untuk mencapai keberhasilan suatu proyek. Perencanaan SDM dalam suatu proyek mempertimbangkan juga perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Proyek yang secara geografis berbeda biasanya membutuhkan pengelolaan dan ketersediaan tenaga kerja yang juga berbeda.
Menurut Husen 2009:105, Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan tenaga kerja adalah:
Produktivitas tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal.
Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap.
Biaya yang dimiliki.
Jenis pekerjaan.
Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan satuan volume pekerjaan yang dibagi dalam satuan
waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus dibayarkan Husen, 2005:105.
2.4. Penjadwalan Proyek
Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan
berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan berbagai kejadian dalam proyek konstruksi yang menyatakan bahwa perencanaan
yang baik dapat menghemat ± 40 dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran sampai ± 400 Ervianto,
2005:161.
Universitas Sumatera Utara
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis Callahan, 1992.
Menurut Clough 1979:86, pengertian penjadwalan proyek adalah sebagai berikut:
“A project schedule is a projected timetable of construction operations that will serve as the principal guideline for project execution.”
Secara umum dapat diartikan bahwa penjadwalan proyek merupakan sebuah jadwal proyeksi dari suatu proyek yang akan berfungsi sebagai pedoman utama
dalam pelaksanaan proyek. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang
dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material serta rencana
durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih
terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek.
Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring yang berkala selalu
dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
Menurut Husen 2009:133, secara umum penjadwalan mempunyai manfaat- manfaat seperti berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan kegiatan mengenai batas-
batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas. 2.
Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan
waktu. 3.
Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan. 4.
Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang di tetapkan.
5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
6. Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.
Lagi menurut Husen 2009:134, tingkat kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Sasaran dan tujuan proyek.
2. Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.
3. Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.
4. Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang
hilang dan hari-hari libur. 5.
Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya. 6.
Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek. 7.
Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia. 8.
Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas. Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan karena
dana yang di kelolah sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya juga besar, kegiatan yang di lakukan sangat beragam serta durasi proyek menjdi sangat
Universitas Sumatera Utara
panjang. Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan cara-cara atau metode teknis yang sudah digunakan seperti metode penjadwalan
proyek. Kemampuan scheduler yang memadai dan bantuan software komputer untuk penjadwalan dapat membantu memberikan hasil yang optimal.
2.4.1. Metode Penjadwalan Proyek
Ada beberapa metode penjadwalan proyek konstruksi yang sering digunakan untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Pertimbangan penggunaan metode- metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap
kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel
–variabel yang mempengaruhinya juga harus di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja,
ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan
koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang di inginkan.
2.4.1.1. Bagan Balok Barchart
Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor pada tahun 1917. Sampai diperkenalkannya metode ini dianggap belum pernah ada prosedur yang
sistematis analitis dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek. Metode ini telah digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah
dalam pembuatannya dan mudah dimengerti oleh pemakainya.
Universitas Sumatera Utara
Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan waktu. Saat mulai dan akhir
dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang Ervianto, 2005:162.
Menyusun Barchart
Barchart dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer. Bagan ini tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak lurus X, dicatat
pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek, dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal Y,
tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan. Disini, waktu mulai dan waktu akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-
balok yang bersangkutan. Pada waktu membuat barchart telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun
belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain. Format penyajian bagan balok yang lengkap berisi perkiraan urutan pekerjaan, skala
waktu, dan analisis kemajuan pekerjaan pada saat pelaporan. Langkah-langkah membuat barchart:
1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang
ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan. 2.
Urutan kegiatan, dari daftar kegiatan tersebut diatas, disusun urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan
dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari
seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari
penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
BARCHART PROYEK: CONTOH
LOKASI: XYZ No.
Deskripsi Kegiatan Nilai
Durasi Bobot
Minggu Rupiah
Minggu 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
1 Pekerjaan persiapan
1.000.000 2
2,22 1,11 1,11 2
Pekerjaan galian tanah 500.000
2 1,11
0,56 0,56 3
Pekerjaan pondasi 1.500.000
3 3,33
1,11 1,11
1,11 4
Pekerjaan beton bertulang 10.000.000
2 22,22
11,11 11,11 5
Pekerjaan pasangan plesteran 2.000.000
3 4,44
1,48 1,48
1,48 6
Pekerjaan pintu, jendela 6.000.000
2 13,33
6,67 6,67
7 Pekerjaan atap
7.000.000 2
15,56 7,78
7,78 8
Pekerjaan langit-langit 2.000.000
2 4,44
2,22 2,22
9 Pekerjaan lantai
5.000.000 2
11,11 5,56
5,56 10
Pekerjaan finishing 10.000.000
2 22,22
11,11 11,11
NILAI NOMINAL 45.000.000 100,00
PRESTASI PERMINGGU 1,11 1,67 1,67 12,22 13,70
8,15 15,93 15,56 18,89 11,11
PRESTASI KUMULATIF 1,11 2,78 4,44 16,67 30,37 38,52 54,44 70,00 88,89 100,00
Gambar 2.4. Contoh penjadwalan proyek metode Barchart
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.2. Kurva S Hanumm Curve
Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek.
Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh
kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah
diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan
koreksi dalam pengendalian proses pengendalian proyek. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih
lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misalnya metode barchart atau network planning dengan memperbaharui sumber daya maupun waktu
pada masing-masing pekerjaan.
Menyusun Kurva S
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing kegiatan pada suatu metode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertical
sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit,
kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cuku besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan,
pendekatan yang dilakukan dapat perhitungan persentase berdasarkan biaya per item
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan kegiatan dibagi total anggaran atau berdasarkan volume rencana dari komponen kegiatan terhadap volume total kegiatan.
Secara umum langkah-langkah menyusun kurva S adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan. 2.
Bobot item pekerjaan dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi biaya total pekerjaan dikalikan 100.
3. Setelah bobot masing-masing item dihitung, lalu distribusikan bobot
pekerjaan selama durasi masing-masing aktivitas. 4.
Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu tertentu, dijumlahkan secara kumulatif.
5. Angka kumulatif pada setiap periode ini diplot pada sumbu y ordinat
dalam grafik dan waktu pada sumbu x absis. 6.
Dengan menghubungkan semua titik didapat kurva S. Pada umumnya kurva S diplot pada barchart, dengan tujuan untuk
mempermudah melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu tertentu pengamatan progress pelaksanaan proyek.
Universitas Sumatera Utara
BARCHART – KURVA S
PROYEK: CONTOH LOKASI: XYZ
No. Deskripsi Kegiatan
Nilai Durasi
Bobot Minggu
Rupiah Minggu
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 Pekerjaan persiapan
1.000.000 2
2,22 1,11 1,11 2
Pekerjaan galian tanah 500.000
2 1,11
0,56 0,56 3
Pekerjaan pondasi 1.500.000
3 3,33
1,11 1,11
1,11 4
Pekerjaan beton bertulang 10.000.000
2 22,22
11,11 11,11 5
Pekerjaan pasangan plesteran 2.000.000
3 4,44
1,48 1,48
1,48 6
Pekerjaan pintu, jendela 6.000.000
2 13,33
6,67 6,67
7 Pekerjaan atap
7.000.000 2
15,56 7,78
7,78 8
Pekerjaan langit-langit 2.000.000
2 4,44
2,22 2,22
9 Pekerjaan lantai
5.000.000 2
11,11 5,56
5,56 10
Pekerjaan finishing 10.000.000
2 22,22
11,11 11,11
NILAI NOMINAL 45.000.000 100,00
PRESTASI PERMINGGU 1,11 1,67 1,67 12,22 13,70
8,15 15,93 15,56 18,89 11,11
PRESTASI KUMULATIF 1,11 2,78 4,44 16,67 30,37 38,52 54,44 70,00 88,89 100,00
Gambar 2.5. Contoh penjadwalan proyek metode Barchart - Kurva S
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.3. Line of Balance LoB
Line of Balance LoB adalah metode penjadwalan menggunakan sumbu koordinat, yaitu absis dan ordinat, absis menunjukkan waktu kerja dan ordinat
menunjukkan jumlah unit pekerjaan atau lokasi kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan garis miring menyatakan jenis kegiatan sekaligus menunjukkan
kecepatan dari kegiatan tersebut. Kemiringan dari setiap garis alir kegiatan menunjukkan tingkat produktifitas dari kegiatan tersebut. Semakin tegak garis alir
tersebut maka semakin tinggi tingkat produktifitasnya.
Line of Balance LoB merupakan metode penjadwalan proyek yang ditujukan untuk perencanaan proyek yang memiliki kegiatan-kegiatan yang berulang repetitif.
Seperti pada proyek perumahan, konstruksi jalan raya, pemasangan pipa dan lain sebagainya. Untuk proyek dengan jumlah kegiatan relatif sedikit dengan kegiatan
yang berulang, metode ini sangat efektif untuk digunakan. Dalam berbagai literatur penggunaan istilah metode penjadwalan yang
digunakan untuk kegiatan yang berulang ini berbeda-beda. Dalam Robert B. Harris and Photios G. Ioannou 1998:3, dikatakan bahwa untuk proyek dengan unit yang
dipisahkan discrete units misalnya perumahan, apartemen dan sebagainya, digunakan istilah penjadwalan berupa: Line of Balance Lo
B O’Brien 1969, Carr and Meyer 1974, Halpin and Woodhead 1976, Harris and Evans 1977; Construction
Planning Technique CPT Peer 1974, Selinger 1980; Vertical Production Method VPM O’Brien 1975, Barrie and Paulson 1978; Time-Location Matrix Model
Birrell 1980; Time Space Scheduling Method Stradal and Cacha 1982; Disturbance Scheduling Whitman and Irwig 1988; or HVLS: Horizontal and
Vertical Logic Scheduling for Multistory Projects Thabet and Beliveau 1994.
Universitas Sumatera Utara
Untuk proyek jalan raya, pemasangan pipa, terowongan, dan sebagainya dimana progress proyek diukur berdasarkan panjang horizontalnya, istilah penjadwalan
berupa: Time Versus Distance Diagrams Gorman 1972; Linear Balance Charts Barrie and Paulson 1978; Velocity Diagrams Dressler 1980; or Linear Scheduling
Method LSM Johnston 1981, Chrzanowski and Johnston 1986, Russell and Casselton 1988.
LoB juga berfungsi sebagai media control dan monitoring, karena bisa digunakan untuk menunjukkan jumlah pekerjaan yang sudah selesai dalam kurun
waktu tertentu, sehingga tingkat produksi bisa selalu dikontrol apakah sesuai dengan rencana awal. Hal ini ditunjukkan oleh lead times. Lead times adalah waktu yang
harus dilalui suatu pekerjaan sampai seluruh kegiatan selesai.
Interupsi
Interupsi adalah adanya penghentian atau penundaan kegiatan untuk suatu waktu tertentu yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada garis alir kegiatan.
Banyak penyebab terjadinya interupsi, antara lain: sumber daya yang terhenti, kesulitan teknis dan sebagainya.
Gambar 2.6. Contoh interupsi
Keterangan: = Interupsi
Universitas Sumatera Utara
Restraint
Restranint adalah waktu tunggu antara selesainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan yang lain. Hal ini terjadi antara lain karena kedua kegiatan
mempunyai sumber daya yang sama dan jumlahnya terbatas sehingga diperlukan waktu transfer sumber daya dari kegiatan sebelumnya.
Gambar 2.7. Contoh restraint
Keterangan: = Restraint
Buffer
Buffer adalah jarak yang diperlukan antara dua kegiatan. Jarak dapat berupa lokasi buffer lokasi maupun waktu buffer waktu. Buffer waktu mempunyai
duakonsep yaitu: buffer waktu minimum dan buffer waktu maksimum.
Gambar 2.8. Buffer lokasi dan buffer waktu
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
Menyusun Line of Balance LoB
Menurut Uher 1996, ada beberapa tahapan atau standar dalam perencanaan
dengan metode line of balance, yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan urutan pelaksanaan masing-masing pekerjaan dalam bentuk
diagram lengkap dengan estimasi waktu single network planning untuk satu putaran kegiatan repetitif.
2. Menentukan lead times untuk masing-masing pekerjaan.
3. Menghitung target penyelesaian proyek.
4. Menggambarkan target penyelesaian proyek dalam bentuk diagram sesuai
dengan kurun waktu yang diharapkan. 5.
Mempersiapkan jadwal line of balance. 6.
Menentukan buffer times atau waktu jagaan untuk menghindari resiko keterlambatan suatu kegiatan.
7. Menggambarkan grafik line of balance.
8. Menganalisis jadwal dan grafik line of balance untuk mendapatkan jadwal
pelaksanaan proyek yang berimbang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Diagram LoB transfer dari barchart untuk 3 unit berulang
Gambar 2.9. Barchart untuk 3 unit berulang
Gambar 2.11. Diagram LoB untuk 3 unit berulang
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.4. Metode Jaringan Kerja Network Planning
Jaringan proyek adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan memonitor kemajuan proyek. Jaringan menggambarkan berbagai
aktivitas yang harus diselesaikan, urutan logis, kesalingketergantungan antar aktivitas, serta waktu aktivitas tersebut dimulai dan berakhir Larson, 2006:140.
Network planning diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh tim perusahaan Dupont dan Rand Corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen.
Metode ini dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan
antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi network planning-lah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan,
yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan tetapi, metode ini perlu dikombinasikan dengan metode lainnya.
Menurut Husen 2009:138, ada beberapa tahapan penyusunan network scheduling yaitu sebagai berikut:
1. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari paket terakhir WBS berdasarkan
item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk mempernudahkan identifikasi.
2. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis
pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta produktivitas pekerja.
3. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan dengan tiga
kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului predecessor, kegiatan yang didahului successor, serta bebas.
Universitas Sumatera Utara
4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah
langkah-langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti. Manfaat penerapan network scheduling menurut Husen 2009:138 adalah
sebagai berikut: 1.
Penggambaran logika hubungan antar kegiatan kesalingketergantungan antar kegiatan, membuat perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan
detail. 2.
Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran-
kesukaran yang bakal timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan.
3. Dalam network dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat ditunda
atau ditepati. 4.
Membantu mengomunikasikan hasil network yang dtampilkan. 5.
Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya langsung direct cost serta penggunaan sumber daya.
6. Berguna untuk menyelesaikan legal claim yang diakibatkan oleh
keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan, menganalisis cahsflow, dan pengendalian biaya.
7. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagian
dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara keseluruhan. Metode network planning terdiri atas Activity On Arrow AOA dan Activity
On Node AON atau dikenal dengan Precedence Diagram Method.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.5.
Precedence Diagram Method PDM
Kegiatan dalam Precedence Diagram Method PDM digambarkan oleh sebuah lambang segi empat karena letak kegiatan ada dibagian node maka sering
disebut juga Activity On Node AON. Kegiatan dalam PDM diwakili oleh sebuah lambang yang mudah diidentifikasi, bentuk umum yang sering digunakan adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.12. Node PDM
Keterangan: ES = Earliest Start, waktu mulai paling awal suatu kegiatan.
EF = Earliest Finish, waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Jika hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu adalah ES
kegiatan berikutnya. LS = Latest Start, waktu paling akhir kegiatan boleh mulai. Yaitu waktu paling
akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.
LF = Latest Finish, waktu paling akhir kegiatan boleh selesai. Hubungan antar kegiatan dalam metoda ini ditunjukkan oleh sebuah garis
penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah. Jika kegaitan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh
sejumlah kegiatan pula maka ditambahkan kegiatan dan kegiatan akhir yang
Universitas Sumatera Utara
keduanya merupakan kegiatan fiktif. Misalnya untuk kegiatan awal ditambahkan kegaitan START dan kegiatan akhir ditambahkan kegiatan FINISH.
Jalur Kritis
Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan kemudian menentukan jalur kritis dapat dilakukan perhitungan kedepan forward analysis dan perhitungan
kebelakang backward analysis. Perhitungan kedepan forward analysis dilakukan
untuk mendapatkan besarnya Earliest Start dan Earliest Finish. Yang merupakan
predecessor adalah kegiatan I, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan J.
Gambar 2.13.
Hubungan kegiatan I dan J Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:
ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij
EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj
Catatan:
Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka diambil nilai terbesar
Jika tidak ada diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka
ESj dihitung dengan cara berikut: ESj = EFj – Dj
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan kebelakang backward analysis dilakukan untuk mendapatkan besarnya Latest Start dan Latest Finish. Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan
J, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan I.
Gambar 2.14. Hubungan kegiatan I dan J
Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:
LFi = LFj + FFij atau LFi = LSj + FSij
LSi = LSj + SSij atau LSi = LFj + SFij atau LFi + Di Catatan:
Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka
diambil nilai terkecil
Jika tidak ada diketahui FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka LFj dihitung dengan cara berikut: LFj = LSi + Di
Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:
Earliest Start ES = Latest Start LS
Earliest Finish EF
= Latest Finish LF
Latest Finish LF – Earliest Start ES = Durasi Kegiatan
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan Splitable
Sebuah kegiatan yang dapat atau harus dihentikan untuk sementara pada suatu saat dan kemudian dilanjutkan kembali beberapa saat kemudian dinamakan kegiatan
splitable. Contoh kegiatan ini adalah pengecoran beton untuk elemen structural bangunan gedung balok, kolom, plat lantai.
Gambar 2.15. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan splitable
Kegiatan Splitable Hitungan kedepan forward analysis Hitungan kebelakang backward analysis
ESj = EFj – Dj – interupsi
LSi = LFi – Di – interupsi
EFj = ESj – Dj + interupsi
LFi = LSi – Di + interupsi
EFj – ESj = Dj + interupsi
LFi – LSi = Di + interupsi
Tabel 2.2.
Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan splitable Adapun kegiatan non-splitable adalah kegiatan yang harus dilaksanakan dan
tidak diizinkan untuk berhenti ditengah pelaksanaannya.
Gambar 2.16. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan non-splitable
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan Non-Splitable Hitungan kedepan forward analysis Hitungan kebelakang backward analysis
ESj = EFj – Dj
LSi = LFi – Di
EFj = ESj – Dj
LFi = LSi – Di
EFj – ESj = Dj
LFi – LSi = Di
Tabel 2.3. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan non-splitable
Float
Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat
secara sengaja atau tidak disengaja. Akan tetapi, penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesaiannya. Float dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float dan free float. Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau
perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan. Free Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untu keterlambatan
atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya.
Total Float TFi = Minimum LSj – EFi
Free Float FFi = Minimum ESj – EFi
Pengertian Lag
Link lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network
planning. Perhitungan lag dapat dilakukan denga cara:
Universitas Sumatera Utara
Melakukan perhitungan ke depan untuk mendapatkan nilai-nilai Earliest
Start ES dan Earliest Finish EF
Hitung besarnya lag
Buatlah garis ganda untuk lag yang nilainya = 0
Hitung Free Float FF dan Total Float TF Lag ij = ESj
– EFi Free Float i = minimum lag ij
Total Float i = minimum lag ij + TF j
Hubungan Overlapping
Hubungan antara kegiatan I dengan kegiatan J dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Hubungan Finish to Start FS
Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya start kegiatan berikutnya successor tergantung pada selesainya finish kegiatan sebelumnya
predecessor. FS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Finish to Start dengan lag = 0, Finish to Start dengan lag positif, Finish to Start dengan
lag negatif.
Gambar 2.17. Hubungan FS
Universitas Sumatera Utara
2. Hubungan Start to Start SS
Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya start kegiatan berikutnya successor tergantung pada mulainya start kegiatan sebelumnya
predecessor. SS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Start to Start dengan lag = 0, Start to Start dengan lag positif, Start to Start dengan lag
negative.
Gambar 2.18. Hubungan SS
3. Hubungan Finish to Finish FF
Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya finish kegiatan berikutnya successor tergantung pada selesainya finish kegiatan
sebelumnya predecessor. FF dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Finish to Finish dengan lag = 0, Finish to Finish dengan lag positif, Finish
to Finish dengan lag negatif.
Gambar 2.19. Hubungan FF
Universitas Sumatera Utara
4. Hubungan Start to Finish SF
Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya finish kegiatan berikutnya successor tergantung pada mulainya start kegiatan
sebelumnya predecessor. SF dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Start to Finish dengan lag = 0, Start to Finish dengan lag positif, Start to
Finish dengan lag negatif.
Gambar 2.20.
Hubungan SF
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.21. Contoh penggunaan penjadwalan proyek metode PDM pada konstruksi perumahan untuk 3 unit berulang
Sumber:Jurnal Media Teknik Sipil, Budi Laksito, 2005
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Proyek Penelitian