Kelembagaan Pangan dan Gizi

5. Kelembagaan Pangan dan Gizi

Diawali pada tahun 1974 dengan diber lakukannya Instruksi Presiden Nomor 14 tentang Per baikan Menu Makanan Rakyat telah terbentuk Kelompok Ker ja Fungsional antar Kementerian yang mengkoordinasikan kegiatan per baikan pangan dan gizi masyar akat. Kemudian diikuti dengan Instr uksi Presiden Nomor

20 Tahun 1979 sehingga di tingkat pr ovinsi dan kabupaten dan kota dibentuk Badan Per baikan Gizi Daerah (BPGD) yang mengkoor dinasikan kegiatan Usaha Per baikan Gizi Keluarga oleh sektor Kesehatan, Keluar ga Ber encana, Per tanian dan Agama. Selama 3 dekade, Indonesia mencapai keber hasilan dalam perbaikan gizi masyarakat melalui kegiatan pemantauan tumbuh kembang dan konseling gizi, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan kontrasepsi, imunisasi

penanggulangan diar e yang dilaksanakan di hampir 240.000 pos pelayanan ter padu (posyandu) oleh lebih dari satu juta kader desa. Kegiatan posyandu menur un seiring dengan tekanan ekonomi yang dialami masyar akat sebagai dampak krisis moneter pada tahun 1998.

dan

Dewan Ketahanan Pangan dipimpin langsung oleh Presiden ter bentuk dengan Peratur an Presiden Nomor 83 Tahun 2006, dengan tugas utama mengevaluasi ketahanan pangan dan memfor mulasikan kebijakan peningkatan ketahanan pangan ditinjau dar i sisi ekonomi, politik, geografis, dan gizi. Sektor pertanian bertanggung jawab dalam pr oduksi pangan dan ber koor dinasi dengan Badan Ketahanan Pangan Daer ah yang dipimpin guber nur . Standar industr i makanan dan penegakan hukum dilaksanakan oleh sektor Industri, sementara mutu dan keamanan pangan yang layak dikonsumsi masyarakat dipantau oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pelayanan gizi dan pr omosi gizi dilaksanakan oleh sektor kesehatan.

Para pemangku kepentingan (st akeholder s) di bidang pangan dan gizi termasuk sektor sw asta, perguruan tinggi dan organisasi non pemer intah dalam dan luar negeri ter libat dalam perbaikan gizi, ter masuk saat krisis gizi bur uk di tahun 1998 dan saat ter jadinya bencana alam nasional. Badan PBB dan mitr a pembangunan ber kontribusi memberikan hibah dan bantuan teknis untuk perbaikan pangan, kesehatan, dan gizi. Walaupun demikian, Para pemangku kepentingan (st akeholder s) di bidang pangan dan gizi termasuk sektor sw asta, perguruan tinggi dan organisasi non pemer intah dalam dan luar negeri ter libat dalam perbaikan gizi, ter masuk saat krisis gizi bur uk di tahun 1998 dan saat ter jadinya bencana alam nasional. Badan PBB dan mitr a pembangunan ber kontribusi memberikan hibah dan bantuan teknis untuk perbaikan pangan, kesehatan, dan gizi. Walaupun demikian,

per lu dibangun untuk mengkoor dinasikan secara efektif kebijakan antar sektor/ bidang, memfasilitasi

ditingkatkan.

Koor dinasi

tingkat oper asional dan mengintegr asikan kegiatan pr ogram ter kait dengan penurunan pr evalensi kekurangan gizi dan peningkatan asupan kalor i pada semua anggota keluarga yang mengalami raw an pangan (Landscape Analysis on Nut r it ion, Kemenkes, 2010).

kolaborasi

di

Saat ini tidak cukup ter sedia data SDM gizi dan terkait gizi yang dapat diandalkan, maupun pr oyeksi kebutuhan SDM gizi yang r ealistis terkait dengan ber bagai tantangan gizi yang dihadapi, begitupun halnya dengan SDM di bidang pangan. Beberapa pokok per soalan yang terkait dengan pengelolaan SDM ter kait pangan dan gizi adalah: 1) Terbatasnya perencanaan SDM ber dasar kebutuhan pr ogram; 2) Kur angnya analisis deskripsi peker jaan agar SDM efektif dan efisien melaksanakan pelayanan di bidang pangan dan gizi; 3) Sistem pengadaan dan rekr utmen SDM dengan kompetensi yang memenuhi standar sangat tergantung pada alokasi anggar an pemerintah yang ter sedia di daerah; ser ta

4) Sulitnya mempertahankan SDM terkait pangan dan gizi di daerah per desaan karena tidak adanya insentif karir ( diadaptasi dari Laporan Bank Dunia, 2010).