Mutu dan Keamanan Pangan

3. Mutu dan Keamanan Pangan

Kondisi keamanan pangan sangat mempengar uhi kesehatan masyar akat di seluruh lapisan tanpa mengenal batas usia dan Kondisi keamanan pangan sangat mempengar uhi kesehatan masyar akat di seluruh lapisan tanpa mengenal batas usia dan

Situasi keamanan pangan pada periode 2006 sampai 2010, antara dapat dilihat dari adanya kenaikan produk industri pangan yang tidak memenuhi syarat (TMS) dar i tahun ke tahun. Jika pr oduk yang TMS ter sebut dielaborasi lebih lanjut, ter lihat bahw a penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) pemanis dan pengawet (benzoat) ber lebih, penyalahgunaan bahan ber bahaya formalin, boraks, pewarna bukan untuk makanan, dan cemaran mikr oba. Ur utan penyebab masalah keamanan pangan ter sebut ber tur ut-tur ut adalah: cemaran mikroba, BTP pemanis ber lebih, pewar na bukan untuk makanan, BTP pengaw et (benzoat) ber lebih, ser ta penyalahgunaan bahan berbahaya boraks dan formalin.

Penyalahgunaan bahan berbahaya for malin telah dapat ditur unkan kasusnya dar i tahun ke tahun, demikian pula penggunaan BTP pemanis yang ber lebihan. Sementar a pr oduk TMS ter kait dengan cemaran mikr oba masih cukup dominan. Hal ini dapat merupakan indikasi kondisi higienis dan sanitasi lingkungan yang masih mempr ihatinkan.

Analisis terhadap kondisi sar ana pr oduksi pangan bai industri pangan besar , menengah dan kecil ser ta industri rumah tangga tahun 2006-2010 masih membutuhkan per baikan, ter utama sarana pr oduksi industr i r umah tangga (IRT). Khusus untuk peningkatan kondisi sar ana pr oduksi IRT, par tisipasi pemer intah pr ovinsi, kabupaten dan kota sangat diper lukan, karena industri pangan kategori ini ser tifikasi pr oduknya diberikan oleh pemer intah daerah setempat. Ber dasar kan hasil monitoring sarana pr oduksi, di daerah masih banyak ditemukan sarana pr oduksi tidak ter daftar. Memperhatikan hal ter sebut diper lukan adanya pember dayaan pemerintah pr ovinsi, kabupaten dan kota sehingga sar ana pr oduksi ter sebut memper oleh ser tifikat PIRT melalui penyuluhan.

Pengaw asan keamanan pangan jajanan anak sekolah merupakan salah satu kegiatan strategis mengingat anak-anak sekolah adalah cikal bakal gener asi bangsa yang akan datang. Jenis pr oduk yang diambil sampelnya difokuskan pada pengaw asan terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya seper ti pew ar na r hodamin B dan met hanil yellow, bor aks dan formalin. Selain itu, dilakukan monitoring ter hadap penggunaan bahan tambahan pangan yang melebihi batas yang ditetapkan khususnya pengaw et dan cemaran mikr oba. Kegiatan pengawasan keamanan pangan dilakukan secara per iodik setiap tahun

Hasil pengawasan menunjukkan adanya penur unan pr oduk TMS dari tahun 2006 ke tahun 2009, meskipun tidak ter lalu nyata. Pr oduk pangan yang mengandung bahan ber bahaya masih ber fluktuasi di antara 10 per sen sampai 13 per sen, sedangkan pr oduk yang mengandung bahan tambahan pangan ber lebih juga ber fluktuasi di sekitar 15 per sen dan 30 per sen. Masalah utama dari pr oduk pangan jajanan anak sekolah nampaknya adalah cemaran mikr oba. Inter vensi untuk meningkatkan higienis dan sanitasi para penjaja pangan jajanan anak sekolah ini per lu dilakukan.

Kasus kejadian luar biasa (KLB) kar ena pangan beberapa kali ter jadi dan dilapor kan di media masa. Hasil monitoring KLB khusus di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa KLB paling sering ter jadi di sekolah dasar . Sebagian besar KLB ini tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya, apakah disebabkan karena mikr oba atau bahan kimia.

Pemantauan garam konsumsi ber yodium yang beredar di kabupaten dan kota dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa per sentase rumah tangga yang mengkonsumsi gar am ber yodium yang memenuhi syarat sebesar 62,3 per sen. Untuk itu per lu dilakukan peningkatan pengaw asan dan penegakan hukum agar garam yang ber edar memenuhi syar at sebagai garam konsumsi ber yodium.