EKSPLORASI METODE BAR CHART, CPM, PDM, PERT, LINE OF BALANCE DAN TIME CHAINAGE DIAGRAM DALAM PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

(1)

EKSPLORASI METODE

BAR CHART, CPM, PDM, PERT,

LINE OF BALANCE

DAN

TIME CHAINAGE DIAGRAM

DALAM PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI

TESIS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan Penyelesaian Pendidikan Program Magister Teknik Sipil

Oleh :

ARIF ARIANTO

L4A.008.006

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG


(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EKSPLORASI METODE

BAR CHART, CPM, PDM, PERT,

LINE OF BALANCE

DAN

TIME CHAINAGE DIAGRAM

DALAM PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI

Disusun Oleh :

A r i f A r i a n t o

NIM : L4A. 008. 006

Dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal : 27 Desember 2010

Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknik Sipil

Tim Penguji :

1. Ir. M. Agung W, MM, M.Sc, PhD (Ketua) :……….

2. Jati Utomo D.H, ST, MM, M.Sc, PhD (Anggota 1) :………..

3. Ir. Windu Partono, M.Sc (Anggota 2) : ……….

4. Ir. Arief Hidayat, CES, MT (Anggota 3) : ……….

Semarang, Januari 2011 Universitas Diponegoro

Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil

Ketua,

Dr. Ir. Bambang Riyanto, DEA


(3)

iii ABSTRAK

Tantangan pada pelaksanaan proyek adalah bagaimana merencanakan jadwal waktu yang efektif dan perencanaan biaya yang efisien tanpa mengurangi mutu. Di dalam industri

konstruksi dikenal beberapa metode penjadwalan proyek, antara lain : Bar Chart, Network

Diagram (CPM,PDM,PERT), serta metode Penjadwalan Linear (Line of Balance, dan Time Chainage Diagram). Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang umum dipakai di Indonesia, membandingkan masing-masing metode perencanaan dan penjadwalan proyek untuk mencari karakter yang sesuai dengan sifat proyek, dan melakukan simulasi masing-masing metode perencanaan dan penjadwalan proyek serta menganalisa kelebihan dan kekurangannya. Pengumpulan data

dilakukan dengan mengumpulkan 15 jadwal proyek yang meliputi proyek gedung, jalan,

dan bangunan air. Kemudian dilakukan analisis data, elaborasi dan komparasi dari 1

sampel dari masing-masing tipe proyek, yaitu berupa metode Bar Chart yang diubah ke

dalam bentuk metode CPM, PDM, PERT, Line of Balance (LoB), dan Time Chainage

Diagram. Hasil analisa menunjukkan bahwa Bar Chart masih umum digunakan di dalam

penjadwalan proyek konstruksi (13 dari 15 proyek), sedangkan metode Network Diagram

cocok untuk proyek yang bersifat komplek karena dapat menunjukkan secara spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan dan memiliki teknik hitungan matematis, dan metode Penjadwalan Linear sesuai untuk proyek yang memiliki kegiatan berulang/linier karena dapat mendeteksi secara langsung kegiatan yang mengalami gangguan dalam penjadwalan proyek pada waktu dan tempat tertentu, misalnya pada

proyek Jalan Demak Bypass. Agar dapat saling menutupi kekurangan masing-masing

metode, maka sebaiknya tidak hanya menggunakan satu metode perencanaan dan penjadwalan proyek, tapi juga dapat mengombinasikannya dengan metode yang lain. Sebagai tindak lanjut dari studi ini adalah perlu adanya penerapan dan penggunaan metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang sesuai dengan karakteristik proyek. Selanjutnya dapat dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui hubungan logika ketergantungan dan lintasan kritis pada LoB.


(4)

iv

ABSTRACT

One of challenges in construction project is how to plan an effective schedule. Several methods of project scheduling includes: Bar Chart, Network Diagram (CPM, PDM, PERT), and linear scheduling method (Line of Balance, and Time Chainage Diagram). The purposes of this study are to find the general scheduling method of project in Indonesia, to compare and to perform simulation of each type of schedule, and to analyze the strengths and weaknesses of each type of schedule. Data of project schedule was collected from 15 projects buildings, roads, and water buildings. Analysis, elaboration and comparison of existing schedule was performed. The Bar Chart is converted into CPM, PDM, PERT, Line of Balance (LoB), and Time Chainage Diagram. The results showed that the Bar Chart is still commonly used in construction projects (13 out of 15 projects), Network Diagram are proven to be powerful scheduling and suitable for complex projects because it has the reliability in showing the relationship among activities and the critical path of project activities, and Linear scheduling method are suitable for projects of a repetitive nature/linier because it can detect obstacles or conflicts among activities. To overcome weaknesses of each type of schedule, it should be combined among types of schedule. Recommendations for further study are the use of each type of schedule which is suitable with characteristic of projects, and further analysis and impovement of relationships among activities and critical path method in LoB.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis dengan judul “Eksplorasi Metode Bar Chart,

CPM, PDM, PERT, Line of Balance dan Time Chainage Diagram dalam Penjadwalan

Proyek Konstruksi” ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah

keharibaan nabi Muhammad SAW. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan Program Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Konstruksi, Universitas Diponegoro.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada :

1. Dr. Ir. Bambang Riyanto, DEA selaku ketua program studi Magister Teknik Sipil Undip. 2. Ir. M. Agung Wibowo, MM, M.Sc, PhD sebagai dosen pembimbing I, yang telah

membimbing, mengarahkan, memberikan saran-saran selama penyusunan tesis ini. 3. Jati Utomo Dwi H, ST, MM, M.Sc, PhD sebagai dosen pembimbing II, atas waktu yang

telah disediakan untuk bimbingan, pengarahan, serta semangat yang telah diberikan selama penyusunan tesis ini.

4. Kedua orang tuaku tercinta atas dukungan, motivasi dan doa restunya. 5. Saudaraku, atas dukungan serta doanya.

6. Rekan-rekan MK Angkatan 2008, atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.

7. Seluruh Staf kesekretariatan Program Magister Tenik Sipil UNDIP dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Akhirnya dengan segala keterbatasan yang ada, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Semarang, Desember 2010


(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Batasan Masalah ... 5

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Penjadwalan Proyek Konstruksi ... 7

2.2. Bar Chart (Bagan Balok) ... 8

2.1.1. Format Bar Chart ... 8

2.1.2. Kritikan Terhadap Metode Bar Chart ... 9

2.3. Metode Network Diagram ... 11

2.3.1. CPM (Critical Path Method) ... 13

2.3.1.1.Teknik Perhitungan CPM ... 13

2.3.1.2. Kritikan Terhadap CPM ... 16

2.3.2. PDM (Precedence Diagram Method) ... 17

2.3.2.1. Hubungan Logika ketergantungan PDM ... 18

2.3.2.2. Teknik Perhitungan PDM ... 21

2.3.2.3. Kegiatan Splitable ... 23

2.3.2.4. Kegiatan Non-Splitable ... 23


(7)

vii

2.3.3. PERT (Project Evaluation and Review Technique) ... 25

2.3.3.1. Teknik Perhitungan PERT ... 26

2.3.3.2. Kritikan terhadap PERT ... 29

2.4. Metode Penjadwalan Linear ... 29

2.4.1.LoB (Line of Balance) ... 29

2.4.1.1. Teknik Perhitungan LoB ... 31

2.4.1.2. Buffer ... 33

2.4.1.3. Metodologi Berbasis Lokasi ... 34

2.4.1.4. Kritikan Terhadap LoB ... 36

2.4.2. Time Chainage Diagram ... 37

2.4.2.1. Format Time Chainage Diagram ... 37

2.4.2.2. Kritikan terhadap Time Chainage Diagram ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Obyek Penelitian ... 41

3.3. Lokasi Penelitian ... 43

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1. Data Primer ... 45

3.4.2. Data Sekunder ... 45

3.5. Metode Analisis Data ... 45

3.6. Metode Komparasi ... 45

BAB IV DATA PENELITIAN 4.1. Data Penelitian ... 47

4.1.1. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Gedung ... 47

4.1.1.1. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek Gedung Teaching Hospital ... 47

4.1.1.2. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek Gedung RSUD Kota Pekalongan ... 53

4.1.1.3. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek Gedung Season City (Mall dan Apartment ... 55

4.1.1.4. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek Gedung Mangga Dua Hotel dan Residence ... 60


(8)

viii

4.1.1.5. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Gedung The Lavande Apartment ... 63

4.1.2. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Jalan ... 67

4.1.2.1. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Jalan Pati-Rembang-Bulu ... 67

4.1.2.2. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek Jalan dan Jembatan Trengguli-Kudus-Pati ... 67 4.1.2.3. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Jalan Weleri-Semarang ... 68

4.1.2.4. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Jalan Semarang-Demak ... 69

4.1.2.5. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Jalan Demak Bypass ... 70

4.1.3. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Bangunan Air ... 71

4.1.3.1. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek Graving Dock ... 71 4.1.3.2. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Waduk Panohan Tahap III ... 74

4.1.3.3. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Bendungan Gonggang ... 74

4.1.3.4. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Sabo DAM PU-RD3 ... 75

4.1.3.5. Data Metode Perencanaan dan Penjadwalan untuk Proyek

Embung Tambak Boyo Tahap V ... 76

4.2. Tabulasi Data ... 77

BAB V HASIL ANALISA DATA

5.1. Hasil Analisa Data ... 78

5.1.1. Analisa Hubungan Logika Ketergantungan Pada Proyek Teaching

Hospital Gedung A ... 79

5.1.2. Elaborasi Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek dengan Bar

Chart ... 82

5.1.2.1. Bar Chart Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 82


(9)

ix

5.1.2.3. Bar Chart Proyek Graving Dock ... 86

5.1.3. Elaborasi Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek dengan CPM . 87 5.1.3.1. CPM Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 87

