xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penjasorkes adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, sudah selayaknya bila diberikan perhatian yang proporsional.
Sejalan dengan hal tersebut, pelaksanaan pendidikan Penjasorkes di sekolah seharusnya dilaksanakan secara efesien, efektif serta sesuai dengan kondisi fisik
dan psikis anak.
Pada saat ini, dapat dikatakan kondisi pembelajaran Penjasorkes di sekolah dasar masih jauh dari harapan. Berbagai isu muncul dari rendahnya kualitas
pengajaran Mutphir,1993; Mudjiharsono,1993 terbatasnya sarana dan prasarana kegiatan PBM Mutohir,1989 sampai pada kurang relevannya model
pembelajaran dengan kondisi perkembangan fisik dan psikis anak. Anak sering dianggap sebagai
“orang dewasa kecil”, sehingga yang terjadi dalam pembelajaran adalah penggunaan peralatan olahraga yang mestinya digunakan
orang dewasa juga digunakan anak-anak. Belum lagi mengenai ukuran lapangan
maupun aturan mainnya.
Salah satu fakta yang tidak bisa dipungkiri tentang pengajaran penjasorkes di sekolah adalah pengajaran memerlukan dukungan berbagai sumber untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang mereka inginkan. Dalam kasus ini penjasorkes sering dalam posisi yang kurang menguntungkan. Pertama banyak
orang menganggap bahwa Penjasorkes kurang pendidikan dibanding pelajaran yang lain, seperti matematika, bahasa, dan sebagainya. Kedua penjasorkes adalah
xiv program yang relatif mahal untuk dilaksanakan karena memerlukan banyak
perlengkapan. Pengajaran yang baik dalam Penjasorkes dalam kenyataannya lebih dari mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran yang baik tersebut
melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, bukan aktivitas atau olahraga yang mana dapat
mereka lakukan. Agar program Penjasorkes berhasil dengan baik maka perlu
dikaitkan dengan program-program kegiatan lain.
Mengingat makna penting tersebut, aktivitas Penjasorkes harus diartikan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan
nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan sosial. Aktivitas tersebut seharusnya dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Melalui kegiatan Penjasorkes diharapkan anak didik menjadi tumbuh dan berkembang sehat dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara
harmonis. Dalam hubungannya dengan peningkatan prestasi olahraga, Penjasorkes berupaya membentuk keterampilan gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha
pembibitan olahragawan melalui kegiatan ekstra-kurikuler.
Selama ini yang terjadi di lapangan adalah guru mengajarkan penjasorkes yang baku kepada anak yang notabene, belum mampu melakukan aktivitas
sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa. Atas dasar pemikiran tersebut, perlu melakukan modifikasi olahraga yang mengarah pada pengembangan model
pembelajaran penjasorkes yang sesuai bagi siswa di sekolah dasar. Kurikulum Penjasorkes SD 1994, mengisyaratkan tiga pokok bahasan utama yang harus
diajarkan di sekolah dasar yaitu 1 atletik, 2 permainan, 3 senam. Johar 1990,
xv menjelaskan pemanfaatan lingkungan lokal merupakan pendekatan sosialisasi
anak didik terhadap obyek dan persoalan kehidupan di lingkungan anak didik. Pada gilirannya mereka mampu menyatu dengan lingkungannya, menyatu dengan
keadaannya. Sosialisasi sejak dini dengan memanfaatkan lingkungan lokal dengan alam dan budaya setempat kepada anak didik akan menuju terwujudnya manusia
Indonesia yang cinta tanah air, berkepribadian dan berkesadaran nasional. Sekaligus dapat menumbuhkan pemahaman mengenai relevansi lingkungan alam,
dan kehidupan sehari-hari.
Dari dasar itulah, peneliti akan mengembangkan model pembelajaran senam keseimbangan gerak pada siswa kelas III SD Negeri Grobog Kulon 02
Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Pembelajaran senam Pada SD Negeri Grobog Kulon 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal hampir tidak diberikan
materi pembelajaran senam, baik itu senam lantai maupun senam ritmik. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran
senam tidak ada, ini merupakan salah satu kendala di Sekolah Dasar Negeri Grobog Kulon 02 dalam kegiatan pembelajaran senam. Alat-alat yang dapat
digunakan dalam
kegiatan pembelajaran
senam sama
sekali tidak
mempunyai,diantarannya matras, Pembelajaran setiap hari hanya sepak bola,
kasti, dan Atletik.
Setiap hari pada waktu peneliti berangkat mengajar di SD Negeri Grobog Kulon 02 melihat anak-anak berangkat sekolah berjalan di atas bantalan rel kereta
tebu yang sudah lama tidak dipergunakan lagi untuk mengangkut tebu. Dari pengamatan setiap hari peneliti lakukan, maka peneliti bergerak hatinya untuk
xvi mengadakan penelitian dengan materi senam keseimbangan dengan pokok
bahasan gerak dasar Jalan. Pokok bahasan gerak dasar jalan pada materi senam keseimbangan yang sesuai dengan kurikulum KTSP tahun 2006 pada Silabus
dengan Standar Kompetensi “Mempraktikkan gerak senam dasar dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya dan Kompetensi Dasar ”Mempraktikkan
keseimbangan dalam bentuk senam dasar, serta nilai keselamatan, disiplin dan
keberanian,adalah pada siswa kelas III.” atas dasar itulah peneliti menggunakan
siswa kelas III sebagai subjek penelitian.
Pengembangan gerak dasar jalan pada senam keseimbangan dalam penelitian ini, menggunakan berbagai modivikasi gerakan berjalan yang bersifat
permainan, yang menyenangkan, selain itu kaitan dengan penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran Penjasosrkes. Adapun dalam penelitian ini peneliti mengambil judul
” Pengembangan
Model Pembelajaran Senam Keseimbangan Dalam Penjosorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Bekas Rel Kereta Tebu Pada Siswa Kelas III SD Negeri
Grobog Kulon 02 di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal ”
1.2. Perumusan Masalah.