Akses Pangan

2. Akses Pangan

Secar a rata-rata tingkat konsumsi pangan masyarakat Indonesia telah mencapai tingkat asupan kalor i minimum sebesar 2.000 kalori/ kapita/ har i ( tabel 1). Tabel ini juga menggambar kan kontribusi jumlah kalori masing-masing kelompok pangan ter hadap keselur uhan asupan kalori per kapita per hari, yang menunjukkan bahwa sumber utama dari konsumsi makanan di Indonesia adalah dari padi-padian ter utama beras, sementar a asupan dari sumber pangan lainnya seper ti daging dan sayur - sayuran masih tetap rendah yang ber ar ti ter jadi ketidak- seimbangan pola konsumsi pangan penduduk.

Tabel 1. Kontribusi Ener gi per Kelompok Pangan dalam Pola Makan Rata-r ata (Kalori/ Kapita/ Har i) , Tahun 2004-2008

Kelompok Pangan

1.243,7 1.281,4 1.235,8 padian Umbi-

62,3 62,1 47,7 Umbian Pangan

155,3 156,6 148,0 Hewani Minyak

202,7 203,9 195,1 dan Lemak Buah/ Biji

46,8 41,7 37,3 Ber minyak Kacang-

72,6 62,3 57,5 Kacangan Gula

100,3 100,3 84,0 Buah Lain-Lain

Sayur dan 87,0

Sumber : BPS, Susenas diolah Kement er ian Per t anian

Per kembangan rata-r ata keter sediaan ener gi dari tahun 2005 sampai 2010 mempunyai kecender ungan membaik. Namun, untuk pangan hewani kenaikannya masih kecil, pada tahun 2006 sebesar 126 Kkal/ kapita/ har i dan tahun 2010 mencapai 146 Kkal/ kapita/ har i ( gambar 5). Laporan Kementerian Pertanian tahun 2010 juga menunjukkan kenaikan keter sediaan pr otein hewani masih cukup r endah, yaitu sebesar 13,13 gram / kapita / hari pada tahun 2006 menjadi 16,06 gram/ kapita/ hari pada tahun 2010.

Gambar 5. Per kembangan Rata-r ata Keter sediaan Ener gi dan Pr otein per Kapita

Rata-r ata Keter sediaan Ener ji per Kapita Rata-r ata Keter sediaan Pr otein per Kapita

Sumber : Dat a diolah Kement er ian Per t anian, 2010

Tingginya pr opor si sumber kar bohidrat dalam pola konsumsi pangan penduduk menunjukkan bahw a kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan kekurangan gizi. Meskipun kontribusi padi-padian dalam konsumsi pangan masih cukup tinggi, namun data Susenas menunjukkan ter jadinya penurunan. Hal ini menunjukkan adanya per ubahan pola konsumsi yang membaik dan ber kurangnya keter gantungan kepada padi-padian sebagai sumber energi. Ber dasar kan ulasan ter sebut, tantangan dalam perbaikan gizi masyarakat adalah per baikan pola konsumsi pangan

gizi seimbang dengan meningkatkan aksesibilitas ter hadap pangan dan mendor ong percepatan diver sifikasi konsumsi.

Akses pangan (rumah tangga) adalah kondisi penguasaan sumber daya

(sosial, teknologi, finansial/ keuangan, alam, manusia) yang cukup untuk memper oleh dan/ atau ditukar kan untuk memenuhi kecukupan pangan, termasuk di rumah tangga. Keter sediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua r umah tangga mampu dan memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme ter sebut di atas. Masalah akses ter hadap pangan untuk penduduk miskin merupakan gabungan dari masalah kemiskinan, kurangnya peker jaan tetap, pendapatan tunai yang rendah dan tidak tetap, ser ta terbatasnya daya beli.

Aksesibilitas pangan

keter jangkauan pangan oleh masyar akat dipengar uhi oleh ber bagai hal, antara lain: harga pangan, tingkat pendapatan atau daya beli, kestabilan keamanan sosial, anomali iklim, bencana alam, lokasi dan topografi, keber adaan sar ana dan pr asarana transportasi, kondisi jalan, dan lainnya. Permasalahan akses pangan secara fisik masih disebabkan oleh kur ang memadainya fasilitas prasarana jalan, pelabuhan, dan sar ana angkutan/ transpor tasi yang menyebabkan biaya distr ibusi pangan menjadi mahal.

atau

Sar ana distribusi pangan seperti fasilitas pasar umum, sarana penyimpanan dan pengolahan hasil per tanian, masih ter batas jumlahnya. Ter batasnya sarana ter sebut menyulitkan masyar akat untuk melakukan penyimpanan dan pengolahan, sehingga tidak dapat diper oleh mutu pangan dan nilai tambah yang tinggi. Peratur an per undangan juga belum mendukung kelancaran distribusi

pungutan dan retribusi mengakibatkan meningkatnya biaya distribusi pangan.