5.1.3.2. CPM Proyek Jalan Demak Bypass ... 91

5.1.3.3. CPM Proyek Graving Dock ... 92

5.1.4. Elaborasi Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek dengan PDM . 93 5.1.4.1. PDM Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 94

5.1.4.2. PDM Proyek Jalan Demak Bypass ... 97

5.1.4.3. PDM Proyek Graving Dock ... 98

5.1.5. Elaborasi Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek dengan PERT 99 5.1.5.1. PERT Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 99

5.1.5.2. PERT Proyek Jalan Demak Bypass ... 105

5.1.5.3. PERT Proyek Graving Dock ... 110

5.1.6. Elaborasi Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek dengan LoB .. 114

5.1.6.1. LoB Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 115

5.1.6.2. LoB Proyek Jalan Demak Bypass ... 119

5.1.6.3. LoB Proyek Graving Dock ... 125

5.1.7. Elaborasi Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek dengan Time Chainage Diagram ... 125

5.1.7.1. Time Chainage Diagram Proyek Teaching Hospital Gedung A 126 5.1.7.2. Time Chainage Diagram Proyek Jalan Demak Bypass ... 127

5.1.7.3. Time Chainage Diagram Proyek Graving Dock ... 130

5.2. Diskusi/Perbandingan Masing-masing Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek ... 131

5.2.1. Hasil Pembahasan Metode Bar Chart ... 131

5.2.2. Hasil Pembahasan CPM ... 133

5.2.3. Hasil Pembahasan PDM ... 136

5.2.4. Hasil Pembahasan Metode PERT ... 139

5.2.5. Hasil Pembahasan Metode LoB ... 139

5.2.6. Hasil Pembahasan Metode Time Chainage Diagram ... 139

5.3. Analisa Komparasi ... 140

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 142


(10)

x

6.2. Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 145

LAMPIRAN A. Tabel Distribusi Standar Normal Kumulatif Z Negatif ... 148

B. Tabel Distribusi Standar Normal Kumulatif Z Positif ... 149

C. Data Estimasi Durasi PERT Pada Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 150

D. Data Estimasi Durasi PERT Pada Proyek Jalan Demak Bypass ... 151


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bar Chart atau Gannt Chart ... 9

Gambar 2.2. Bar Chart untuk Tiga Unit Berulang ... 10

Gambar 2.3. LinkedGantt Chart ... 10

Gambar 2.4. Gambar AOA ... 14

Gambar 2.5. Kegiatan Semu atau Dummy ... 15

Gambar 2.6. Variasi Float dari Suatu Kegiatan ... 16

Gambar 2.7. Penggunaan Dummy Pada CPM untuk Memecah Kegiatan Pada Kegiatan yang Berulang ... 17

Gambar 2.8. Konstrain Finish to Start ... 19

Gambar 2.9. Konstrain Start to Start ... 19

Gambar 2.10. Konstrain Finish to Finish ... 20

Gambar 2.11. Konstrain Start to Finish ... 20

Gambar 2.12. Lambang Kegiatan PDM ... 21

Gambar 2.13. Dummy Start dan Finish Pada PDM ... 21

Gambar 2.14. Hubungan Kegiatan i dan j ... 22

Gambar 2.15. Kegiatan Splitable ... 23

Gambar 2.16. Kegiatan Non-Splitable ... 23

Gambar 2.17. Diagram Jaringan Kerja PDM Untuk Tiga Unit Berulang ... 25

Gambar 2.18. Bagan Balok Transfer dari Jaringan Kerja PDM ... 25

Gambar 2.19. Kurva Distribusi Beta ... 26

Gambar 2.20. Kurva Distribusi Normal ... 27

Gambar 2.21. Diagram PERT Precedence Network dengan Waktu yang Diharapkan (te) dan Standar Deviasi (s) ... 28

Gambar 2.22. Hubungan antara LoB Kuantitas q dan Waktu t ... 31

Gambar 2.23. Contoh Format LoB Yang Menunjukkan Informasi Yang Dimuat dalam PDM ... 32

Gambar 2.24. Penjadwalan LoB Yang Menunjukkan Adanya Konflik Yang Harus Dihindari ... 33

Gambar 2.25. Time dan Space Buffer ... 34


(12)

xii

Gambar 2.27. Keseimbangan Produksi dari Tiga Tugas dalam LoB ... 35

Gambar 2.28. Flowline dari Empat Tugas Yang Menunjukkan Delay ... 35

Gambar 2.29. Layout Proyek Tipikal untuk Persiapan LBS ... 36

Gambar 2.30. LBS untuk Proyek Tipikal ... 36

Gambar 2.31. Bentuk Umum dari Metode Time Chainage Diagram ... 38

Gambar 2.32. Contoh Metode Time Chainage Diagram Pada Gedung Bertingkat ... 39

Gambar 3.1. Site Plan Teaching Hospital ... 42

Gambar 3.2. 3D Teaching Hospital ... 42

Gambar 3.3. Lokasi Penelitian Proyek Teaching Hospital ... 43

Gambar 3.4. Layout Proyek Jalan Demak Bypass ... 44

Gambar 3.5. Lokasi Proyek Graving Dock ... 44

Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian ... 46

Gambar 4.1. Linked Bar Chart Pada Proyek Gedung Teaching Hospital (1/4) ... 49

Gambar 4.1. Linked Bar Chart Pada Proyek Gedung Teaching Hospital (2/4) ... 50

Gambar 4.1. Linked Bar Chart Pada Proyek Gedung Teaching Hospital (3/4) ... 51

Gambar 4.1. Linked Bar Chart Pada Proyek Gedung Teaching Hospital (4/4) ... 52

Gambar 4.2. Penjelasan Warna Pada Linked Bar Chart Proyek Gedung Teaching Hospital ... 52

Gambar 4.2. Penjelasan Warna Pada Linked Bar Chart Proyek Gedung Teaching Hospital ... 53

Gambar 4.3. Bar Chart Pada Proyek Gedung RSUD Kota Pekalongan ... 54

Gambar 4.4. Penjelasan Warna Pada Bar Chart Proyek Gedung RSUD Kota Pekalongan ... 55

Gambar 4.5. Bar Chart Pada Proyek Gedung Seasons City (1/3) ... 57

Gambar 4.5. Bar Chart Pada Proyek Gedung Seasons City (2/3) ... 58

Gambar 4.5. Bar Chart Pada Proyek Gedung Seasons City (3/3) ... 59

Gambar 4.6. Bar Chart Pada Proyek Gedung Mangga Dua Hotel dan Residence (1/2) . 61 Gambar 4.6. Bar Chart Pada Proyek Gedung Mangga Dua Hotel dan Residence (2/2) . 62 Gambar 4.7. Bar Chart Pada Proyek Gedung The Lavande Apartment (1/3) ... 64

Gambar 4.7. Bar Chart Pada Proyek Gedung The Lavande Apartment (2/3) ... 65

Gambar 4.7. Bar Chart Pada Proyek Gedung The Lavande Apartment (3/3) ... 66

Gambar 4.8. Bar Chart Pada Proyek Jalan Pati-Rembang-Bulu ... 67


(13)

xiii

Gambar 4.10. Bar Chart Pada Proyek Jalan Weleri-Semarang ... 69

Gambar 4.11. Bar Chart Pada Proyek Jalan Semarang-Demak ... 70

Gambar 4.12. Bar Chart Pada Proyek Jalan Demak Bypass ... 71

Gambar 4.13. Linked Bar Chart Pada Proyek Graving Dock (1/2) ... 72

Gambar 4.13. Linked Bar Chart Pada Proyek Graving Dock (2/2) ... 73

Gambar 4.14. Bar Chart Pada Proyek Waduk Panohan Tahap III ... 74

Gambar 4.15. Bar Chart Pada Proyek Bendungan Gonggang ... 75

Gambar 4.16. Bar Chart Pada Proyek Sabo DAM PU-RD3 ... 76

Gambar 4.17. Bar Chart Pada Proyek Embung Tambakboyo Tahap V ... 76

Gambar 5.1. Grafik Persentase Penggunaan Metode Bar Chart ... 78

Gambar 5.2. Linked Bar Chart Teaching Hospital Gedung A ... 79

Gambar 5.3. Efek Perubahan Durasi Linked Bar Chart Column, Beam & Slab Lantai 1 Dengan Hubungan SS ... 80

Gambar 5.4. Kelemahan Paket Software MS Project ... 80

Gambar 5.5. Efek Perubahan Durasi Linked Bar Chart Column, Beam & Slab Lantai 1 Dengan Hubungan FS ... 81

Gambar 5.6. Bar Chart Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 84

Gambar 5.7. Bar Chart Proyek Jalan Demak Bypass ... 85

Gambar 5.8. Bar Chart Proyek Graving Dock ... 86

Gambar 5.9. CPM Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 88

Gambar 5.10. Diagram Network ... 89

Gambar 5.11. Contoh Item Kegiatan Pada CPM Yang Terputus Link-nya ... 89

Gambar 5.12. CPM Perbaikan dari Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 90

Gambar 5.13. CPM Proyek Jalan Demak Bypass ... 91

Gambar 5.14. CPM Proyek Graving Dock ... 92

Gambar 5.15. Lambang PDM ... 93

Gambar 5.16. PDM Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 94

Gambar 5.17. Item Kegiatan Pada PDM Yang Terputus Link-nya ... 95

Gambar 5.18. PDM Perbaikan dari Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 96

Gambar 5.19. PDM Proyek Jalan Demak Bypass ... 97

Gambar 5.20. PDM Proyek Graving Dock ... 98

Gambar 5.21. PERT Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 101


(14)

xiv

Gambar 5.23. PERT Proyek Jalan Demak Bypass ... 106

Gambar 5.24. Analisis Kurva Distribusi Normal Proyek Jalan Demak Bypass ... 108

Gambar 5.25. PERT Proyek Graving Dock ... 111

Gambar 5.26. Analisis Kurva Distribusi Normal Proyek Graving Dock ... 113

Gambar 5.27. Network Diagram dari Paket Kegiatan Tiap Lantai Tipikal Teaching Hospital Gedung A ... 115

Gambar 5.28. Diagram LoB Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 117

Gambar 5.29. Perbaikan 1 Diagram LoB Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 118

Gambar 5.30. Perbaikan 2 Diagram LoB Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 119

Gambar 5.31. WBS Proyek Jalan ... 120

Gambar 5.32. Network Diagram Tiap Section Divisi Pekerjaan ... 121

Gambar 5.33. Diagram LoB Proyek Jalan Demak Bypass ... 123

Gambar 5.34. Perbaikan 1 Diagram LoB Proyek Jalan Demak Bypass ... 124

Gambar 5.35. Perbaikan 2 Diagram LoB Proyek Jalan Demak Bypass ... 125

Gambar 5.36. Time Chainage Diagram Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 126

Gambar 5.37. Time Chainage Diagram Proyek Jalan Demak Bypass ... 127

Gambar 5.38. Perbaikan Time Chainage Diagram Proyek Jalan Demak Bypass ... 129

Gambar 5.39. Efek Keterlambatan Pada Bar Chart ... 131

Gambar 5.40. Bobot Pekerjaan Pada Bar Chart ... 132

Gambar 5.41. Kegiatan Splitable Pada Bar Chart ... 133

Gambar 5.42. Penggunaan Dummy dan Pemecahan Kegiatan Pada CPM ... 134

Gambar 5.43. Inefisiensi Sumber Daya Pada CPM ... 135

Gambar 5.44. Diagram CPM Yang Ditransfer ke PDM ... 136

Gambar 5.45. Rangkaian Kegiatan Kritis Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 137


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Hitungan Maju dan Mundur Kegiatan Splitable ... 23

Tabel 2.2. Hitungan Maju dan Mundur Kegiatan Non-Splitable ... 24

Tabel 4.1. Item Pekerjaan Pada Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 48

Tabel 4.2. Data Metode Penjadwalan Pada Proyek Gedung ... 77

Tabel 4.3. Data Metode Penjadwalan Pada Proyek Jalan ... 77

Tabel 4.4. Data Metode Penjadwalan Pada Proyek Bangunan Air ... 77

Tabel 5.1. List of Activity dan Durasi pada Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 83

Tabel 5.2. List of Activity dan Durasi pada Proyek Jalan Demak Bypass ... 85

Tabel 5.3. List of Activity dan Durasi pada Proyek Graving Dock ... 86

Tabel 5.4. Estimasi Durasi PERT pada Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 100

Tabel 5.5. Estimasi Durasi PERT Proyek Jalan Demak Bypass ... 105

Tabel 5.6. Estimasi Durasi PERT Proyek Graving Dock ... 110

Tabel 5.7. Daftar Paket Pekerjaan dari Tiap Lantai Tipikal ... 115

Tabel 5.8. LoB Schedule Pada Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 116

Tabel 5.9. Perbaikan 1 LoB Schedule Proyek Teaching Hospital GedungA ... 117

Tabel 5.10. Perbaikan 2 LoB Schedule Proyek Teaching Hospital Gedung A ... 118

Tabel 5.11. Daftar Divisi Pekerjaan ... 121

Tabel 5.12. LoB Schedule pada Proyek Jalan Demak Bypass ... 122

Tabel 5.13. Perbaikan 1 LoB Schedule pada Proyek Jalan Demak Bypass ... 123

Tabel 5.14. Perbaikan 2 LoB Schedule pada Proyek Jalan Demak Bypass ... 124

Tabel 5.15. Analisa Komparasi Metode Perencanaan dan Penjadwalan Proyek (1/2) ... 140


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menghadapi tuntutan globalisasi, perusahaan dituntut untuk bisa meningkatkan profesionalisme manajemen yang tinggi dan berusaha untuk mengambil tindakan dan strategi yang tepat, karena hanya perusahaan yang mempunyai keunggulan kompetitif saja yang akan mampu bertahan. Dalam suatu proyek pembangunan, perencanaan merupakan masalah yang sangat penting. Suatu perencanaan diperlukan dan dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proyek sehingga proyek dapat dilaksanakan dengan waktu yang efisien. Tanpa perencanaan yang tepat maka bukanlah tidak mungkin bila suatu proyek akan mengalami kegagalan yang akan merugikan perusahaan, misalnya pemborosan waktu dan tenaga kerja yang mengakibatkan peningkatan biaya. Oleh karena itu, perencanaan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik proyek yang bersangkutan sangatlah diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian kondisi proyek sehingga penjadwalan pelaksanaan suatu proyek sangat penting supaya proyek dapat dilaksanakan dengan waktu dan biaya yang efisien.

Perencanaan meliputi penetapan keputusan mengenai apa (what) yang diharapkan

untuk dikerjakan, kapan (when) hal tersebut akan dikerjakan, siapa (who) yang akan

melaksanakannya, dan bagaimana (how) sasaran tujuan akan dicapai. Perencanaan

merupakan tanggung jawab manajemen yaitu mengelola seoptimal mungkin segala sumber daya yang tersedia dalam perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam melaksanakan aktivitas proyek adalah terbatas. Dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya tersebut, diperlukan suatu perencanaan yang matang dan baik agar dapat menggunakan sumber daya secara efisien. Perencanaan yang baik dan matang adalah suatu hal yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam setiap kegiatan pelaksanaan proyek, sehingga akan turut menunjang tercapainya tujuan perusahaan konstruksi.

Manajemen merupakan proses terpadu di mana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring berjalannya waktu. Sasaran manajemen yang ada pada usaha jasa konstruksi berbeda dengan manajemen pada usaha jasa non konstruksi. Manajemen proyek bersifat unik dan berdurasi terbatas. Dikatakan unik karena tidak ada


(17)

2 proyek yang memiliki karakter sama. Setiap proyek memiliki spesifikasi serta kondisi yang berbeda. Dikatakan berdurasi terbatas karena proyek konstruksi mempunyai waktu kegiatan awal dan akhir. Sehingga menuntut perhatian yang khusus dalam menyusun urutan-urutan rencana pelaksanaan. Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu (Ervianto, 2005 : 21), ditambah dengan

terjaminnya faktor keselamatan (safety) (Husen, 2008 : 77).

Adapun perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen proyek, karena untuk mencapai tujuan, manajemen harus membuat langkah-langkah proaktif dalam melakukan perencanaan yang komprehensif agar sasaran dan tujuan dapat dicapai. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses yang ada di dalamnya dapat diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal. Secara filosofis perencanaan mencakup empat hal, yaitu aman, efektif, efisien, dan mutunya terjamin. Produk dari perencanaan adalah dasar acuan bagi kegiatan selanjutnya seperti pelaksanaan dan pengendalian. Proses dari perencanaan harus dapat mengantisipasi situasi proyek yang belum jelas dan penuh ketidakpastian. Ini karena aspek utama dari perencanaan adalah peramalan, yang tergantung pada pengetahuan teknis dan subjektifitas perencana. Karena itu, pada periode selanjutnya, masih dibutuhkan penyempurnaan dan tindakan koreksi sesuai perkembangan kondisi proyek.

Salah satu hasil dari perencanaan adalah penjadwalan proyek, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat terperinci dan sangat detail. Hal ini

dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling

proyek adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husen, 2008 : 133). Metode

menyusun jadwal yang terkenal adalah analisis jaringan kerja (network analysis), yang

menggambarkan dalam suatu grafik hubungan urutan pekerjaan proyek. Pekerjaan yang harus mendahului atau didahului oleh pekerjaan lain diidentifikasi dalam kaitannya dengan


(18)

3 waktu. Jaringan kerja ini sangat berfaedah untuk perencanaan dan pengendalian proyek dari segi waktu. Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan proyek karena dana yang dikelola sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya juga besar, kegiatan yang dilakukan sangat beragam serta durasi proyek menjadi sangat panjang.

Tahap selanjutnya dari manajamen proyek adalah pengendalian. Pengendalian proyek adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang sangat mempengaruhi hasil akhir proyek, pengendalian mempunyai tujuan utama meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama proses belangsungnya proyek. Menurut Mockler R.J. (1972), pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan penyimpangan, kemudian melakukan tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian membutuhkan standar atau tolok ukur sebagai pembanding, alat ukur kerja, dan tindakan koreksi yang akan dilakukan bila terjadi penyimpangan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian dapat berupa pengawasan, pemeriksaan, serta tindakan koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.

Sumber daya proyek khususnya proyek konstruksi terdiri dari material, tenaga kerja, pendanaan, metode pelaksanaan dan peralatan. Sumber daya direncanakan untuk mencapai sasaran proyek dengan batasan waktu, biaya dan mutu. Tantangan pada pelaksanaan proyek adalah bagaimana merencanakan jadwal waktu yang efektif dan perencanaan biaya yang efisien tanpa mengurangi mutu. Waktu dan biaya merupakan dua hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka para kontraktor, developer maupun pemilik

proyek mempunyai schedule pelaksanaan atau penjadwalan waktu pelaksanaan proyek dan

sekaligus yang dapat mengontrol pelaksanaan proyek itu sendiri. Pada umumnya dalam penjadwalan waktu kontraktor (Pelaksana Proyek), developer (Pengembang) atau pemilik proyek biasanya menggunakan salah satu dari beberapa metode umum yang biasa


(19)

4 Diagram (CPM,PDM,PERT), serta Metode Penjadwalan Linear (Line of Balance, dan Time Chainage Diagram).

Meskipun demikian mengingat metode tersebut berfungsi sebagai alat, maka penggunaannya tergantung pada ketepatan pemilihan metode yang digunakan sesuai dengan tipe dan karakteristik proyek konstruksi yang direncanakan, penguasaan teknik sepenuhnya oleh perencana, maupun pemahaman aplikasinya oleh penyelia yang hendak menerapkannya di lapangan. Karakteristik dari proyek konstruksi ada yang bersifat sederhana, kompleks, mempunyai hubungan ketergantungan antar kegiatan, mempunyai durasi waktu yang deterministik dan probabilistik, dan ada juga yang mempunyai sifat linear dan repetitif. Oleh karena itu, sehubungan dengan pentingnya pemilihan metode penjadwalan yang sesuai dengan tipe dan karakteristik proyek konstruksi dan demi menjamin kelancaran pelaksanaan suatu proyek maka penulis tertarik untuk mempelajari

masalah penjadwalan proyek dengan judul: “Eksplorasi Metode Bar Chart, CPM, PDM,

PERT, Line of Balance dan Time Chainage Diagram dalam Penjadwalan Proyek

Konstruksi”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diteliti meliputi:

1. Apakah metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang umum dipakai di

Indonesia ?

2. Bagaimana perbandingan masing-masing metode perencanaan dan penjadwalan

proyek tersebut untuk mencari karakter yang sesuai dengan sifat proyek ?

3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode perencanaan dan

penjadwalan proyek tersebut ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Mencari metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang umum dipakai di

Indonesia.

b. Membandingkan masing-masing metode perencanaan dan penjadwalan proyek

untuk mencari karakter yang sesuai dengan sifat proyek.

c. Melakukan simulasi masing-masing metode perencanaan dan penjadwalan proyek


(20)

5

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Diharapkan dapat memberikan masukan sebagai alat informasi penjadwalan proyek

bagi para kontraktor, developer serta pihak-pihak yang terkait agar dapat memilih dan menerapkan metode perencanaan dan penjadwalan proyek sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi sehingga mampu meningkatkan pengendalian waktu dan biaya dalam pelaksanaan proyek.

b. Bagi dunia pendidikan, diharapkan dapat menambah wawasan terutama di bidang

manajemen konstruksi mengenai metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi.

1.5. Batasan Masalah

Perencanaan dan penjadwalan proyek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang perbandingan masing-masing metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi. Adapun proses analisa yang dilakukan yaitu

dengan membandingkan metode Bar Chart, CPM, PDM, PERT, Line of Balance dan Time

Chainage Diagram dari proyek gedung, jalan, dan bangunan air.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini disusun dalam 6 bab, dengan rincian sebagai berikut : a. Bab I : Pendahuluan

Mengemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

b. Bab II : Kajian Pustaka

Berisi penjelasan tentang pengertian konsep penjadwalan proyek konstruksi, Bar Chart,

metode Network Diagram, dan metode penjadwalan linier.

c. Bab III : Metode Penelitian

Berisi penjelasan tentang jenis penelitian, obyek penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode komparasi.

d. Bab IV : Data Penelitian

Berisi penjelasan tentang data penelitian, dan tabulasi data metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang digunakan.


(21)

6 e. Bab V : Pembahasan

Berisi penjelasan tentang hasil analisa data dan diskusi/perbandingan masing-masing metode perencanaan dan penjadwalan proyek.

f. Bab VI : Kesimpulan dan Saran

Berisi penjelasan tentang kesimpulan yang dapat diambil mengenai perbandingan metode perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi dari hasil penelitian ini, serta saran-saran yang dapat diberikan.


(22)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penjadwalan Proyek Konstruksi

Proyek merupakan rangkaian kegiatan yang mempunyai dimensi waktu, fisik dan biaya guna mewujudkan gagasan serta mendapatkan tujuan tertentu. Rangkaian kegiatan ini terdiri atas tahap studi kelayakan, tahap perencanaan dan perancangan, tahap pelelangan/tender, dan tahap pelaksanaan konstruksi. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa perencanaan adalah salah satu bagian yang penting dalam proyek konstruksi. Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-asumsi mengenai keadaan di masa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tiga unsur utama yang

menjadi pertimbangan dalam perencanaan adalah waktu (time), biaya (cost), dan mutu

(quality). Dengan perencanaan yang tepat maka seluruh kegiatan proyek dapat dimulai dan selesai dengan alokasi waktu yang cukup, biaya serendah mungkin dan mutu yang dapat diterima (Soeharto, 1999).

Dalam perencanaan proyek seorang pengambil keputusan dihadapkan pada pilihan dalam menetapkan sumber daya yang tepat. Salah satu bagian perencanaan adalah

penjadwalan (scheduling), di mana penjadwalan ini merupakan gambaran dari suatu proses

penyelesaian dan pengendalian proyek. Dalam penjadwalan ini akan tampak uraian pekerjaan, durasi atau waktu penyelesaian setiap pekerjaan, waktu mulai dan akhir setiap pekerjaan dan hubungan ketergantungan antara masing-masing kegiatan.

Pada umumnya penjadwalan proyek dikerjakan oleh konsultan perencana dan

kemudian dikoordinasikan dengan kontraktor dan pemilik (owner) dengan ketentuan yang

telah disepakati dalam kontrak. Dengan demikian, maka penjadwalan waktu setiap kegiatan proyek perlu diatur secara efisien dan seoptimal mungkin sehingga tidak akan terjadi keterlambatan penjadwalan waktu, maka kontraktor membuat pengelolaan penjadwalan proyek sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi yang direncanakan dan kondisi di lapangan pada waktu pelaksanaan, serta mudah untuk dimonitoring pada setiap waktu. Untuk penjadwalan waktu, yang akan dibahas pada penelitian ini adalah elaborasi

antara Metode Bar Chart, Metode Network Diagram (CPM,PDM,PERT), serta Metode


(23)

8

2.2. Bar Chart (Bagan Balok)

Bar Chart (bagan balok) diperkenalkan pertama kali oleh Henry L. Gantt pada

tahun 1917 semasa Perang Dunia I. Oleh karena itu, Bar Chart sering disebut juga dengan

nama Gantt Chart sesuai dengan nama penemunya. Sebelum ditemukannya metode ini,

belum ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam aspek perencanaan dan

pengendalian proyek (Soeharto, 1999 : 236). Gantt menciptakan teknik ini untuk

memeriksa perkiraan durasi tugas versus durasi aktual. Sehingga dengan melihat sekilas, pemimpin proyek dapat melihat kemajuan pelaksanaan proyek.

Sekarang ini, metode bagan balok masih digunakan secara luas dan merupakan metode yang umum digunakan sebagian besar penjadwalan dan pengendalian di industri konstruksi, terutama untuk menyusun jadwal induk suatu proyek, baik dari mulai kontraktor kecil sampai dengan kontraktor besar, dari sektor swasta sampai dengan BUMN. Menurut Soeharto (1999) metode ini dapat berdiri sendiri maupun dikombinasikan dengan metode lain yang lebih canggih.

2.2.1. Format Bar Chart

Dalam Bar Chart (Bagan Balok), kegiatan digambarkan dengan balok horizontal.

Panjang balok menyatakan lama kegiatan dalam skala waktu yang dipilih. Bagan balok

terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket kerja dari lingkup proyek dan

digambarkan sebagai balok, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu dalam hari,

minggu, atau bulan sebagai durasinya (Husen, 2008 : 135). Di sini, waktu mulai dan waktu akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-balok yang bersangkutan (Soeharto, 1999 : 235).

Pada bagan balok juga dapat ditentukan milestone atau tonggak kemajuan sebagai

bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran produktifitas proyek secara

keseluruhan. Sedangkan untuk proses updating, bagan balok dapat diperpendek atau

diperpanjang, yang menunjukkan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau berkurang

sesuai kebutuhan dalam proses perbaikan jadwal (Husen, 2008 : 135).Format bagan balok

ini sangat informatif, mudah dibaca dan efektif untuk komunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana baik dengan manual maupun dengan menggunakan komputer.


(24)

9

Durasi Bobot

(minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pekerjaan persiapan 1,000,000 2 2.22% 1.111 1.1110.00%

2 Pekerjaan galian tanah 500,000 2 1.11%0.00% 0.556 0.556

3 Pekerjaan pondasi 1,500,000 3 3.33%0.00% 1.111 1.111 1.111

4 Pekerjaan beton bertulang 10,000,000 2 22.22%0.00% 11.11 11.11

5 Pekerjaan pasangan/plesteran 2,000,000 3 4.44%0.00% 1.481 1.481 1.481

6 Pekerjaan pintu jendela 6,000,000 2 13.33%0.00% 6.667 6.667

7 Pekerjaan atap 7,000,000 2 15.56%0.00% 7.778 7.778

8 Pekerjaan langit-langit 2,000,000 2 4.44%0.00% 2.222 2.222

9 Pekerjaan lantai 5,000,000 2 11.11%0.00% 5.556 5.556

10 Pekerjaan finishing 10,000,000 2 22.22%0.00% 11.11 11.11

45,000,000

100%

1.111 1.667 1.667 12.22 13.7 8.148 15.93 15.56 18.89 11.11

1.111 2.778 4.444 16.67 30.37 38.52 54.44 70 88.89 100

Minggu

NILAI NOMINAL PRESTASI PER MINGGU PRESTASI KUMULATIF

No. Deskripsi Nilai (Rp)

Gambar 2.1. Bar Chart atau Gantt Chart

(Sumber : Ervianto, 2005 : 166)

2.2.2. Kritikan Terhadap Metode Bar Chart

Sebagai metode yang umum digunakan dalam penjadwalan proyek konstruksi,

penyajian informasi dalam Bar Chart agak terbatas, misalnya Bar Chart tidak dapat secara

spesifik menunjukkan urutan kegiatan dan hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain sehingga kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas atau lebih penting dari yang lain di dalam suatu proyek tidak dapat dilihat. Selain itu, lintasan kritis kegiatan proyek juga tidak dapat diketahui, maka apabila terjadi keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi sukar untuk dilakukan (Husen, 2008 : 135). Masalah ini diperparah dengan meningkatnya ukuran dan kompleksitas proyek,

sehingga Manajer Konstruksi yang menggunakan Bar Chart akan mengalami kesulitan

dalam mengubah atau memperbarui data kegiatan tertentu yang dapat menyebabkan tambahan perubahan di dalam hubungan dengan kegiatan yang lain. Dengan demikian usaha untuk memperbarui data akan mengakibatkan frustasi atau kegagalan (Srigungvarl,


(25)

10

Gambar 2.2. Bar Chart untuk Tiga Unit Berulang

(Sumber : Laksito, 2005)

Gambar 2.2 di atas menunjukkan Bar Chart untuk tiga unit berulang, di mana hubungan

ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain tidak dapat ditunjukkan secara spesifik.

Kekurangan dari metode Bar Chart sebagian dapat diatasi dengan Linked Gantt

Chart. Hasilnya kemudian adalah seperti jadwal jaringan yang dapat menunjukkan hubungan ketergantungan antar kegiatan sehingga dapat memecahkan masalah urutan

kegiatan di dalam kompleksitas proyek (Harrison, 1985 (dalam Arditi et al., 2002(2))).

ACTIVITY 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

BULK EXCAV. SERV. EXCAV. FOOT. EXCAV. CONCR. FOOT STEEL FRAME CONCR. SLAB WALLS ROOF ELECTRICAL PLUMBING CLEANUP

TIME IN DAYS

Gambar 2.3. Linked Gantt Chart


(26)

11

2.3. Metode Network Diagram

Metode Network Diagram atau metode jaringan kerja diperkenalkan pada tahun

50-an oleh tim perusaha50-an DuPont dan Rand Corporation untuk mengembangkan sistem

kontrol manajemen. Metode ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam

masalah desain-engineering, konstruksi, dan pemeliharaan. Metode ini relatif lebih sulit,

hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis (Husen, 2008 : 138).

Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah

penyempurnaan metode Bar Chart, karena dapat memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode tersebut. Jaringan kerja merupakan metode yang mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek, dan selanjutnya dapat memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1999 : 238).

Dalam penyusunan suatu jaringan kerja proyek, terdapat tiga unsur penting yang

harus diketahui (Moder et al., 1983) :

1. Inventarisasi kegiatan

Proses inventarisasi kegiatan ini adalah pemecahan suatu proyek menjadi beberapa komponen utama proyek. Komponen utama ini selanjutnya dipecah lagi menjadi beberapa komponen, sehingga pada akhirnya diperoleh paket-paket pekerjaan.

Proses ini dikenal dengan nama Work Breakdown Structure (WBS).

2. Logika Ketergantungan

Pemecahan proyek menjadi paket-paket pekerjaan, harus memperhatikan urutan pekerjaan yang akan dilakukan. Pekerjaan yang mana yang mendahului, pekerjaan mana yang mengikuti, dan pekerjaan mana yang dapat dilakukan bersamaan (tidak tergantung pada kegiatan yang lain).

3. Perkiraan Waktu

Perkiraan waktu ini merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan. Waktu ini berhubungan dengan biaya proyek. Pada umumnya bila waktu pelaksanaan bertambah panjang, maka biaya pelaksanaan

akan bertambah besar. Hal ini disebabkan oleh biaya overhead yang bergantung

pada waktu pelaksanaan. Beberapa faktor yang menentukan lamanya kegiatan (Setyawan, 2007), yaitu :


(27)

12

a) Volume Pekerjaan

Suatu pekerjaan yang volumenya besar membutuhkan waktu pekerjaan yang lebih lama. Apabila ingin mempercepat pelaksanaan, biasanya diadakan penambahan tenaga kerja, waktu dan peralatan atau bisa juga dengan merubah metode pelaksanaan.

b) Tenaga Kerja

Tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap lamanya penyelesaian setiap kegiatan. Hal ini dikaitkan dengan produktifitas kerja para pekerja tersebut, yang dipengaruhi oleh :

· Kualitas pengawasan

· Kondisi alam di sekitar proyek

· Efisiensi rencana kerja

· Kualitas tenaga kerja

· Jumlah jam kerja per hari

c) Cuaca

Cuaca yang buruk dapat mempengaruhi kecepatan penyelesaian proyek, juga dapat menurunkan kualitas hasil kerja.

d) Lokasi Proyek

Berhubungan dengan kemudahan dan kesukaran dalam mendapatkan dan mentransformasikan sumber daya. Hal ini secara langsung mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek.

e) Prosedur Perkiraan Waktu

· Setiap pekerjaan dievaluasi secara terpisah untuk setiap kegiatan.

Perkiraan jumlah material, tenaga kerja, dan peralatan yang dipakai dapat diperkirakan berdasarkan pengalaman.

· Hitung durasi kegiatan dengan membagi volume kegiatan dengan

produktifitas tenaga kerja dan peralatan. Biasanya durasi kegiatan dinyatakan dalam hari kerja.

· Tambahan faktor ketidakpastian waktu terhadap durasi yang diperoleh.


(28)

13 Ada beberapa macam metode analisis jaringan kerja yang dapat digunakan dalam penjadwalan waktu proyek, antara lain (Soeharto, 1999 : 254) :

a) Critical Path Method (CPM)

b) Precedence Diagramming Method (PDM)

c) Project Evaluation and Review Technique (PERT)

Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam Network Diagram adalah sebagai berikut :

a. Earliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat dimulai, dengan memperhitungkan waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan kegiatan.

b. Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek.

c. Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan. d. Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu

kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan. e. Duration (D) adalah kurun waktu kegiatan.

2.3.1. CPM (Critical Path Method)

CPM dikembangkan pada tahun 1957 oleh J.E. Kelly dari Remington Rand dan

M.R. Walker dari DuPont untuk membantu pembangunan dan pemeliharaan pabrik kimia

di Dupont (Prasetya dan Lukiastuti, 2009 : 33). Solusi CPM yang diadopsi oleh Kelly pada

dasarnya berasal dari “Linear Programming” dan menggunakan notasi “I-J” untuk

menggambarkan hubungan antar kegiatan (Weaver, 2006). Sekarang ini penjadwalan dengan menggunakan CPM sudah jarang dijumpai, dan pada umumnya hanya ditemukan di paper-paper akademik yang mana perhitungannya dilakukan secara manual (Weaver, 2006).

2.3.1.1. Teknik Perhitungan CPM

Activity on arrow atau sering disebut dengan CPM (Critical Path Method) terdiri atas anak panah dan lingkaran/segiempat. Anak panah menggambarkan kegiatan/aktivitas,

sedangkan lingkaran/segiempat menggambarkan kejadian (event). Kejadian (event) di awal

anak panah disebut ”I”, sedangkan kejadian (event) di akhir anak panah disebut ”J”


(29)

14

Setiap activity on arrow merupakan satu kesatuan dari seluruh kegiatan sehingga

kejadian (event) ”J” kegiatan sebelumnya juga merupakan kejadian (event) ”I” kegiatan

berikutnya.

Gambar 2.4. Gambar AOA (Sumber : Husen, 2008 : 139) Dimana:

i,j = Nomor peristiwa

X = Nama kegiatan

EET = Earliest Event Time (Saat Paling Awal Kegiatan)

LET = Latest Event Time (Saat Paling Lambat Kegiatan)

Y = Durasi kegiatan

ES = Earliest Start Time (Saat paling cepat untuk mulai kegiatan) EF = Earliest Finish Time (Saat paling cepat untuk akhir kegiatan) LS = Latest Start Time (Saat paling lambat untuk mulai kegiatan) LF = Latest Finish Time (Saat paling lambat untuk akhir kegiatan) Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut (Husen, 2008 : 139) :

· Diagram network dibuat dengan menggunakan anak panah untuk menggambarkan

kegiatan dan node-nya menggambarkan peristiwanya/event. Node pada permulaan

anak panah ditentukan sebagai I-Node, sedangkan pada akhir anak panah

ditentukan sebagai J-Node.

· Menggunakan perhitungan maju untuk memperoleh waktu mulai paling awal

(EETi) pada I-Node dan waktu mulai paling awal (EETj) pada J-Node dari seluruh kegiatan dengan mengambil nilai maksimumnya. Di sini berlaku pengertian bahwa waktu paling awal peristiwa terjadi adalah = 0. Adapun perhitungannya adalah : EETj = EETi + durasi X

· Menggunakan perhitungan mundur untuk memperoleh waktu selesai paling lambat

(LETi) pada I-Node dan waktu selesai paling lambat (LETj) pada J-Node dari seluruh kegiatan dengan mengambil nilai minimumnya. Adapun perhitungannya adalah : LETi = LETj - durasi X

· Di antara dua peristiwa tidak boleh ada 2 kegiatan, sehingga untuk menghindarinya

digunakan kegiatan semu atau dummy yang tidak mempunyai durasi.

LF EF I

EETi

LETi

J

EETj

LETj ES

LS

X


(30)

15

Gambar 2.5. Kegiatan Semu atau Dummy

(Sumber : Lembaga Administrasi Negara, 2007)

· Menggunakan CPM (Critical Path Method) atau metode lintasan kritis, di mana

pendekatan yang dilakukan deterministik hanya menggunakan satu jenis durasi pada kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan dengan kumpulan kegiatan yang mempunyai durasi terpanjang yang dapat diketahui bila kegiatannya mempunyai Total Float (TF) = 0.

· Float : batas toleransi keterlambatan suatu kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk

optimasi waktu dan alokasi sumber daya.

Ada tiga macam jenis Float, yaitu (Husen, 2008 : 140) :

a. TF (Total Float)

ü Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat

tanpa menunda waktu penyelesaian proyek.

ü Berguna untuk menentukan lintasan kritis, di mana TF = 0.


(31)

16 b. FF (Free Float)

ü Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat

tanpa menunda penyelesaian suatu kegiatan bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal peristiwa awalnya.

ü Berguna untuk alokasi sumberdaya dan waktu dengan memindahkan

ke kegiatan lain.

ü FFij = EETj – EETi - Durasiij

c. IF (Independent Float)

ü Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat

tanpa menunda penyelesaian suatu kegiatan bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling lambat peristiwa awalnya.

ü IFij = EETj – LETi - Durasiij

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

X X

21 25

X

L = 7 4 10

12 6

IF

FF

TF

Gambar 2.6. Variasi Float dari Suatu Kegiatan

(Sumber:Lembaga Administrasi Negara, 2007) 2.3.1.2. Kritikan Terhadap CPM

Metode network seperti CPM telah terbukti menjadi alat penjadwalan dan pengendalian proyek yang handal. Tetapi metode berbasis jaringan ini tidak cocok untuk proyek yang mempunyai sifat berulang, seperti yang telah ditulis secara luas dalam

literatur (Reda, 1990; Suhail dan Neal, 1994; Hegazy dan Wassef, 2001; Arditi et al.,

2002(1)), karena aktifitas berulang sering memiliki tingkat produktifitas yang berbeda. CPM

juga tidak memberikan efisien struktur untuk representasi tugas berulang. Semua tugas diwakili sama, dan tidak ada pertimbangan lokasi pekerjaan dalam jadwal, serta

memerlukan penggunaan dummy aktifitas sebagai suatu teknik yang tidak mudah dipahami

oleh semua orang untuk melengkapi logika jaringan (Hegazy dan Kamarah, 2008).


(32)

17 1

9 8

7

6 5

4 3 2

Mt 40% Mt 60%

Mp 40% Mp 60%

Mk 40% Mk 60%

Metode CPM tidak cocok untuk mewakili dan atau menyeimbangkan tingkat produksi aktifitas berulang. Dengan demikian, tingkat ketidakseimbangan produksi dapat secara negatif berdampak pada kinerja proyek yang dapat menyebabkan berhentinya pekerjaan, inefisiensi penggunaan alokasi sumber daya, dan peningkatan biaya proyek

(Lutz dan Halpin, 1992 (dalam Arditi et al., 2002(1))). Karena tidak mengindikasikan

tingkat produksi dalam jaringan CPM, maka situasi ini tidak akan pernah terantisipasi oleh penjadwal selama pengembangan suatu jaringan, dan juga tidak dapat dideteksi dalam analisis jaringan pada umumnya.

Kelemahan lain dari metode CPM menurut Laksito (2005) adalah hanya mengenal

hubungan finish to start saja. Oleh karena itu, apabila diterapkan pada proyek multiunit

penggunannya menjadi tidak efektif karena mengandung terlalu banyak hubungan dan

menciptakan kegiatan dummy yang sangat banyak.

Gambar 2.7. Penggunaan Dummy Pada CPM untuk Memecah Kegiatan

Pada Kegiatan yang Berulang (Sumber : Soeharto, 1999 : 279)

2.3.2. PDM (Precedence Diagram Method)

PDM dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Angkatan Laut AS yang bekerjasama

dengan Profesor Dr. John Fondahl dari Stanford University untuk mengembangkan metode

perhitungan CPM yang juga akan memecahkan penggunaan "Dummy" dependensi. Dr.

Fondahl membalik metode diagram AOA ke metode AON secara tradisional yang dikenal

dengan precedence method. Pada mulanya hanya ada hubungan FS saja. Proposal Dr

Fondahl diterbitkan sekitar tahun 1977 di Western Construction (Weaver, 2006). Segera

setelah itu, IBM mengembangkan program komputer yang mengoperasikan perhitungan

precedence network. Metode Fondahl ini kemudian menjadi pilihan untuk critical path

Keterangan : Mt : Menggali tanah Mp : Meletakkan pipa Mk : Menimbun kembali


(33)

18

method (Uher, 1996 : 33). Meskipun pendekatan secara subtansi berbeda antara CPM dan PDM, tetapi hasil perhitungannya sama (O’Brien dan Plotnit, 1999 : 11).

Precedence diagram sebenarnya adalah peninggalan/pengembangan dari bar chart. Kadang-kadang bahkan skala waktu kegiatan dan kalender ditempatkan di bagian atas, hal ini tentu saja adalah jadwal bukan logika diagram yang bukan skala waktu atau memiliki garis kalender. Pada periode tahun 1980-2000 kemampuan komputer diperluas sehingga banyak atribut tambahan yang ditambahkan ke jaringan PDM dasar analisis program,

seperti beberapa jenis hubungan, lag dan lead time values pada dependensi, beberapa

kalender, dan beberapa sumber daya pada kegiatan. Penggunaan fungsi-fungsi ini benar-benar membutuhkan pelatihan tingkat tinggi dan pengalaman dalam penjadwalan

konstruksi (Glenwright, 2004).

Menurut Ervianto (2005) kelebihan Precedence Diagram Method (PDM)

dibandingkan dengan CPM adalah PDM tidak memerlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga

pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana. Hal ini dikarenakan hubungan overlapping

yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan.

2.3.2.1. Hubungan Logika Ketergantungan PDM

Pada PDM juga dikenal adanya konstrain. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node, karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau selesai = (F). Maka di sini terdapat empat macam konstrain (Soeharto,1999 : 281-282), yaitu:

1. Konstrain selesai ke mulai – Finish to Start (FS)

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS (i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Proyek selalu menginginkan besar angka a sama dengan 0 kecuali bila dijumpai hal-hal tertentu, misalnya :

1) Akibat iklim yang tak dapat dicegah.

2) Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen. 3) Mengurus perizinan.


(34)

19

Gambar 2.8.Konstrain Finish to Start

(Sumber : Soeharto, 1999 : 282)

2. Konstrain mulai ke mulai – Start to Start (SS)

Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini terjadi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai 100 % maka kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka waktu kegiatan terdahulu. Karena per definisi b adalah sebagian kurun waktu kegiatan terdahulu. Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih, misalnya : pelaksanaan kegiatan pasangan pondasi batu kali dapat segera dimulai setelah pekerjaan galian pondasi cukup, misalnya setelah satu hari.

Gambar 2.9. Konstrain Start to Start

(Sumber : Soeharto, 1999 : 282)

3. Konstrain selesai ke selesai – Finish to Finish (FF).

Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF (i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100% sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (=c) hari selesai. Angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (j), misalnya : pekerjaan perataan tanah tidak dapat dilakukan sebelum pekerjaan pengangkutan tanah selesai.

Kegiatan (i) Kegiatan (j)

FS(i-j) = a Konstrain FS

Kegiatan (i)

Kegiatan (j) SS(i-j) = b


(35)

20

Gambar 2.10.Konstrain Finish to Finish

(Sumber : Soeharto, 1999 : 282)

4. Konstrain mulai ke selesai – Start to Finish (SF)

Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan, misalnya : pekerjaan instalasi lift harus sudah selesai setelah beberapa hari dimulainya pekerjaan sistem elektrikal

Gambar 2.11. Konstrain Start to Finish

(Sumber : Soeharto, 1999 : 282)

Jadi dalam menyusun jaringan PDM, khususnya menentukan urutan ketergantungan, mengingat adanya bermacam konstrain tersebut, maka lebih banyak faktor yang harus diperhatikan dibanding CPM. Faktor ini dapat dikaji misalkan dengan menjawab berbagai pertanyaan berikut:

1. Kegiatan mana yang boleh dimulai sesudah kegiatan tertentu a selesai, berapa lama jarak waktu antara selesainya kegiatan a dengan dimulainya kegiatan berikutnya.

2. Kegiatan mana yang harus diselesaikan sebelum kegiatan tertentu boleh dimulai dan berapa lama tenggang waktunya.

3. Kegiatan mana yang harus dimulai sesudah kegiatan tertentu c dimulai dan berapa lama jarak waktunya.

Kegiatan (i)

Kegiatan (j) FF(i-j) = c

Konstrain FF

Kegiatan (i)

Kegiatan (j) SF(i-j) = d


(36)

21 2.3.2.2. Teknik Perhitungan PDM

Metode PDM adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi Activity On Node

(AON). Di sini kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan (Soeharto. 1999 : 279).

ES JENIS EF LS KEGIATAN LF NO. KEG. DURASI

Gambar 2.12. Lambang Kegiatan PDM (Sumber : Ervianto, 2005 : 249)

Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh sejumlah kegiatan pula maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang keduanya merupakan

kegiatan fiktif/dummy.

START

FINISH

A

D

I

H

G

F

E

C

B

Gambar 2.13. Dummy Start dan Finish Pada PDM

(Sumber : Ervianto, 2005 : 250)

Adapun untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan lintasan kritis dapat

dilakukan melalui perhitungan maju (Forward Analysis) dan perhitungan mundur

(Backward Analysis) sebagai berikut (Ervianto, 2005 : 250):

Keterangan : ES : Earliest Start

LS : Latest Start

EF : Earliest Finish


(37)

22 FF ij

FS ij

SS ij SF ij NO. KEG. DURASI

i

ES EF

LS LF

KEGIATAN

JENIS ES JENIS EF

NO. KEG. DURASI LS

KEGIATAN LF j

Gambar 2.14. Hubungan Kegiatan i dan j (Sumber : Ervianto, 2005 : 251)

· Perhitungan maju dilakukan untuk mendapatkan Earliest Start (ES) dan Earliest

Finish (EF), jika lebih dari satu anak panah yang masuk dalam kegiatan maka

diambil yang terbesar. Kegiatan I adalah kegiatan predecessor, sedangkan kegiatan

J adalah kegiatan yang dianalisis. Besarnya ESj dan EFj adalah sebagai berikut :

ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij

EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj

Jika tidak ada FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka ESj = EFj - Dj.

· Perhitungan mundur dilakukan untuk mendapatkan Latest Start (LS) dan Latest

Finish (LF), jika lebih dari satu anak panah yang keluar dari kegiatan maka diambil

yang terkecil. Kegiatan J adalah kegiatan successor, sedangkan kegiatan I adalah

kegiatan yang dianalisis. Besarnya LSi dan LFi adalah sebagai berikut :

LSi = LSj - SSij atau LSi = LFj - SFij atau LFi – Di

LFi = LFj - FFij atau LFi = LSj - FSij

Jika tidak ada FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka LFi = LSi + Di.

· Adapun lintasan kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut :

ES = LS atau EF = LF atau LF – ES = Durasi kegiatan

· Float : sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat dengan sengaja atau tidak, tanpa menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek. Ada dua jenis float, yaitu :

ü Total float : sejumlah waktu yang tersedia untuk penundaan suatu kegiatan tanpa memengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Total Float (TF)i = Minimum (LSj - EFi)

ü Free float : sejumlah waktu yang tersedia untuk penundaan suatu kegiatan tanpa memengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya.


(38)

23 Free Float (FF)i = Minimum (ESj - EFi)

· Lag, menurut Husen (2008) adalah sejumlah waktu tunggu dari suatu periode kegiatan J terhadap kegiatan I yang telah dimulai, terjadi pada hubungan SS dan SF.

· Lead, menurut Husen (2008) adalah sejumlah waktu yang mendahului dari suatu periode kegiatan J sesudah kegiatan I sebelum selesai, terjadi pada hubungan FS dan FF.

2.3.2.3. Kegiatan Splitable

Kegiatan slpitable adalah suatu kegiatan yang mempunyai total float sehingga

dapat dihentikan sementara dan kemudian dilanjutkan kembali beberapa saat kemudian (Ervianto, 2005 : 252).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

KEGIATAN A

KEGIATAN A1 INTERUPSI KEGIATAN A2

Gambar 2.15. Kegiatan Splitable

(Sumber : Ervianto, 2005 : 252)

Adapun hitungan maju dan hitungan mundur untuk kegiatan splitable dapat dilihat pada

tabel 2.1.

Tabel 2.1. Hitungan Maju dan Mundur Kegiatan Splitable

(Sumber : Ervianto, 2005 : 253)

ESj = EFj - Dj - Interupsi EFj = ESj + Dj + Interupsi EFj - ESj = Dj + Interupsi

LSi = LFi - Di - Interupsi LFi = LSi + Di + Interupsi LFi - LSi = Di + Interupsi KEGIATAN SPLITABLE

Hitungan Maju (Forward Analysis)

Hitungan Mundur (Backward Analysis)

2.3.2.4. Kegiatan Non-Splitable

Kegiatan non-slpitable adalah suatu kegiatan yang tidak mempunyai total float

sehingga tidak diijinkan untuk berhenti di tengah pelaksanaannya (Ervianto, 2005 : 253).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

KEGIATAN A2 KEGIATAN A1

Gambar 2.16. Kegiatan Non-Splitable

(Sumber : Ervianto, 2005 : 253) Total Float


(39)

24

Adapun hitungan maju dan hitungan mundur untuk kegiatan non-splitable dapat dilihat

pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Hitungan Maju dan Mundur Kegiatan Non-Splitable

(Sumber : Ervianto, 2005 : 253)

EFj - ESj = Dj LFi - LSi = Di ESj = EFj - Dj LSi = LFi - Di EFj = ESj + Dj LFi = LSi + Di

KEGIATAN NON-SPLITABLE

Hitungan Maju Hitungan Mundur (Forward Analysis) (Backward Analysis)

2.3.2.5. Kritikan Terhadap PDM

Menurut Glenwright (2004) PDM adalah merupakan bagian penjadwalan

konstruksi yang tidak valid dan menyesatkan. Hal ini disebabkan beberapa alasan sebagai

berikut :

· Penyalahgunaan Metode Precedence Diagram dengan menggunakan hubungan

ketergantungan SS (start to start) dan FF (finish to finish) yang berlebihan,

nilai-nilai lag and lead, dan tanggal kendala.

· Tidak cukup waktu untuk merencanakan jadwal dan pengembangan bagi staf

kontraktor untuk menyiapkan jadwal perencanaan dengan baik yang dibutuhkan sebelum pelaksanaan.

· Kompromi dari ketentuan kontrak oleh pemilik dan kontraktor.

· Penjadwalan sumber daya pembangunan yang tidak layak.

Meskipun tampilan PDM lebih sederhana apabila diterapkan pada proyek multiunit jika dibandingkan dengan CPM, namun menurut Uher (1996) PDM tidak dapat mempertahankan kelangsungan sumber daya sehingga untuk kegiatan yang berulang akan

banyak dijumpai waktu menganggur atau delay seiring meningkatnya jumlah kegiatan


(40)

25

24

3 3 3

24 3C 16 B1 19 19 B1 21 21 B1

22 2F 23 H 21

3 3 3

14 3C 13 B1 16 16 B1 18 18 B1

12 2F 13 H 4 3C 15 B1 18

3 3 H

13 B1 15 3 2 2F

B1 3 10 13

Gambar 2.17. Diagram Jaringan Kerja PDM Untuk Tiga Unit Berulang (Sumber : Laksito, 2005)

Gambar 2.18. Bagan Balok Transfer dari Jaringan Kerja PDM (Sumber : Laksito, 2005)

2.3.3. PERT (Project Evaluation and Review Technique)

PERT dikembangkan sejak tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton untuk

Angkatan Laut AS dalam proyek pengembangan Polaris Missile System yang dapat

diluncurkan dari kapal selam di bawah permukaan air (Prasetya dan Lukiastuti, 2009 : 33). Proyek tersebut melibatkan beberapa ribu kontraktor dan rekanan di mana pemilik proyek berkeinginan mengetahui peristiwa-peristiwa apakah yang memiliki arti penting dalam penyelenggaraan proyek serta sejauh mana penyimpangannya (Soeharto, 1999 : 268). Pada pelaksanaannya teknik ini mampu mereduksi waktu selama dua tahun dalam pengembangan senjata tersebut (Setianto, 2004 : 6).

Berbeda dengan CPM dan PDM yang menggunakan perkiraan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik (satu angka yang mencerminkan adanya kepastian), PERT menggunakan pendekatan probabilistik yang dirancang untuk

menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainly) yang tinggi pada aspek

kurun waktu kegiatan (Soeharto, 1999 : 267). PERT pada mulanya dikembangkan untuk membantu perencanaan proyek-proyek riset dan pengembangan (Mawdesley et al., 1997 : 181), yang biasanya ditemukan pada perencanaan program-program strategis utama


(41)

26

pemerintah (Kenley dan Seppanen, 2009). PERT aslinya berasal dari activity on arrow

(AOA) network atau lebih dikenal dengan nama CPM. Namun, sekarang ini beberapa

orang mulai menggunakan PERT sebagai activity on node (AON) network atau yang lebih

dikenal dengan nama PDM (Mawdesley et al., 1997 : 181).

2.3.3.1. Teknik Perhitungan PERT

PERT adalah teknik manajemen proyek yang menggunakan tiga perkiraan waktu untuk tiap kegiatan (Prasetya dan Lukiastuti, 2009 : 33). Tiga angka estimasi tersebut tersebut, yaitu, a, b, dan m yang mempunyai arti sebagai berikut (Soeharto, 1999 : 268) :

· a = kurun waktu optimistik (optimistic duration time), yaitu durasi tercepat yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila segala sesuatunya berjalan dengan baik.

· m = kurun waktu yang paling mungkin (most likely time), yaitu durasi yang paling

sering terjadi bila suatu kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

· b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time), yaitu durasi yang paling

lama dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila segala sesuatunya berjalan dalam kondisi buruk.

Metode PERT mendefinisikan bahwa durasi terdistribusi menurut fungsi Beta (Stevens,

1990).

Gambar 2.19. Kurva Distribusi Beta (Sumber : Soeharto, 1999 : 270)

a m b

waktu

waktu optimistik

waktu paling mungkin

waktu pesimistik ‘Density’


(42)

27

Adapun untuk mendapatkan nilai mean durasi kegiatan yang diharapkan te

(expected duration) dan standar deviasi kegiatan s dari setiap kegiatan adalah sebagai

berikut(Uher, 1996 : 153) :

6

4m b

a

te= + + ...(1)

6

a b

s= - ...(2)

Di mana : te adalah mean durasi kegiatan yang diharapkan

a adalah waktu optimistik m adalah waktu paling mungkin b adalah waktu pesimistik s adalah standar deviasi kegiatan

Kemudian durasi proyek yang diharapkan Te (Uher, 1996 : 153) adalah jumlah durasi dari

kegiatan kritis dengan asumsi bahwa semua kegiatan adalah independen. Hal itu berarti

nilai mean dari durasi proyek yang diharapkan terdistribusi normal sesuai dengan Central

Limit Theorem (Bhattacharya dan Johnson, 1977) yang menyatakan bahwa dalam suatu populasi, fungsi distribusi apapun dapat diasumsikan sebagai fungsi distribusi normal jika jumlah sample cukup banyak. Adapun standar deviasi dari distribusi durasi proyek yang

diharapkan S adalah akar jumlah kuadrat dari standar deviasi pada kegiatan kritis.

2S = 4S = 6S =

mean

Central limit theorem symmetrical

Te

Te+S Te+2S Te+3S Te-3S Te-2S Te-S

Te 2S = 4S = 6S =

mean

Central limit theorem symmetrical

Te

Te+S Te+2S Te+3S Te-3S Te-2S Te-S

Te

Gambar 2.20. Kurva Distribusi Normal (Sumber : Soeharto, 1999 : 274)

å

= (te)

Te untuk kegiatan kritis ...(3)

å

= 2

s


(43)

28 Sedangkan nilai probabilitas Z, adalah sebagai berikut :

S Te Ts

Z = - ...(5)

Di mana : Te adalah waktu penyelesaian proyek yang diharapkan

te adalah mean durasi kegiatan yang diharapkan

S adalah standar deviasi dari distribusi durasi proyek yang diharapkan

s adalah standar deviasi kegiatan

Ts adalah target waktu penyelesaian proyek Z adalah nilai probabilitas

Kemudian nilai Z tersebut dikonversikan ke dalam tabel distribusi normal (lihat pada lampiran A).

