I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiri Aleurites moluccana Willd merupakan salah satu komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pasar kemiri
yang semakin terbuka sehubungan dengan semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi kemiri, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, karena sifat
hidupnya yang mudah dipelihara dan dapat tumbuh di semua areal termasuk lahan kritis, sehingga kemiri dapat dikembangkan sebagai upaya mengentaskan
kemiskinan di daerah lahan kritis Paimin, 1997. Ditinjau dari segi teknis budidaya, tanaman kemiri tidak hanya berguna
sebagai tanaman industri saja, tetapi juga sebagai tanaman reboisasi untuk mencegah erosi dan mengatur tata air. Tanaman ini dapat juga menjadi tanaman
pioner di lahan-lahan kritis dan lahan marginal, karena dapat menekan pertumbuhan alang-alang. Melihat daya guna tanaman kemiri tersebut, dapat
dipastikan bahwa komoditi ini sangat berpeluang untuk dikembangkan. Dengan mengembangkan tanaman yang bernilai ekonomi cukup tinggi ini, diharapkan
pendapatan petani di pedesaan dapat ditingkatkan Paimin, 1997. Dalam budidaya kemiri oleh petani, teknik pembibitan belum dikuasai
dengan baik karena untuk pengecambahan memakan waktu 4-6 bulan. Budidaya kemiri secara besar-besaran saat ini belum ada, masyarakat menanam tanaman
kemiri sebagai tanaman agroforestri. Padahal, tanaman ini sangat mudah untuk dikembangkan karena tidak susah dalam perawatannya hanya saja terdapat
masalah dalam memecahkan dormansi akibat kulit bijinya yang keras. Alternatif
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memberikan perlakukan tertentu pada benih kemiri, seperti perlakuan fisik dan
kimia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SUMBAR, 2005.
Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Kalium nitrat adalah salah satu senyawa
kimia yang dapat digunakan dalam usaha memecahkan dormansi benih. Senyawa ini dapat melunakkan kulit benih sehingga mudah untuk dimasuki air.
Perendaman benih karet selama 24 jam dalam KNO
3
0,2 terbukti meningkatkan daya kecambah benih karet dibanding dengan perendaman dengan air,
GA
3
20 ppm dan Ethepon 200 ppm Sutopo, 2004. Penelitian untuk memecahkan dormansi benih kemiri dengan
menggunakan larutan KNO
3
dengan konsentrasi 0,2 dan 0,3 pernah dilakukan sebelumnya oleh Nuraeni dan Maemunah 2003 dan hasilnya
memperlihatkan bahwa lama perendaman air dan KNO
3
serta interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter daya berkecambah
dan kecepatan berkecambah. Berdasarkan kondisi ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan lama perendaman
yang lebih bervariasi sehingga diharapkan hasil yang lebih baik.
B. Tujuan Penelitian