Per sentase Bayi yang Melakukan Kunjungan Neonatus 6 – 48 Jam (KN1) Menurut Pr ovinsi, 2010

Gambar 10. Per sentase Bayi yang Melakukan Kunjungan Neonatus 6 – 48 Jam (KN1) Menurut Pr ovinsi, 2010

Sumber : Riskesdas 2010

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peratur an Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Ur usan Pemerintah antara Pusat, Pemerintah Daerah Pr ovinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, mer upakan peluang dan sekaligus tantangan bar u bagi per baikan pangan dan gizi masyarakat di kabupaten dan kota. Ber dasar kan peratur an perundangan ter sebut, ur usan pangan mer upakan urusan w ajib bagi daer ah, sehingga memungkinkan penanganan masalah pangan dan gizi lebih terarah, spesifik, dan sesuai dengan kondisi setiap daerah. Dengan demikian pencapaian kesepakatan global maupun sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dapat dipercepat. Namun demikian, mencermati perkembangan masalah dan upaya per baikan, per ubahan situasi administr asi ketatanegaraan ter sebut merupakan tantangan baru. Kekhawatiran ini timbul didasar kan fakta bahwa per hatian pemer intah daer ah ter hadap upaya perbaikan gizi masih belum optimal, yang antara lain juga dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan pr ogram pangan dan gizi. Oleh karena itu sesuai dengan kewenangan yang ada, diper lukan upaya-upaya sistematis agar kegiatan-kegiatan yang selama ini telah dijalankan dengan baik dapat diteruskan, sebaliknya untuk hal-hal yang belum ber jalan baik diper lukan upaya-upaya inovatif dan kegiatan yang lebih intensif.

Tanggung jawab implementasi ber bagai inter vensi gizi di tingkat masyar akat ada di sektor kesehatan sehingga melemahkan koor dinasi satuan ker ja perangkat daerah (SKPD) pada implementasi kegiatan perbaikan gizi yang seharusnya ter padu ( Landscape Analysis on Nut r it ion , 2010). Walaupun intervensi gizi mer upakan salah satu dari enam pelayanan kesehatan dasar yang diadopsi pemer intah Indonesia sejalan dengan Deklarasi Alma Ata tahun 1978, sekarang ini konsep PHC tidak diimplementasikan dengan konsekuen oleh pusat kesehatan

berakibat menur unnya bimbingan teknis pada posyandu.

masyarakat

(puskesmas),

Untuk mencapai sasar an per baikan gizi (baik sasaran global maupun nasional) diper lukan kebijakan, strategi dan pr ogr am yang terarah, ter padu mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, didukung dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan dan gizi ser ta penelitian dan pengembangan yang menghasilkan pilihan kebijakan ber dasar bukti.

Masalah pangan dan gizi ber sifat multi dimensi, multi sektor atau bidang dan multi disiplin karena itu per lu ditangani secara ter padu Masalah pangan dan gizi ber sifat multi dimensi, multi sektor atau bidang dan multi disiplin karena itu per lu ditangani secara ter padu

penting untuk menyelaraskan kebijakan, str ategi, perencanaan, pemantauan, dan evaluasi agar sasar an yang telah ditetapkan dapat dicapai. Selain itu, standar isasi dan lisensi tenaga yang beker ja dalam lingkup gizi diawasi ketat oleh suatu badan nasional untuk menjaga pr ofesionalisme. Badan pangan dan gizi masyar akat juga mempunyai tugas penelitian dan pengembangan gizi yang memer lukan riset ber kelanjutan mulai dari penelitian gizi seluler atau biologi sampai gizi ter apan.

Disparitas kemiskinan menur ut pr ovinsi per lu diantisipasi dengan str ategi penanggulangan yang ber beda dan dilaksanakan secara intensif oleh semua sektor secara ter padu dan ber kesinambungan mengarah pada pemberdayaan masyar akat sehingga mereka dapat mengentaskan diri dan keluar ganya dari kemiskinan dengan fasilitasi pemer intah.

Di negara-negar a yang menjunjung tinggi penerapan HAM, pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi adalah hak asasi manusia (HAM). Di Indonesia Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dengan tegas memposisikan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia dan harus selalu ter sedia bagi setiap r umah tangga dalam jumlah dan mutu yang cukup, aman, ter jangkau. Selanjutnya, Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya semakin jelas mengatur HAM, yaitu hak setiap or ang atas standar kehidupan yang layak baginya dan keluar ganya atas pangan dan setiap orang harus bebas dar i kelaparan.

Disparitas penduduk sangat rawan pangan (asupan kalori <70 per sen AKG = 1.400 Kkal/ orang/ hari) menurut pr ovinsi pada tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 11 ber ikut: