PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SENAM KESEIMBANGAN DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN BEKAS REL KERETA TEBU PADA SISWA KELAS III SD NEGERI GROBOG KULON 02 DI KECAMATAN PANGKAH

(1)

PENGEMBANGAN

MODEL PEMBELAJARAN SENAM

KESEIMBANGAN DALAM PENJASORKES MELALUI

PENDEKATAN LINGKUNGAN BEKAS REL

KERETA TEBU PADA SISWA KELAS III

SD NEGERI GROBOG KULON 02

DI KECAMATAN PANGKAH

KABUPATEN TEGAL

SKRIPSI

diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Is Pujiati 6102909121

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii SARI

Is Pujiati (2011), Pengembangan Model Pembelajaran Senam Keseimbangan Dalam Penjorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Bekas Rel Kereta Tebu Pada Siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing Utama Rumini, S.Pd, M.Pd Pembimbing Pendamping Drs Kriswantoro, M.Pd.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk model pembelajaran senam keseimbangan dalam penjasorkes melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta tebu pada siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran senam keseimbangan melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta tebu siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan yang merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan di hasilkan, adapun prosedur/langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan; 2) mengembangkan produk awal; 3) validasi ahli dan revisi; 4) uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk; dan 5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan total sample dengan jumlah sampel sebanyak 30 siswa. Data diambil dengan kuesioner/angket

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta tebu pada siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal ternyata memenuhi kriteria Baik sehingga dapat digunakan untuk siswa SD. Hal ini berdasarkan analisis data evaluasi ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran pada uji coba skala kecil, didapat rata-rata presentase 90.00%. Dengan kategori sangat tinggi. Hasil analisis data uji coba skala kecil didapat rata-rata presentase pilihan jawaban yang sesuai 87.33%, hasil analisis data uji coba skala besar rata-rata prosentasi sebesar 89,75 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran senam keseimbangan dalam penjasorkes melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta tebu pada siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 dapat digunakan dan sangat baik. Harapan peneliti kepada guru penjas untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dilingkungan sekitar Saran agar bagi guru penjasorkes di sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang menarik untuk digunakan dalam pembelajaran keseimbangan gerak di sekolah.


(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2011

Is Pujiati 6102909121


(4)

iv

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada Hari : Tanggal :

Panitia ujian Ketua

Drs. Said Junaidi, M.Kes NIP. 19690715 199403 1 001

Sekretaris

Drs Tri Rustiadi, M.Kes NIP. 19641023 199002 1 001 Dewan Penguji

1. Drs Hermawan Pamot R, M.Pd (Penguji Utama) NIP 19651020 199103 1 002

2. Rumini, S.Pd.,M.Pd (Penguji 1) NIP 19700223 199512 2 001

3. Drs Kriswantoro, M.Pd (Penguji 2) NIP 19610630 198703 1 003


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Menurut sastrawan Romawi Vergilius Labor Omniavin Cit Impobus”, yang artinya kerja penuh ketekunan pasti dapat mengalahkan segala rintangan (Engkos Kosasih). Kerja keras adalah kumpulan dari hal-hal yang telah kau kerjakan saat seharusnya kau kerjakan (John Maxwell).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada : 1. Suamiku yang tercinta atas doa dan

kasih sayangnya yang selalu mengalir. 2. Buat anak-anakku yang tercinta yang

telah selalu menyayangi aku.

3. Teman-temanku yang selalu mendukungku


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rasa rendah hati saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan untuk

kuliah di UNNES

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Pembimbing Utama Rumini,S.Pd., M.Pd dan Pembimbing Pendamping. Drs. Kriswantoro, M.Pd atas petunjuk dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Pangkah atas ijin penelitian.

6. Kepala SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah yang telah memberi kemudahan dalam penelitian ini.

7. Dewan Guru SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah yang telah membantu dan memberi motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian


(7)

vii

9. Siswa putra kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini 10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak

langsung dalam peneletian skripsi ini.

Semoga segala amal baik dari semua pihak, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, diharapkan adanya saran kritik dari semua pihak dan bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2011 Penulis


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

SARI... ii

PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan Pengembangan... 1.4 Spesifikasi Produk... 1.5 Pentingnya Pengembangan... 1.6 Sumber Pemecahan Masalah...

1 4 5 5 5 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka... 2.1.1 Karakteristik Penjasorkes SD... 2.1.2 Pembelajaran dan Belajar Gerak... 2.1.3 Karakter... 2.1.4 pembelajaran Senam... 2.1.5 Keseimbangan... 2.1.6 Teori Keseimbangan Gerak... 2.1.7 Komponen-komponen pengontrol keseimbangan... 2.1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan... 2.1.9 Teori Modifikasi Media Pembelajaran... 2.1.10 Modifikasi materi pembelajaran... 2.1.11 Modifikasi Lingkungan Persawahan... 2.2 kerangka Berpikir...

10 10 13 15 16 18 19 20 23 25 29 31 35


(9)

ix BAB III METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan... 3.2 Prosedur Penilitian... 3.2.1 Analisis Kebutuhan... 3.2.2 Pembuatan Produk Awal... 3.2.3 Uji Coba Produk... 3.2.4 Revisi Produk Pertama... 3.2.5 Revisi Produk akhir... 3.2.6 Hasil akhir... 3.3 Uji Coba Produk... 3.3.1 Desain Uji Coba... 3.3.2 Subyek Uji Coba... 3.4 Cetak biru produk... 3.5 Jenis Data... 3.6 Instrumen Data... 3.7 Analisis Data...

37 38 38 39 39 39 39 39 40 40 42 42 43 43 45 BAB IV HASIL PENGEMBANGAN

4.1 Penyajian Hasil Data Uji Coba I... 4.1.1 data analisis kebutuhan... 4.1.2 diskripsi draf produk awal... 4.1.3 validasi ahli... 4.2 Hasil Analisis Data Uji Coba I... 4.2.1 data uji coba kelompok kecil... 4.2.2 Analisis hasil uji coba skala kecil... 4.3 Revisi Produk... 4.4 Penyajian Data Hasil Uji Coba II... 4.5 Hasil Analisis Data Uji Coba II... 4.6 Prototipe produk...

47 47 48 51 53 53 53 54 55 58 59 BAB V KAJIAN DAN SARAN

5.1 Kajian Prototipe produk... 5.2 Saran Pemanfaatan, Diseminasi dan pengembangan lebih Lanjut....

63 64 DAFTAR PUSTAKA... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 67


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Faktor, indikator dan jumlah butir kuesioner ahli... 44

2 Skor jawaban kuesioner ya dan tidak... 44

3 Faktor, indikator dan jumlah butir kuesioner siswa... 45

4 Klasifikasi persentase... 46

5 Hasil rata-rata skor penilaian ahli... 52


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Keseimbangan... 24

2 Berjalan kedepan... 57

3 Berjalan mundur... 57


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Usulan Pembimbing... 67

2. Penetapan Pembimbing... 68

3. Permohonan ijin penelitian... 70

4. Ijin Penelitian UPTD Pendidikan Kecamatan Pangkah... 71

5. Ijin Penelitian dari SDN Grobog Kulon 02... ... 72

6. Surat Keterangan Penelitian dari SDN Grobog Kulon 02... 73

7. Jadwal kegiatan penelitian I... 74

8. Jadwal kegiatan penelitian II... 76

9. Lembar Kuesioner ahli... 78

10. Lembar kuesioner siswa... 82

11. Hasil pengisian kuesioner ahli dan guru penjas... 84

12. Data Nama Sampel Uji Coba skala kecil... 85

13. Hasil pengisian kuesioner skala kecil... 86

14. Hasil uji coba skala kecil... 87

15 Analisis data hasil uji coba skala kecil... 88

16. Data nama uji coba skala besar... 90

17. Pengukuran denyut nadi... 91

18. Instrumen pada uji coba skala besar... 94


(13)

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Penjasorkes adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya bila diberikan perhatian yang proporsional. Sejalan dengan hal tersebut, pelaksanaan pendidikan Penjasorkes di sekolah seharusnya dilaksanakan secara efesien, efektif serta sesuai dengan kondisi fisik dan psikis anak.

Pada saat ini, dapat dikatakan kondisi pembelajaran Penjasorkes di sekolah dasar masih jauh dari harapan. Berbagai isu muncul dari rendahnya kualitas pengajaran (Mutphir,1993; Mudjiharsono,1993) terbatasnya sarana dan prasarana kegiatan PBM (Mutohir,1989) sampai pada kurang relevannya model pembelajaran dengan kondisi perkembangan fisik dan psikis anak. Anak sering dianggap sebagai “orang dewasa kecil”, sehingga yang terjadi dalam pembelajaran adalah penggunaan peralatan olahraga yang mestinya digunakan orang dewasa juga digunakan anak-anak. Belum lagi mengenai ukuran lapangan maupun aturan mainnya.

Salah satu fakta yang tidak bisa dipungkiri tentang pengajaran penjasorkes di sekolah adalah pengajaran memerlukan dukungan berbagai sumber untuk mengembangkan proses pembelajaran yang mereka inginkan. Dalam kasus ini penjasorkes sering dalam posisi yang kurang menguntungkan. Pertama banyak orang menganggap bahwa Penjasorkes kurang pendidikan dibanding pelajaran yang lain, seperti matematika, bahasa, dan sebagainya. Kedua penjasorkes adalah


(14)

xiv

program yang relatif mahal untuk dilaksanakan karena memerlukan banyak perlengkapan. Pengajaran yang baik dalam Penjasorkes dalam kenyataannya lebih dari mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran yang baik tersebut melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, bukan aktivitas atau olahraga yang mana dapat mereka lakukan. Agar program Penjasorkes berhasil dengan baik maka perlu dikaitkan dengan program-program kegiatan lain.

Mengingat makna penting tersebut, aktivitas Penjasorkes harus diartikan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan sosial. Aktivitas tersebut seharusnya dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Melalui kegiatan Penjasorkes diharapkan anak didik menjadi tumbuh dan berkembang sehat dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara harmonis. Dalam hubungannya dengan peningkatan prestasi olahraga, Penjasorkes berupaya membentuk keterampilan gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha pembibitan olahragawan melalui kegiatan ekstra-kurikuler.

Selama ini yang terjadi di lapangan adalah guru mengajarkan penjasorkes yang baku kepada anak yang notabene, belum mampu melakukan aktivitas sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa. Atas dasar pemikiran tersebut, perlu melakukan modifikasi olahraga yang mengarah pada pengembangan model pembelajaran penjasorkes yang sesuai bagi siswa di sekolah dasar. Kurikulum Penjasorkes SD 1994, mengisyaratkan tiga pokok bahasan utama yang harus diajarkan di sekolah dasar yaitu 1) atletik, 2) permainan, 3) senam. Johar (1990),


(15)

xv

menjelaskan pemanfaatan lingkungan lokal merupakan pendekatan sosialisasi anak didik terhadap obyek dan persoalan kehidupan di lingkungan anak didik. Pada gilirannya mereka mampu menyatu dengan lingkungannya, menyatu dengan keadaannya. Sosialisasi sejak dini dengan memanfaatkan lingkungan lokal dengan alam dan budaya setempat kepada anak didik akan menuju terwujudnya manusia Indonesia yang cinta tanah air, berkepribadian dan berkesadaran nasional. Sekaligus dapat menumbuhkan pemahaman mengenai relevansi lingkungan alam, dan kehidupan sehari-hari.

Dari dasar itulah, peneliti akan mengembangkan model pembelajaran senam keseimbangan gerak pada siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Pembelajaran senam Pada SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal hampir tidak diberikan materi pembelajaran senam, baik itu senam lantai maupun senam ritmik. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran senam tidak ada, ini merupakan salah satu kendala di Sekolah Dasar Negeri Grobog Kulon 02 dalam kegiatan pembelajaran senam. Alat-alat yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran senam sama sekali tidak mempunyai,diantarannya matras, Pembelajaran setiap hari hanya sepak bola, kasti, dan Atletik.

Setiap hari pada waktu peneliti berangkat mengajar di SD Negeri Grobog Kulon 02 melihat anak-anak berangkat sekolah berjalan di atas bantalan rel kereta tebu yang sudah lama tidak dipergunakan lagi untuk mengangkut tebu. Dari pengamatan setiap hari peneliti lakukan, maka peneliti bergerak hatinya untuk


(16)

xvi

mengadakan penelitian dengan materi senam keseimbangan dengan pokok bahasan gerak dasar Jalan. Pokok bahasan gerak dasar jalan pada materi senam keseimbangan yang sesuai dengan kurikulum KTSP tahun 2006 pada Silabus dengan Standar Kompetensi “Mempraktikkan gerak senam dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan Kompetensi Dasar ”Mempraktikkan keseimbangan dalam bentuk senam dasar, serta nilai keselamatan, disiplin dan

keberanian,adalah pada siswa kelas III.” atas dasar itulah peneliti menggunakan

siswa kelas III sebagai subjek penelitian.

Pengembangan gerak dasar jalan pada senam keseimbangan dalam penelitian ini, menggunakan berbagai modivikasi gerakan berjalan yang bersifat permainan, yang menyenangkan, selain itu kaitan dengan penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjasosrkes.

Adapun dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Pengembangan Model Pembelajaran Senam Keseimbangan Dalam Penjosorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Bekas Rel Kereta Tebu Pada Siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal”

1.2. Perumusan Masalah.

Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah yang perlu dikaji lebih mendalam melalui penelitian ini adalah

“Bagaimana bentuk model keseimbangan dalam penjasorkes melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta tebu pada siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon


(17)

xvii

1.3. Tujuan Pengembangan

Sesuai dengan kedua rumusan masalah penelitian di atas, maka penelitian ini akan didasarkan pada beberapa rumusan tujuan adalah menghasilkan model pembelajaran senam keseimbangan melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta tebu untuk meningkatkan kreativitas siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal

1.4. Spesifikasi Produk.

Program pengembangan Pembelajaran senam keseimbangan di lingkungan bekas rel kereta tebu akan memuat berbagai variasi gerak dasar jalan. Produk ini disusun untuk siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Adapun Spesifikasi Penerapan program pengembangan pembelajaran senam keseimbangan siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

1.5 Pentingya Pengembangan

Pengembangan ini adalah untuk memperoleh pengalaman yang nyata juga mengaplikasikan teori dan praktek selama mengikuti kegiatan pembelajaran dalam bentuk penelitian pengembangan bentuk – bentuk program latihan senam keseimbangan siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

1) Bagi peneliti sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan senam keseimbangan.


(18)

xviii

Selain itu sebagai guru penjasorkes penelitian ini dapat dijadikan bekal dalam membina kegiatan pembelajaran Penjasorkes di sekolah.

2) Bagi Siswa dengan banyaknya model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar

3) Bagi Sekolah bagi lembaga terkait terutama Sekolah, diharapkan model pembelajaran senam keseimbangan dengan pendekatan lingkungan fisik luar sekolah, ini dapat dijadikan masukan sebagai alternatif untuk mengembangkan potensi anak sedini mungkin.

1.6 Sumber Pemecahan Masalah

1) Model

Model menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S Poerwadarminta 1984:653) adalah pola, acuan atau ragam. Model merupakan bentuk atau cara yang dapat di pakai dalam proses tujuan tertentu.

2) Pembelajaran

Pembelajaran menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta, 1984:22) adalah cara perbuatan petunjuk atau mengajar. Menurut Udin S.Winataputra, dkk, 2008:1.18 Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, menfasilitasi dan meningkatan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran upaya sistematis dan sistematik untuk menginisiasi, menfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.


(19)

xix 3) Keseimbangan

Keseimbangan menurut O`Sullivan, keseimbangan adalah untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak.Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of

gravity ) terhadap bidang tumpu (base of support).Kemampuan untuk

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. http://dhaenkpedro.wordpress.com/keseimbangan-balance (14.01.2011)

4) Gerak

Gerak adalah merupakan proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak (motor skil), keterampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khususnya manusia dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar gerak manusi. (Amung Ma`mun 2000:3)

5) Penjasorkes

Penjasorkes adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak.

Penjasorkes adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajaran mengutamakan aktivitas jasmani


(20)

xx

dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang selaras, serasi dan seimbang.

6) Pendekatan

Pendekatan adalah hal atau perubahan, usaha ( W.J.S Poerwadarminta 1984:234)

7) Lingkungan

Menurut kamus Bahasa Indonesia (S Wojowasito, 1972:174) lingkungan adalah bulatan atau kalangan atau mengelilingi. Lingkungan adalah semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life pfocesses (M. Dalyono 2009:132)

Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusi dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

8) Siswa SD

Siswa adalah peserta didik pada SD. Sekolah Dasar selanjutnya disebut adalah bentuk satuan pendidikan dasar menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Pendidikan dasar adalah enam tahun di SD dan program pendidikan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. (Sistem Pendidikan Nasional, 2006:16)


(21)

xxi

Siswa dalam penelitian ini adalah siswa atau peserta didik di Sekolah Dasar (SD) yang adal di SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011

9) Kelas III

Kelas adalah tingkat pada pembelajaran di SD yang selanjutnya disebut kelas. Di sekolah dasar ada enam kelas . Kelas III adalah tingkat III pada satuan pendidikan di SD. ( Sistem Pendidikan Nasional,2000:18)

Kelas dalam penelitian ini adalah kelas III pada SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.


(22)

xxii

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Karakteristik Penjasorkes SD

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan


(23)

xxiii

zaman. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Penjasorkes merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

2.1.1.1 Tujuan Penjasorkes

Penjasorkes bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, 2) Meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan fisik, 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, 5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin,


(24)

xxiv

bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, 6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Memahami konsep aktivitas Penjasorkes dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

2.1.1.2 Ruang Lingkup Penjasorkes

Ruang lingkup mata pelajaran penjasorkes meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya, 2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya ,3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya, 4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya, 5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya, 6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung,7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan


(25)

xxv

aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

2.1.2.Pembelajaran Dan Belajar Gerak

Keterampilan gerak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu tugas gerak secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Keterampilan gerak pada setiap orang berbeda-beda, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor tingkatan usia, pengalaman gerak. Sifat dasar dari sebuah keterampilan adalah memaksa seorang pelajar untuk lebih membuat pertimbangan ketika merencanakan belajar dari pengalaman.

Untuk membantu praktisi memahami sifat dasar dari keterampilan gerak, beberapa sistem klasifikasi atau taksonomi telah mengembangkan keterampilan gerak dari beberapa unsur-unsur umum. Mengetahui perbedaan keterampilan dapat membantu praktisi dalam merencanakan pembelajaran dan mempraktekan pengalamannya sebagai sebuah titik awal untuk penilaian penampilan.

Pengertian belajar gerak adalah belajar suatu proses yang dilibatkan dalam melakukan gerak dan penyaringan/seleksi suatu ketrampilan motorik tentang apa yang menjadi penghambat gerak tersebut. Tingkatan yang dipilih dalam pembahasan rancangan pembelajaran penjasorkes disini adalah siswa kelas III SD, yang berusia sekitar 6-9 tahun. Pemilihan tingkatan kelas ini dilatar belakangi oleh petunjuk kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas bahwa pendidikan harus diutamakan pada usia sekolah dasar dan menengah.


(26)

xxvi

2.1.2.1. Periode Fase Tahapan Perkembangan Gerak

Pada bagan “Jam Pasir” Gallahu (the phases and stages of motor

development) di bawah ini, nampak jelas pembagian periode usia yang dikaitkan

dengan fase dan tahapan perkembangan geraknya. Melalui bagan tersebut saya memilih untuk menganalisa tahapan belajar keterampilan gerak pada periode usia 7-9 tahun pada fase gerakan spesialisasi dan tahapan transisi.

2.1.2.2. Fase Gerakan Spesialisasi

Fase Gerakan Spesialisasi adalah Gerakan stability, locomotor, dan

manipulative semakin halus, dapat dikombinasikan dan dikolaborasikan untuk

situasi yang diinginkan

2.1.2.3. Tahapan Transisi,

Haubans tricker & Seefeld, 1986; mengungkapkan bahwa anak-anak usia

7-8 tahun tahun akan memasuki tahapan transisi. Pembelajaran mulai menggabungkan dan mengaplikasikan gerakan dasar ke bentuk kegiatan olahraga maupun aktivitas rekreasi. Contoh: berjalan di jembatan tali, lompat tali, dan bermain bola tending (kickball) Konsep Periodisasi, Fase dan Tahap Perkembangan Motorik: yang dipilih adalah kelas 3 Sekolah Dasar, dalam hal ini masuk ke dalam periode perkembangan usia 7-10 tahun, fase gerakan spesialisasi, dan tahap perkembangan gerak tahap transisi. Artinya: Keterampilan yang dipelajari siswa dapat dimanfaatkan sebagai ajang rekreasi, dan bagi siswa yang memiliki keterampilan yang baik dapat ditingkatkan sebagai ajang untuk meraih prestasi


(27)

xxvii

Dengan melihat model hourglass (jam pasir) tersebut sudah cukup jelas bahwa perkembangan gerak anak mempunyai tahap-tahap dan perkembangan gerak berdasarkan usianya.

Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam pembinaan atau pembelajaran gerak anak peserta didik pada lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.

2.1.3 Karakteristik

Pada anak Sekolah Dasar kelas 3 semester 1, anak masuk pada rentang usia 6-10 tahun. Adapun karakteristik anak SD tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Karakteristik Masa Anak-anak, karakteristik masa anak-anak (anak besar), usia 6 Sampai 10 Tahun ditinjau dari Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi Program Perkembangan Gerak

2) Karakteristik Perkembangan Gerak, waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan kesukaran mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan. Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun sangat besar.

3) Kemampuan-kemampuan gerakan yang paling pokok mempunyai potensi menjadi baik digambarkan oleh permulaan dari periode ini.


(28)

xxviii

4) Keterampilan-keterampilan dasar penting bagi keberhasilan permainan menjadi modal untuk dikembangkan.

5) Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan. Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan.

6) Periode ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak dasar murni ke penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan dan ketrampilan-ketrampilan atletis.

2.1.4 Pembelajaran Senam (Keseimbangan)

2.1.4.1. Pengertian Senam

Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik. Pada tingkat sekolah atau yunior pertandingan dapat dibatasi pada nomor-nomor tertentu, biasanya senam lantai dan kuda-kuda lompat. Pertandingan tingkat Nasional dan Internasional bagi pria terdiri dari 6 (enam) nomor yakni : senam lantai, kuda-kuda lompat, kuda-kuda pelana, palang sejajar,


(29)

xxix

palang tunggal, dan gelang-gelang. Sedang bagi wanita ada 4 (empat) nomor : senam lantai, kuda-kuda lompat, balok keseimbangan, dan palang bertingkat.

Penilaian diberikan oleh 4 (empat) orang wasit yang dipimpin oleh seorang wasit kepala. Setiap peserta pertandingan harus melakukan 2 (dua) macam rangkaian pada setiap nomor atau alat, satu rangkaian wajib (yang telah ditentukan terlebih dahulu) dan satu rangkaian pilihan atau bebas masing-masing. Nilai seseorang adalah rata-rata dari dua nilai tengah dengan membuang nilai tertinggi dan nilai terendah dari 4 (empat) orang wasit. Pesenam dengan nilai akumulasi tertinggi menjadi juara ke I dalam kategori serba bisa, tertinggi kedua menjadi juara ke II dan seterusnya.

Juara regu ditentukan dengan penjumlahan 5 (lima) nilai terbaik dari 6 (enam) anggota regu dan setiap alat. 6 (enam) peserta terbaik dari semua atlet turut dalam pertandingan final pada tiap-tiap atlet dan nilai akhir yaitu rata-rata dari rangkaian bebas/pilihan dan wajib terdahulu disatukan dengan nilai rangkaian bebas/pilihan dalam final. Nilai ini menentukan urutan pemenang tiap alat.

Para wasit memberikan nilai pada waktu bersamaan. Nilai maksimum adalah :10,000. Hukuman-hukuman diberikan dengan pengurangan nilai pada pelaksanaan yang salah, penguasaan yang kurang baik, dibantu orang lain, jatuh dari alat atau melampaui batas waktu. Selain itu dinilai pula faktor kesulitan gerak dan penampilan estetikanya. Besar pengurangan nilai adalah persepuluhan. Peraturan penilaian direvisi setiap 2 (dua) tahun. Semua gerakan mempunyai faktor kesulitan yaitu : A, B dan yang tersukar adalah C. Rangkaian latihan biasaya terdiri atas sikap-sikap statis yang memerlukan tenaga yang besar


(30)

xxx

disambung dengan gerakan-gerakan berirama yang sesuai. Sementara sejumlah bentuk gerak memerlukan kekuatan yang lain memerlukan mobilitas atau keterampilan

2.1.5 Keseimbangan

2.1.5.1 Keseimbangan (balance)

Keseimbangan adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan

kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk memelihara equilibrium, baik

yang bersifat statis seperti dalam posisi diam, bisa juga bersifat dinamis seperti pada saat melakukan gerakan lokomotor. Mengingat fungsinya yang demikian penting Mengapa Keseimbangan Penting? Adalah hal yang paling jelas bahwa unsur keseimbangan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam olahraga senam.

Banyak keterampilan senam sangat tergantung pada kualitas keseimbangan dan hakikat beberapa peralatan senam pun membuat pelaksanaan gerakannya sangat ditentukan oleh kemampuan keseimbangan yang di atas rata-rata.

2.1.5.2 Apakah Yang Membatasi Keseimbangan

Secara umum kurangnya keseimbangan pada seseorang lebih ditentukan oleh kurang banyaknya orang itu terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bertipe keseimbangan. Jika keterlibatannya dalam hal keseimbangan ditingkatkan, maka keterbatasannya dalam keseimbangan akan menurun. Dalam beberapa keterampilan, keseimbangan juga lebih banyak ditentukan oleh kekuatan


(31)

xxxi

(misalnya headstand). Tanpa adanya kekuatan otot kaki mustahil seorang anak mampu melakukan gerak berjalan di atas rel

2.1.5.3 Pengembangan Keseimbangan

Umumnya, banyaknya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan keseimbangan, baik yang statis maupun yang dinamis, akan menghasilkan peningkatan dalam kemampuan tersebut. Secaral ebih khusus, pelatih atau guru dapat melatih para siswanya dengan kegiatan-kegiatan keseimbangan yang bermacam-macam (terutama yang statis) dengan berjalan di atas rel. Dengan melakukan itu para siswa akan dipaksa untuk memanfaatkan rasa kinestetisnya.

2.1.6 Teori Keseimbangan Gerak

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.Keseimbangan


(32)

xxxii

terbagi atas dua kelompok, yaitu: 1) Keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); 2) Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari inte-grasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

2.1.7 Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

2.1.7.1 Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris. 2.1.7.1.1 Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.

Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk


(33)

xxxiii

mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh

2.1.7.2 Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.

Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).


(34)

xxxiv

2.1.7.1.3 Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

1) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.


(35)

xxxv

2) Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

3) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

2.1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

2.1.8.1 Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat


(36)

xxxvi

gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan.

2.1.8.2 Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

Gambar 1 :Keseimbangan

2.1.8.2 Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang


(37)

xxxvii

tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. 2.1.9 Teori modifikasi media pembelajaran

Penyelenggaraan program pendidikan Penjasorkes hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu

“Developmentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang

disampaikan harus memperhatikan perubahan kamampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya. Tugas ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik individu dan mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.

Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajar-kan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran.


(38)

xxxviii 2.1.9.1 Memodifikasi Penjasorkes

Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan dan

evaluasinya.Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan,

karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran Penjasorkes yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri.

Minimnya sarana dan prasarana Penjasorkes yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut guru Penjasorkes untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada, sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada untuk disajikan dengan cara yang lebih menarik, sehingga anak merasa senang mengikuti pelajaran yang diberikan. Halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan bantalan rela bekas kerata tebu dan sebagainya yang ada di lingkungan sekolah dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pembelajaran pendidikan penjasorkes. Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran Penjasorkes.. Melainkan sebaliknya siswa lebih aktif, karena siswa akan difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, dengan pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. 2.1.9.2 Modifikasi.

Lutan (1988) menyatakan: modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar: 1) siswa memperoleh kepuasan dalam


(39)

xxxix

mengikuti pelajaran, 2) meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, 3) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.

Aussie (1996), mengembangkan modifikasi di Australia dengan

pertimbangan: 1) anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa. 2) berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak, 3) olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat disbanding dengan peralatan standard untuk orang dewasa, dan, 4) olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif.

Dengan melakukan modifikasi, guru penjasorkes akan lebih mudah menyajikan materi pelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan apa yang akan diberikan. Anak akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang dimodifikasi

2.1.9.3 Tujuan Modifikasi Pembelajaran

Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan pula dengan tujuan pembelajaran, dari mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi. Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni: 1) tujuan perluasan, 2) tujuan penghalusan 3) tujuan penerapan.


(40)

xl 2.1.9.3.1 Tujuan perluasan

Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentukatau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi atau efektifitasnya.

2.1.9.3.2 Tujuan penghalusan

Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien. Misalnya: siswa mengetahui dan melakukan gerak berjalan dengan mentransfer kecepatan awalan ke dalam tumpuannya. Pada level ini wujud jalanannya sudah menekankan pada esensi efisiensi gerak berjalan.

2.1.9.3.3 Tujuan penerapan

Tujuan penerapan maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang dilakukan melalui kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Misalnya siswa mengetahui efektifitas gerak berjalan yang dipelajarinya berdasarkan ketepatan tumpuan pada bantalan rel kerata tebu. Siswa dapat mengetahui dan menemukan pada jarak awalan berapa meter dengan seberapa cepat sehingga ia dapat melakukan langkah secara tepat dan konsisten pada bantalan rel kerata tebu.


(41)

xli 2.1.10 Modifikasi Materi Pembelajaran. 2.1.10.1 Komponen keterampilan (skill).

Materi pembelajaran Penjasorkes dalam kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan dipelajari siswa. Guru dapat memodifikasi keterampilan tersebut dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kesulitan dengan cara menganalisa dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen , lalu melatihnya perkomponen.

Berlatih perbagian ini akan kurang bermakna apabila siswa belum tahu ujud gerak secara keseluruhan. Oleh karena itu berikan gambaran secara keseluruhan terlebih dahulu dengan demonstrasi guru atau bimbinglah siswa melakukan gerak keseluruhan.

2.1.10.2 Klasifikasi Keterampilan (skill).

Materi pembelajaran dalam bentuk keterampilan yang akan dipelajari siswa dapat disederhanakan berdasarkan klasifikasi keterampilannya dan memodifikasinya dengan jalan menambah atau mengurangi tingkat kesulitannya. Klasifikasi keterampilan tersebut yaitu: a) close skill (keterampilan tertutup), b)

close skill pada lingkungan yang berbeda, c) open skill (kerampilan terbuka), dan,

d) keterampilan permainan

Close skill merupakan tingkat keterampilan yang paling sederhana,

sementara keterampilan permainan merupakan tingkatan yang paling tinggi, termasuk di dalamnya permainan berbagai kecabangan olahraga. Dalam tingkatan ini pemain selain dituntut menguasai berbagai skill yang diperlukan untuk


(42)

xlii

melakukan permainan, mengkombinasikan skill yang berbeda, juga harus menguasai berbagai strategi, baik ofensif maupun difensif.

2.1.10.3 Kondisi penampilan.

Guru dapat memodifikasi kondisi penampilan (skill) dengan cara mengurangi atau menambah tingkan kompleksitas dan kesulitannya. Misalnya tinggi rendahnya kecepatan penampilan, tinggi rendahnya kekuatan penampilan, melakukan di tempat atau bergerak, maju ke depan atau ke segala arah, dikurangi atau ditambah peraturannya. Contoh tersebut seringkali didapat dalam gerak manipulatif misalnya : melempar, menangkap, atau memukul dan permainan 2.1.10.4 Jumlah Keterampilan.

Guru dapat memodifikasi pembelajaran dengan jalan menambah atau mengurangi jumlah keterampilan yang dilakukan siswa dengan cara mengkombinasikan gerakan atau keterampilan. Misal: dalam gerakan berjalan di atas bantalan rel kereta tebu siswa hanya diperbolehkan : berupa: 1) jalan ke depan tanpa rintangan 2) jalan mundur tanpa hambatan 3) jalan kesamping pada tempat yang sama.

2.1.10.5 Perluasan jumlah perbedaan respon.

Guru dapat menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menambah jumlah perbedaan respon terhadap konsep yang sama. Cara seperti ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya “ transfer of learning”.

Perluasan aktivitas belajarnya berkisar antara aktivitas yang bertujuan untuk membantu siswa mendefinisikan konsep sampai pada macam-macam


(43)

xliii

aktivitas yang memiliki konsep dasar sama. Misal konsep berjalan ke depan secara individu. Pada awalnya bentuk aktivitas berupa pembelajaran berjalan secara individu, kemudian berpasangan saling bergandengan dan dapat di kembangkan lagi gerakan gerakannya.

2.1.11 Modifikasi Lingkungan Pembelajaran.

Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti yang diuraikan di bawah ini.

2.1.11.1 Peralatan

Peralatan ialah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas di atasnya, di bawahnya,di dalam/di antaranya, misalnya : bangku Swedia, gawang, start block, mistar, peralatan lompat tinggi, bola, alat pemukul, bantalan rel kereta, dsb.

Peralatan yang dimiliki sekolah-sekolah, biasanya kurang memadai dalam arti kata kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan yang adapun dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya peralatan standar untuk orang dewasa. Guru dapat menambah/mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas pendidikan jasmani. Misalnya memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya. maupun menggantinya dengan peralatan lain sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan Penjasorkes.


(44)

xliv 2.1.11.2 Penataan ruang gerak.

Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam kegiatannya. Misalnya : melakukan gerak dasar jalan keseimbangan, di tempat bantalan rel kereta tebu yang sudah lama tidak dipergunakan aktivitasnya.

2.1.11.3 Jumlah siswa yang terlibat.

Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah jumlah siswa yang terlibat dalam melakukan tugas ajar tersebut. Misal: berjalan saling berpasangan berpegangan tangan,berjalan bertiga saling berpegangan bahu, berpasangan, berempat, berlima, dst. Berkaitan dengan modifikasi lingkungan pembelajaran tersebut komponen-komponen penting yang dapat dimodifikasi menurut Aussie

(1996), meliputi: 1) Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan, 2)

Lapangan permainan 3) Waktu bermain atau lamanya permainan, 4) Peraturan permainan, dan 5) Jumlah pemain

Dalam hal ini,pembelajaran gerak berjalan keseimbangan pada rel kereta tebu,yang perlu dikembangkan antaralain: a) waktu bermain atau lamanya permainan, b) peraturan permainan, dan c) jumlah pemain

Artinya memodifikasi lingkungan yang ada dan menciptakan baru, merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan kerakteristik dan perkembangan siswa.


(45)

xlv

2.1.11.4 Pengembangan Sarana Pendidikan Jasmani

Seperti telah dikemukakan pada penjelasan di atas, bahwa salah satu kendala kurang lancarnya pembelajaran pendidikan Penjasorkes di sekolah-sekolah termasuk di dalamnya, adalah kurang memadainya sarana yang dimiliki oleh sekolah-sekolah tersebut. Disamping itu ketergantungan para guru Penjasorkes pada sarana yang standard serta pendekatan pembelajaran pada penyajian teknik-teknik dasar yang juga standar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Kedua hal tersebut menyebabkan pola pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan siswa peserta didik.

Sebenarnya untuk pembelajaran Penjasorkes, guru dapat berbuat banyak dan leluasa dalam menggunakan, memanfaatkan bahkan mengembangkan atau memodifikasi sarana yang akan digunakan. Pada tingkatan pendidikan dasar, pemberian berbagai gerak dasar umum maupun gerak dasar dominan harus banyak dilakukan.

Dengan upaya tersebut diharapkan siswa peserta didik akan mempunyai pengalaman gerak yang banyak dan bermacam-macam, sehingga akan menjadi anak yang kaya gerak dan bisa membina serta menumbuhkan konsep-konsep gerak yang variatif.

Pengembangan sarana pendidikan Penjasorkes, artinya melengkapi yang sudah ada dengan jalan mengadakan, memperbanyak dan membuat alat-alat yang sederhana atau dimodifikasi. Tujuannya adalah tetap untuk memberdayakan anak agar bisa lebih banyak bergerak dalam situasi yang menarik dan gembira tanpa kehilangan esensi penjas itu sendiri.


(46)

xlvi 2.1.11.5 Sarana Kegiatan senam.

Materi senam yang akan diberikan bisa berupa senam dasar, senam irama, senam lantai dan senam alat. Pada senampun gerak – gerak dasar jalan, lari, lompat, berayun, berjalan dengan tangan, keseimbangan tangan dan kaki, berguling ke depan, ke belakang, ke kiri atau kenanan dan sebagainya dapat dilakukan di segala tempat. Di dalam ruangan, ruang kelas, halaman sekolah, lapangan atau di taman atau kebun sekolah dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran senam.Dalam Penelitian gerak dasar keseimbangan berjalan akan dikembangkan di rel kereta tebu sebagai saran pembelajaran gerak dasar berjalan. 2.1.11.6 Pengembangan Senam Keseimbangan

Materi yang akan di kembangkan dalam penelitian senam

keseimbangan pada bekas rel kereta tebu pada siswa kelas III SD Negeri

Grobok Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal,adalah : 1) Jalan ke depan

Cara Melakukan: siswa dibariskan menjadi 2 sap,satu sap anak laki-laki dan satu sap anak perempuan, anak melakukan berjalan di atas rel satu satu sambil memegang tongkat, setelah menempuh jarak 50 meter bergantian barisan di belakangnya. Bila anak yang jatuh di ulang sampai menempuh batas yang ditentukan.

2) Berjalan mundur

Cara Melakukan: siswa dibariskan menjadi 2 sap,satu sap anak laki-laki dan satu sap anak perempuan, anak melakukan berjalan mundur di atas rel satu satu, setelah menempuh jarak 25 meter saling bergantian,kemudian disusul


(47)

xlvii

barisan di belakangnya. Bila anak yang jatuh di ulang sampai menempuh batas yang ditentukan.

3) Lomba berjalan

Cara Pelaksanaan: Siswa melakukan lomba jalan satu satu di atas bantalan rel kerata dengan menempuh jarak sejauh 10 meter, Siswa dikatakan menang apa bila dalam berjalan paling cepat sesuai waktu yang diperoleh,Waktu yang paling sedikit dalam menempuh jarak 10 meter itulah yang paling menang. Apabila perserta jatuh sampai 3 kali dinyatakan gugur.

2.2 Kerangka Berpikir

Pada dasarnya setiap siswa tidak sama cara belajarnya, demikian juga dalam memahami konsep-konsep abstrak melalui tingkat belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Johnson dan Rising mengemukakan orang dapat mengingat sekita 1/3 dari ¾ dari diperbuatnya, berdasarkan presentase dari keadaan di atas maka dalam proses pembelajaran penjasorkes di Sekolah Dasar, khususnya saat menanamkan konsep baru, menggunakan model pembelajaran merupakan salah satu hal yang mutlak dan harus dilaksanakan agar pokok bahasan yang disampaikan mudah dimengerti.

Sejalan dengan asumsi/pendapat diatas maka pembelajaran penjasorkes dalam hal ini berkaitan dengan keseimbangan gerak melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta tebu harus diwujudkan dalam proses belajar mengajar karena alasan-alasan sebagai berikut : untuk mengatasi kejenuhan siswa dalam pembelajaran yang selalu monoton contohnya dalam keseimbangan gerak hanya dilakukan menggunakan alat balok titian saja, untuk mengetahui minat siswa


(48)

xlviii

dalam kegiatan di luar lingkungan sekolah dengan model pembelajaran yang menarik contohnya pembelajaran keseimbangan gerak dilakukan di bekas rel kereta tebu aman dan luas, memanfaatkan alam sekitar untuk pembelajaran contohnya lingkungan bekas rel kereta tebu dekat SD Negeri Grobog Kulon 02 yang panjang bisa dijadikan untuk bermain anak.

Maka dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengembangan model pembelajaran keseimbangan gerak dalam penjasorkes melalui pendekatan bekas rel kereta tebu maka siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran dengan gembira sehingga minat mempelajari pelajaran keseimbangan gerak semakin besar. Hasil yang diharapkan dari penggunaan model pembelajaran sebagai berikut : gairah belajar dapat ditingkatkan dalam proses pembelajaran dengan menghayati kemampuan secara mandiri, siswa akan senang, semangat, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran keseimbangan gerak, memberikan kontribusi terhadap hasil belajar. Dengan adanya uraian di atas dapat diduga kaitan yang erat antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan peningkatan belajar siswa.


(49)

xlix

BAB III

METODE PENGEMBANGAN

3.1.Model Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode “Research Development ( Penelitian

pengembangan )”, sebagaimana dikemukakan Brong dan Gall (1979), yang

artinya “Pendidikan penelitian dan pengembangan merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan ”Produk yang dikembangkan dengan metode ini, bukan yang menyangkut bahan-bahan material saja seperti: media pembelajaran, tempat pembelajaran, dan sejenisnya, tetapi menyangkut, program model pembelajaran senam keseimbangan yang mencakup prosedur, proses pembelajaran dan evaluasinya.

Untuk memberikan gambaran dan deskripsi kerja peneliti mencoba mengembangkan desain penelitian, pengembangan sebagai berikut : studi awal

(preliminary research) yang bertujuan untuk memperoleh data-data sekunder

mengenai proses pembelajaran yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar .Setelah itu dilanjutkan dengan studi literature dan studi hasil penelitian sebelumnya.

Langkah berikutnya adalah merancang model pembelajaran senam keseimbangan yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal,y ang mencakup Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Model Pembelajaran senam keseimbangan tersebut kemudian diujicobakan dan direvisi pada kelompok kecil. Langkah terakhir adalah validitas


(50)

l

model dan finalisasi model. Secara rinci langkah-langkah yang ditempuh dalam

Research Development” menurut Borg dan Gall adalah :1) Pengumpulan riset

dan informasi yang meliputi kajian literatur, observasi tempat penelitian dan menyiapkan laporan, 2) Perijinan penggunaan sempel penelitian dengan kepala Sekolah dan perijinan tempat penelitian secara tertulis maupun lisan, 3) Perencanaan, mencakup penjelasan menetapkan tujuan khusus dan menetapkan urutan pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum Penasorkes kelas III, 4) Pembuatan drap model pembelajaran senam keseimbangan dan penyusunan instrumen penelitian, 5) Uji coba kelompok kecil, 6) Revisi produk utama,7) Uji coba kelompok besar, 8) Perbaikan hasil operasional, 9) Analisis dan diskripsi hasil Uji coba kelompok besar.

3.2. Prosedur Penelitian

Pada pengembangan program pembelajaran senam keseimbangan dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap dari prosedur ini antara lain sebagai berikut:

3.2.1.Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk mengkaji keadaan lapangan dengan tujuan apakah produk yang dikembangkan diterima atau tidak oleh subjek. Analisis kebutuhan tersebut dilakukan dengan melakukan observasi, perijinan penggunaan subjek penelitian dan tempat penelitian, wawancara guru sarjan olahraga mengenai produk yang dikembangkan peneliti.


(51)

li

3.2.2.Pembuatan Produk Awal

Setelah melakukan analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah membuat produk awal berupa pembuatan program model Pembelajaran senam keseimbangan yang disesuaikan dengan Kurikulum Penjasorkes Kelas III.

Dalam pembuatan Produk yang dikembangkan ini, peneliti membuat produk kemudian di uji cobakan kepada siswa kelas III yang berjumlah 10 anak sebagai uji coba Produk. Namun sebelum uji coba Produk sudah dikonsultasikan oleh Sarjana Guru Penjasorkes. Dalam hal in berperan sebagai konsultan.

3.2.3. Uji coba produk

Uji coba produk ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan, saran dan penilaian terhadap produk yang dikembangkan. Dalam uji coba produk mengambil 10 siswa bertempat di lingkungan bekas rel keta tebu .

3.2.4. Revisi Produk Pertama

Setelah uji coba produk, maka dilakukan revisi produk pertama hasil dari evaluasi ahli dan uji coba kelompok kecil sebagai perbaikan dari produk yang diujicobakan.

3.2.5. Revisi Produk Akhir

Revisi produk akhir adalah dari hasil uji coba kelompok besar yang telah diujicobakan pada siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal yang berjumlah 30 siswa

3.2.6. Hasil Akhir

Hasil akhir produk pengembangan dari uji kelompok besar yang berupa model pembelajaran senam keseimbangan yang dikembangkan di lingkungan bekas rel keta tebu


(52)

lii

3.3. Uji Coba Produk

Uji coba Produk ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kelayakan dari produk yang dikembangkan.Dalam bagian ini yang harus diperhatikan yaitu: (1) rancangan uji coba (2) Subjek uji coba (3) intrumen pengumpulan data dan (4) tehnik analisi data

3.3.1.Desain uji coba

Desain uji coba dilaksanakan melalui dua tahap yaitu: 1) Uji Coba I ( Kelompok Kecil), 2) Uji Coba II ( Kelompok Besar)

3.3.1.1.Uji coba kelompok Kecil

Uji coba kelompok kecil dilaksanakan di siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, untuk siswa yang mengikuti penelitian model pembelajaran senam keseimbangan dengan subjek 10 siswa

Metode pengambilan subjek yaitu menggunakan prosedur yang dilakukan dalam bentuk uji coba ini, adalah: (1) menerapkan penerapan program latihan senam keseimbangan kepada siswa. (2) meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan dan pendapat tentang model pembelajaran senam keseimbangan. Program evaluasi pembelajaran senam keseimbangan dengan menggunakan koesioner. Tujuan kelompok kecil ini digunakan untuk meminimalkan kesalahan yang ditemui.


(53)

liii

Produk model pembelajaran senam keseimbangan pada kelompok kecil ini, melibatkan satu (1) orang ahli yang berasal dari dosen, yaitu Kriswantoro,M.Pd.dan dua (2) orang guru Penjasorkes,y aitu Subekhi,.S.Pd,dan Kuntoro.S.Pd,adalah merupak guru sarjan di Sekolah Dasar dengan tujuan untuk memvalidasi produk yang dihasilkan,peniliti.

3.3.1.2.Tinjauan Ahli

Untuk memperoleh masukan tentang rancangan penerapan informasi program model pembelajaran senam keseimbangan, maka produk ini dikembangkan terlebih dahulu dan diuji oleh para ahli.

3.3.1.3. Revisi produk Pertama

Hasil dari data ahli tersebut dianalisis, selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk penerapan program pembelajaran senam keseimbangan dalam permainan sebelum diuji cobakan untuk kelompok besar Reabel yang direvisi pada uji coba kelompok kecil berupa penggunaan alat batu yang dipegang siswa untuk membantu keseimbangan, dan pada materi senam keseimbangan di tambah satu meteri yaitu bentuk perlombana.

Untuk menghimpun data dari para ahli dilakukan dengan cara memberikan draf awal dengan disertai lembar evaluasi kepada ahli Pensaorkes dan ahli pelajaran.Hasil revisi dari para ahli yang alat pembelajaran dan saran terhadap produk yang telah dibuat, dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk.


(54)

liv

3.3.1.4.Uji coba kelompok Besar

Uji coba kelompok besar dilaksanakan di kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal untuk siswa yang mengikuti model pembelajaran senam keseimbangan dengan subjek 30 siswa, metode pengambilan subjek yaitu menggunakan prosedur yang dilakukan dalam bentuk uji coba ini adalah (1) menerapkan penerapan Program pembelajaran senam keseimbangan kepada siswa. (2) meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan dan pendapat tentang penerapan Program Pembelajaran senam keseimbangan dengan menggunakan koesioner.

3.3.2.Subyek Uji Coba

Dalam penelitian produk pembelajaran senam keseimbangan, subjek uji coba terdapat dua kelompok uji coba yaitu:

1) Subjek uji coba kelompok kecil adalah siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal berjumlah 10 yang pelaksanaannya di lingkungan bekas rel kereta tebu

2) Subjek uji coba bersekala besar pada produk pengembangan 30 siswa III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal

3.4.Cetak Biru Produk

Cetak biru produk merupakan bentuk model pembelajaran senam keseimbangan yang tersusun secara terperinci yang di pergunakan pada uji coba kelompok kecil. Bentuk model pembelajaran senam keseimbanga terlapir pada lampiran halaman


(55)

lv

3.5. Jenis Data

Dari data yang diperoleh dari hasil evaluasi ahli, pengembangan ini data yang digunakan adalah berbentuk kuantitatif

3.6. Intrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berbentuk lembar evaluasi dan kuesioner. Lembar evaluasi digunakan untuk menghimpun data dari pada para ahli Penjasorkes dan ahli pembelajaran. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari evaluasi ahli dan uji coba. Alasan memilih kuesioner adalah jumlah subyek yang relative banyak sehingga dapat diambil secara serentak dan waktu yang singkat. Kepada ahli dan siswa diberikan kuasioner yang berbeda. Kuesioner ahli dititikberatkan pada produk pertama yang dibuat, sedangkan kuesioner siswa dititikberatkan pada kenyamanan produk.

Kuesioner yang digunakan untuk ahli berupa sejumlah aspek yang harus dinilai kelayakanya. Factor yang digunakan dalam kuesioner berupa kualitas model pembelajaran senam keseimbangan.Serta komentar dan saran umum jika ada. Rentangan evaluasi mulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik” dengan cara member tanda “√” pada kolom yang tersedia.

1) nilai 1 = tidak baik, 2) nilai 2 = kurang baik, 3) nilai 3 = cukup baik, 4) nilai 4 = baik , 5) nilai 5 = sangat baik


(56)

lvi

Berikut adalah factor, indicator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada kuesioner ahli :

Tabel 1

Faktor, indicator, dan jumlah butir kuesioner

No Faktor indikator Jumlah

1 Kualitas Model Kualitas produk tahap standar kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SD

10

Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan, yang harus

dijawab oleh siswa dengan alternative jawaban “Ya” dan “ Tidak”. Factor yang

digunakan dalam kuesioner meliputi aspek psikomotor, kognitif, afektif. Cara Pemberian skor pada alternative jawaban adalah sebagai berikut

Tabel 2

Skor Jawaban Kuesioner “ Ya” dan “Tidak”

No Alternative Jawaban Positif Negative

1 Ya 2 0

2 Tidak 0 1

Berikut adalah factor-faktor, indicator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada siswa :


(57)

lvii Tabel 3

faktor, indicator, dan jumlah butir kuesioner

No Faktor Indikator Jumlah

soal

Jumlah Nilai

1 Psikomotorik

Kemampuan siswa mempraktekan variasi gerak dalam model

pengembangan senam keseimbangan 5

10

2 Kognitif

Kemampuan siswa memahami peraturan dan pengetahuan tentang model pengembangan senam keseimbangan

5 10

3 Afektif

Menampilkan sikap dalam bermain model permainan pengembangan senam keseimbangan,serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran

5 10

3.7.Analisa Data

Pengembangan ini tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis diskriptif dengan persentase. Tehnik ini digunakan untuk analisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penyebaran angket.

Rumus yang digunakan untuk menganalisis dan menggunakan rumus dari Sudjana (1990:40 )

3.7.1.Rumus untuk mengolah data per sebjek uji coba

F = X 100% Keterangan :


(58)

lviii F = frekuensi relatif/angka persentase f = frekuensi yang dicari persentasenya N = jumlah seluruh data a. Konstanta

3.7.2.Rumus untuk mengolah data secara keseluruhanuji coba

P =

X 100% Keterangan

P : Persentase hasil keseluruhan subyek uji coba

∑X : Jumlah keseluruhan jawaban subyek uji coba dalam keseluruhan aspek penilaian

∑Xi : jumlah keseluruhan maksimal subyek uji coba 100% : Kostanta

Untuk menentukan penafsiran terhadap hasil analisis persentase tingkat kemenarikan produk pengembangan digunakan klasifikasi persentase guilford ( dalam Fagih, 1996: 58 ) maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 4 Klafikasi Persentase guilford ( dalam Fagih, 1996: 58 )

No Persentase Klasifikasi Makna

1. 0-20 % Tidak baik Dibuang

2. 20, 1- 40 % Kurang baik Diperbaiki

3. 40,1- 70% Cukup baik Digunakan

4. 70, 1-90 % Baik Digunakan


(59)

lix

BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN

4.1. Penyajian Data Hasil Uji Coba

4.1.1.Data analisis Kebutuhan

Untuk mengetahui permasalahan–permasalahan pembelajaran yang terjadi di lapangan terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran gerak dasar lari, serta bentuk pemecahan dari permasalahan tersebut,maka perlu dilakukan analisis kebutuhan.

Kegiatan ini dilakukan dengan Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis proses pembelajaran yang terjadi sesungguhnya di lapangan melakukan observasi pembelajaran dan melakukan studi pustaka atau kajian literatur.

Sesuai dengan kopetensi dasar pada materi senam keseimbangan khususnya senam keseimbangan pada siswa kelas III, disebutkan bahwa siswa dapat mempraktekan teknik senam keseimbangan yang dimodifikasi untuk membentuk kretivitas dan kelincahan dalam berlari.Kenyataan yang ada dalam proses pembelajaran senam keseimbangan di SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal masih jauh dari yang diharapkan.

Pada proses pembelajaran senam keseimbangan ditemui beberapa hal, antara lain alat dan fasilitas yang digunakan tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan karakteristik siswa, kurang semangat dalam mengikuti senam keseim-bangan, pembelajaran senam keseimbangan yang diberikan oleh guru masih belum dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga dijumpai siswa yang


(60)

lx

merasa tidak senang, bosan, dan malas untuk bergerak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran senam keseimbangan yang diberikan oleh guru masih kurang efektif dan kurang menumbuhkan minat siswa agar aktif bergerak. Berdasarkan uraian di atas,maka peneliti memutuskan untuk mengembangkan model pembelajaran senam keseimbangan yang sesuai dengan karakteristik siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.Peneliti mengharapkan produk yang dihasilkan nanti dapat meningkatkan kretivitas dan kualitas pembelajaran senam keseimbangan,yang dapat membuat siswa aktif mengikuti pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Produk yang dihasilkan juga diharapkan dapat membantu guru Penjasorkes dalam memberikan pembelajaran senam keseimbangan lebih bervariasi dengan mengunakan produk yang dihasilkan ini.

