengan air mendorong proses pemasakan embrio dan meningkatkan permeabilitas kulit benih sehingga memungkinkan penyerapan ataupun imbibisi dan gas-gas yang diperlukan dalam proses perkecambahan. Imbibisi berlangsung jika potensial osmotik larutan di sekitar benih lebih rendah daripada osmotik di dalam sel-sel benih. Peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut di luar benih dapat memperlambat kecepatan imbibisi benih. Benih dapat mengalami kekeringan fisiologis, bahkan jika konsentrasi larutan luar sel benih lebih tinggi, maka dapat terjadi pergerakan air dalam benih mengalami plasmolisis Mugnisjah, 1994. Universitas Sumatera Utara Imbibisi terjadi pada waktu biji kering yang tidak mempunyai kulit biji yang kedap diletakkan dalam kontak dengan air sebagaimana biji dalam tanah. Sementara air masuk, bahan-bahan koloid, terutama protein cenderung untuk menggembung dan penggembungan ini sering kali bertanggungjawab dalam pemecahan kulit biji. Derajat kontak antara tanah dan biji adalah penting untuk laju imbibisi karena air dalam tanah yang tak jenuh terdapat selaput tipis disekitar partikel-partikel tanah dan hanya bagian kulit biji yang berhubungan dengan selaput tersebut untuk pengambilan air Goldsworthy dan Fisher, 1996. Benih kemiri adalah termasuk rekalsitran dimana untuk mempertahankan viabilitasnya memerlukan kadar air lebih tinggi dengan lingkungan yang sejuk, tetapi daya simpannya pendek. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan air yang dapat diimbibisi benih dari sekitarnya untuk dapat berkecambah. Karena itu, potensial osmotik larutan dalam substrak pengecambahan menentukan kecepatan berkecambah atau muncul benih Mugnisjah, 1994. Universitas Sumatera Utara III. BAHAN DAN METODA

A. Tempat dan Waktu