pangan,

berbagai

Tantangan yang masih dihadapi adalah masih rendahnya kualitas konsumsi pangan sebagaimana diukur oleh skor pola pangan harapan/ PPH ( gambar 6), serta masih ter batasnya akses yang memadai bagi masyar akat miskin dan ber pendidikan rendah dalam memper oleh pangan yang ber gizi dan aman. Situasi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat dapat dicerminkan dar i tingkat kecukupan gizi masyarakat, yaitu yang diukur dar i angka kecukupan gizi (AKG). Sampai dengan saat ini, AKG Indonesia menunjukkan kecenderungan yang ter us membaik. Sejak tahun 1999 per sentase penduduk dengan AKG >90 per sen terus meningkat dari 46,9 per sen menjadi 61,4 per sen tahun 2008, namun menur un lagi menjadi 53,9 per sen di tahun 2009. Kecender ungan ini sejalan dengan kecender ungan penur unan per sentase jumlah penduduk yang memiliki AKG <70 per sen, yaitu jika pada tahun 1999 masih sejumlah 18,95 per sen pada tahun 2008 menurun menjadi 11,07 per sen dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 14,47 per sen.

Gambar 6. Kecenderungan Skor PPH di Per desaan dan

Per kotaan, Tahun 2002-2009

Sumber : BPS, Susenas, diolah Kement er ian Per t anian Kondisi tingkat konsumsi ter sebut di atas menunjukkan bahw a

situasi akses pangan masyar akat masih memer lukan upaya perbaikan ter us menerus. Ditinjau dar i sisi geografis, wilayah- w ilayah yang masih memiliki AKG <70 per sen ter sebar di w ilayah timur Indonesia. Kondisi ini menunjukkan ada ber bagai faktor yang mempengar uhi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan aksesibilitas masyar akat ter hadap pangan umumnya ber sifat kr onis yang meliputi aspek fisik, ekonomi, dan sosial. Aspek fisik ber upa infr astr uktur jalan dan pasar, dan aspek ekonomi ber upa daya beli yang masih r endah karena kemiskinan dan pengangguran, ser ta aspek sosial ber upa tingkat pendidikan yang rendah.

Masalah dan tantangan fisik utama yang dihadapi dalam perbaikan akses pangan masyar akat antara lain adalah masih ter jadinya kesenjangan, keter sediaan, dan distr ibusi pangan setempat dengan kebutuhan. Hal ini antara lain disebabkan masih belum meratanya sarana-pr asarana tr anspor tasi untuk mendukung

khususnya pengir iman bahan/ komoditas pangan dari daerah sur plus ke daer ah defisit pangan. Sejumlah daerah, khususnya di wilayah Indonesia Bagian Timur masih belum memiliki sar ana transpor tasi yang memadai, padahal di w ilayah ter sebut justr u ter jadi defisit pangan. Sebagai dampaknya, akses pangan di w ilayah ter sebut

distribusi

pangan, pangan,

Masalah dan tantangan ekonomi karena masih rendahnya pendapatan masyarakat ber akibat pada daya beli masyar akat ter hadap komoditas pangan menjadi menurun. Rendahnya daya beli masyarakat tidak hanya terjadi di w ilayah pedesaan, tetapi juga ter jadi di w ilayah per kotaan. Masalah ini antara lain juga disebabkan oleh per soalan penganggur an serta kondisi ekonomi w ilayah yang masih belum baik. Rendahnya daya beli ini antar a lain menyebabkan tingkat konsumsi pangan masyarakat masih di bawah yang direkomendasikan untuk mendukung kehidupan yang sehat dan aktif. Tantangan ekonomi lainnya yang menjadi hambatan dalam peningkatan aksesibilitas pangan adalah r endahnya sumber daya yang ter sedia di w ilayah untuk mendor ong terciptanya dampak pengganda ekonomi yang dapat menciptakan sumber-sumber pendapatan dan mata pencaharian.

Masalah dan tantangan sosial yang masih menjadi penghambat aksesibilitas ter hadap pangan ter utama adalah faktor pendidikan masyar akat yang masih r endah. Secar a umum tingkat pendidikan masyar akat yang masih rendah akan ber dampak pada masih r endahnya kapasitas individu sehingga membatasi ruang gerak dalam

memper oleh sumber-sumber pendapatan (mata pencahar ian). Kelompok masyarakat yang ber pendidikan rendah umumnya

menggantungkan hidupnya dar i pemanfaatan sumber daya alam secara pr imer, sehingga tidak dapat memper oleh nilai tambah ekonomi. Rendahnya pendidikan masyar akat juga menyebabkan hambatan proses adopsi teknologi yang sebenar nya dapat mendor ong pr oduktivitas usaha.

Permasalahan lain yang menyangkut konsumsi pangan adalah masih adanya budaya dalam masyarakat yang ter kait dengan pantangan makanan dan keper cayaan yang ber tentangan dengan gizi dan kesehatan.