4.1.2.Diskripsi Draf Produk Awal.

Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan berupa model pembelajaran senam keseimbangan yang sesuai bagi siswa SD. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah membuat produk dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) analisa tujuan dan karakteristik senam keseimbangan di SD, 2) analisa karakteristik siswa SD, 3) mengkaji literature tentang prinsip-prinsip atau acara membuat atau mengembangkan modifikasi senam keseimbangan, 4) menetapkan prinsip-prinsip untuk mengembangkan model modifikasi senam keseimbangan 5) menetapkan tujuan,isi,dan strategi pengelolaan pembelajaran, 6) pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran, 7) menyusun produk awal senam keseimbangan


(61)

lxi

Setelah melalui produk desaian dan produk maka dihasilkan produk awal model pembelajaran senam keseimbangan yang sesuai bagi siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal tersebut.

Setelah tersusun model pembelajaran senam keseimbangan akan di ujicobakan pada sekala kecil, apakah produk ini betul-betul layak seagai penelitian pada siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

Berikut ini adalah draf materi model pembelajaran senam keseimbangan, produk awal pembelajaran senam keseimbangan yang diujicobakan skala kecil pada siswa kelas III sebelum divalidasi oleh ahli dan guru Penjasorkes :

4.1.2.1.Draf uji coba skala kecil model pembelajaran keseimbangan gerak

1) Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetisi Dasa

a) Standar Kompetensi : 3. Mempraktikkan gerakan senam lantai, senam ketangkasan dasar dan nilai- nilai yang terkandung didalamnya

b) Kompetisi Dasa :3.1.Mempraktikkan keseimbangan dalam bentuk senam lantai dasar, serta nilai keselamatan, disiplin dan keberanian

2) Menentukan Indikator :

Indikator pada model pembelajaran senam keseimbangan meliputi: a) berjalan satu-satu sambil merentangkan tangan

b) berjalan kesamping, saling hadapan c) berjalan mundur


(62)

lxii

3) Kegiatan Belajar Mengajar ( Kbm )

a) Langkah-langkah pembelajaran

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal melaksanakan pemanasan. 2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan materi yang akan di kembangkan pada uji coba kelompok kecil.Adapun materi sebagai berikut :

1) Berjalan di atas rel

Cara Melakukan: siswa dibariskan menjadi 2 sap,satu sap anak laki-laki dan satu sap anak perempuan,anak melakukan berjalan di atas rel sambil tangan direntangkant,setelah menempuh jarak 50 meter bergantian barisan di belakangnya.Bila anak yang jatuh di ulang sampai menempuh batas yang ditentukan.

2) Berjalan mundur

Cara Melakukan: siswa dibariskan menjadi 2 sap,satu sap anak laki-laki dan satu sap anak perempuan,anak melakukan berjalan mundur di atas rel satu satu,setelah menempuh jarak 25 meter saling bergantian,kemudian disusul barisan di belakangnya.Bila anak yang jatuh di ulang sampai menempuh batas yang ditentukan.

3) Lomba Jalan

Cara melakukan: Membentuk barisan dua-dua,untuk kelompok putra sendiri dan untuk kelompok putri sendiri..Berpasangan berhadap-hadapan saling


(63)

lxiii

berpegangan tangan,kaki dilang-kahkan/digeser kesamping saling bergantian dengan menempuh jarak 50 meter bolak balik.gerakan ini dilaksanakan sampai semua siswa melaksanakan.

3. Kegiatan Akhir ( 15 menit )

1) Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

2) Siswa melaksanakan tes formatif

4.1.3.Validasi Ahli

Produk pengembangan model pembelajaran senam keseimbangan siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal sebelum diujicobakan dalam uji kelompok besar perlu dilakukan validasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidang penelitian ini. Untuk memvalidasi produk yang dihasilkan, peniliti melibatkan satu ( 1) orang ahli yang berasal dari dosen,yaitu Kriswantoro,M.Pd dan dua ( 2 ) orang guru Penjasorkes sekolah Dasar, yaitu Subekhi,.S.Pd,, dan Kuntoro.S.Pd

Validasi dilakukan dengan cara memberikan draf produk awal model senam keseimbangan dengan disertai lembar evaluasi untuk ahli Penjasorkes dan guru pembelajaran. Lembar evaluasi berupa kuesoner yang berisi aspek kualitas model pembelajaran,saran,serta komentar. Hasil evaluasi berupa nilai dari aspek kualitas medel pembelajaran senam keseimbangan dengan menggunakan skala Likert 1 sampai 5. Caranya dengan menyontreng salah satu angka yang tersedia pada lembar evaluasi. Lembar evaluasi untuk kualitas medel pembelajaran senam keseimbangan dapat dilihat pada lampiran


(64)

lxiv

4.1.3.1.Diskripsi Data Validasi Ahli

Data yang diperoleh dari kuesoner oleh para ahli pada uji coba skala kecil, merupakan pedoman untuk menyatakan produk model pembelajaran senam keseimbangan dapat digunakan untuk uji coba skala besar. Berikut ini adalah hasil pengisisan kuesioner dari para ahli dan guru Penjasorkes Sekolah Dasar setelah pelaksanaan uji coba skala kecil pada siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal.

Tabel 5

Hasil Rata-rata Skor Penilaian Ahli

No. Ahli Jumlah Rata-rata Prosentase

1. 2. 3.

Ahli Penjas

Ahli Pembelajaran I Ahli Pembelajaran II

69 68 67

4.60 4.53 4.46

92.00% 90.67% 89.33%

Rata-rata 68 4.53 90.00%

Berdasarkan hasil pengisian kuesoner yang dilakukan oleh ahli Penjasorkes dan guru Penjasorkes Sekolah Dasar didapat rata-rata lebih dari 4 ( empat) atau masuk dalam katagori penilaian “ baik”.Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran senam keseimbangan bagi siswa Kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal dapat digunakan untuk uji coba skala besar. Hasil evaluasi ahli untuk kualitas model pembelajaran senam keseimbangan dapat dilihat pada lampiran. Masukan berupa saran dan komentar pada produk model pembelajaran senam keseimbangan, sangat diperlukan untuk perbaikan terhadap model tersebut. Saran perbaikan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengembangan Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes Melalui Kajian Lingkungan Persawahan Pada Siswa Kelas III SD Negeri 3 Bandungharjo Tahun 2011

0 6 157

Model Pembelajaran Keseimbangan Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Persawahan Pada Siswa Kelas III SD Negeri 01 Watukumpul Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang

0 13 120

Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Hutan Pinus Pada Siswa Kelas III SD Negeri 03 Gunungjaya Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang

0 5 130

Model Pembelajaran Keseimbangan Gerak Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Persawahan Pada Siswa Kelas III Di SD Negeri 02 Kalimas Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2010 2011

0 4 135

MODEL PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN GERAK DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN PERSAWAHAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 PAGERWOJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

0 9 150

MODEL PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN GERAK DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN PERSAWAHAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAYUPURING KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG

0 10 99

Minat Siswa Kelas III SD Negeri Dukuhjati Wetan 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal dalam mengikuti pembelajaran keseimbangan gerak dalam penjasorkes melalui pendekatan lingkungan bekas rel kereta api Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 0 1

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SENAM KESEIMBANGAN DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN BEKAS REL KERETA TEBU PADA SISWA KELAS III SD NEGERI GROBOG KULON 02 DI KECAMATAN PANGKAH KABUPATEN TEGAL.

0 1 1

(ABSTRAK) MODEL PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN GERAK DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN PERSAWAHAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAYUPURING KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG.

0 0 2

(ABSTRAK) MODEL PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN GERAK DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN PERSAWAHAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 PAGERWOJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL.

0 0 2