Di dalam metode PERT float dikenal dengan nama slack, ada dua bentuk slack

yang terdapat pada metode ini, yaitu :

Activity Slack (AS) = LSDj – EFDi, dan Event Slack (ES) = Ts - Te

Di mana : LSDj adalah Latest Start Duration-j

EFDi adalah Earliest Finish Duration-i

Sedangkan bentuk diagram PERT yang menunjukkan hubungan antar kegiatan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.21. Diagram PERT Precedence Network dengan

Waktu yang Diharapkan (te) dan Standar Deviasi (s)

(Sumber : Uher, 1996 : 159)

START

1-2

1-3

1-4

2-6

3-5

6-7

5-8

4-9

7-10

8-10

9-10

FINISH te-s

te-s

te-s

te-s

te-s

te-s

te-s

te-s

te-s te-s


(44)

29 2.3.3.2. Kritikan Terhadap PERT

Menurut Soeharto (1999) secara garis besar ketepatan hasil analisis dari metode PERT untuk menentukan peristiwa penyelesaian proyek maupun konsep deviasi standar untuk melihat seberapa jauh kemungkinan mencapai target, semuanya tergantung pada ketepatan dalam memilih angka-angka tiga estimasi, yaitu durasi optimistik, durasi yang paling mungkin, dan durasi pesimistik. Oleh karena itu, sering kali ditemukan estimator yang menggunakan angka-angka yang jauh dari realistik karena kurangnya pengalaman dalam bidangnya sehingga hasil perhitungan akhir akan jauh berbeda antara estimator yang bersifat optimis dan konservatif.

2.4. Metode Penjadwalan Linear

Metode penjadwalan linier memberi alternatif cara penjadwalan proyek berulang yang pada umumnya menggunakan metode jaringan. Proyek berulang cukup umum ditemui dalam industri konstruksi. Mereka dibagi menjadi dua kategori (Hegazy dan Wassef, 2001) : proyek yang berulang karena pengulangan seragam dari unit kerja selama proyek berlangsung (seperti beberapa unit rumah yang serupa, segmen-segmen lantai pada bangunan bertingkat) dan proyek yang harus berulang-ulang karena geometris layout (seperti ruas-ruas jalan raya dan proyek pipa). Proyek tersebut biasanya disebut sebagai proyek berulang atau linier (Ammar dan Elbeltagi, 2001). Proyek ini dijadwalkan dengan cara untuk meminimalkan waktu tunggu kru dan memastikan kesinambungan sumber daya (Birrell, 1980; Reda, 1990).

Metode penjadwalan linear adalah metode yang efektif untuk proyek yang memiliki karakteristik kegiatan berulang, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Ada dua

jenis umum dalam metode penjadwalan linear, yaitu (Mawdesley et al., 1997) : LoB (Line

of Balance) dan Time Chainage Diagram.

2.4.1. Line of Balance (LoB)

Line of Balance (LoB) pada mulanya berasal dari industri manufaktur dan kemudian pada tahun 1942 dikembangkan oleh Departemen Angkatan Laut AS untuk pemrograman dan pengendalian proyek-proyek yang bersifat repetitif. Kemudian

dikembangkan lebih lanjut oleh Nation Building Agency di Inggris untuk proyek-proyek

perumahan yang bersifat repetitif, di mana alat penjadwalan yang berorientasi pada sumber daya ini ternyata lebih sesuai dan realistik daripada alat penjadwalan yang berorientasi


(1)

146 Kankainen, J. dan Sandvik, T. (1993), Controlling a Construction Project, Confederaion of

Finnish Construction Industries, Rakennustieto Oy, Helsinki, Finland. 103 pp.

Kavanagh, D.P. (1985), SIREN: A Repetitive Construction Simulation Model, J. Constr. Eng. and Mgmt., ASCE, 111(3), 308-323.

Kenley, R. dan Seppänen, O. (2009), Location-Based Management of Construction Projects: Part of A New Typology for Project Scheduling Methodologies, Proceedings of the 2009 Winter Simulation Conference, 2563-2570.

Kiiras, J. (1989), A Schedule and Resource Planning System for The Implementation Phase Control of Special Projects, Helsinki University of Technology Construction Economics and Management Publications. Espoo, Finland.

Laksito, Budi (2005), Studi Komparatif Penjadwalan Proyek Konstruksi Repetitif Menggunakan Metode Penjadwalan Berulang (RSM) dan Metode Diagram Preseden (PDM), Media Teknik Sipil, 85-91.

Lembaga Administrasi Negara (2007), Diklat Teknis Manajemen Proyek (Project Management), Modul 3 Persiapan Pelaksanaan, Eselon IV, Departemen dalam Negeri.

Lumsden, P. (1968), The Line of Balance Method, Pergamon Press Ltd., Industrial Training Division, London.

Mawdesley, M.J., Askew W.H., Lees J.L., Stevens C.S. dan Taylor J. (1989), Time Chainage Charts for Scheduling Linear Projects, Proc., 6th ASCE Conf. on Comp. in Civ. Engrg., ASCE, Atlanta, 613–620.

Mawdesley, M.J., Askew W.H. dan O’Reilly M. (1997), Planning and Controlling Construction Project (The Best Laid Plan…), The Chartered Institute of Building, England.

Mockler R.J. (1972), The Management Control Process, Prentice-Hall.

Moder J. J., Philips C. R., Davis E. W. (1983), Project Management with CPM, PERT and Precedence Diagramming, Van Nostrand Reinhold Co.

Narbuko, C. dan Ahmadi, A. (2002), Metodologi Penelitian, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Neale, R.H. dan Neale, D.E. (1989), Construction Planning. 1st Ed., Thomas Telford Ltd., London, England.

O’Brien, J.J. dan Plotnick, F.L. (1999), CPM in Construction Management, Fifth Edition, McGraw-Hill.


(2)

147 Reda, R.M. (1990), RPM: Repetitive Project Modeling, J. Constr. Eng. and Mgmt., ASCE,

116(2), 316–330.

Selinger, S. (1980), Construction Planning for Linear Projects, J. Constr. Div., ASCE, 106(2), 195–205.

Setianto, A. (2004), Studi Perbandingan Metode Bar Chart dengan Line of Balance (LoB) dalam Penjadwalan Kegiatan Pembangunan Perumahan, Tesis, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.

Setyawan, A.A. (2007), Evaluasi Pengendalian Waktu dan Biaya (Studi Kasus Proyek Pembangunan Jembatan Ngantru Desa Gabus Kabupaten Pati Jateng), Tesis, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.

Soeharto, Iman (1999), Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), Jilid I, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Stevens, J.D. (1990), Techniques for Construction Network Scheduling, McGraw-Hill, Singapore.

Stradal, O. dan Cacha, J. (1982), Time Space Scheduling Method, J. Constr. Div., ASCE, 108(3), 445–457.

Suhail, S.A. dan Neale, R.H. (1994), CPM/LOB: New Methodology to Integrate CPM and Line of Balance, J. Constr. Eng. and Mgmt., 120(3), 667-684.

Uher, T.E. (1996), Programming and Scheduling Tecniques, Construction Project Management and Economic Unit, School of Building, University of NWS, Australia.

Vorster, M. C., Beliveau, Y. J. and Bafna, T. (1992), Linear Scheduling and Visualization, Transportation Research Record 1351, Transportation Research Board,

Washington, D.C., 32-39.

Weaver, Patrick (2006), A Brief History of Schedulling, Project Services Pty Ltd, Canberra.


(3)

148

LAMPIRAN


(4)

149


(5)

150

a m b

1 TEACHING HOSPITAL 477

2 PREPARATION 250 300 360

3 TEACHING HOSPITAL BUILDING A 319

4 STRUCTURE WORK 155

5 1st Floor 60

6 FOUNDATION 14 16 30

7 TIE BEAM 14 16 30

8 COLUMN 28 30 40

9 BEAM & SLAB 28 30 60

10 2nd Floor 50

11 COLUMN 28 30 60

12 GIRDER 21 30 60

13 BEAM & SLAB 28 30 60

14 3rd Floor 50

15 COLUMN 28 30 40

16 GIRDER 14 30 60

17 BEAM & SLAB 21 30 60

18 Roof plan 40

19 GIRDER 28 30 60

20 SLAB & BEAM 28 30 60

21 ARCHITECTURE WORK 216

22 1st Floor 90

23 MASONRY WALL AND WALL FINISHES 77 80 120

24 DOOR AND WINDOW 30 40 60

25 CEILING FINISHES 28 40 120

26 SANITAIRS WORK 21 25 30

27 PAINTING WORK 21 45 60

28 OTHERS WORK 12 20 30

29 2nd Floor 90

30 MASONRY WALL AND WALL FINISHES 77 80 120

31 DOOR AND WINDOW 28 40 60

32 CEILING FINISHES 28 40 120

33 SANITAIRS WORK 21 25 30

34 PAINTING WORK 21 45 60

35 OTHERS WORK 12 20 30

36 3rd Floor 90

37 MASONRY WALL AND WALL FINISHES 77 80 120

38 DOOR AND WINDOW 28 40 60

39 CEILING FINISHES 28 40 120

40 SANITAIRS WORK 21 25 30

41 PAINTING WORK 21 45 60

42 OTHERS WORK 12 20 30

43 Roof plan 55

44 MASONRY WALL AND WALL FINISHES 28 35 90

45 CEILING FINISHES 30 45 90

46 PAINTING WORK 28 30 120

47 OTHERS WORK 14 20 30

NO JENIS PEKERJAAN

DURASI (hari)


(6)

151

a m b

PROYEK JALAN DEMAK BYPASS

GENERAL 423 528 554

DRAINAGE A 76 84 92

DRAINAGE B 76 84 92

EARTHWORK A 125 147 154

EARTHWORK B 107 126 132

PAVEMENT WIDENING AND SHOULDER 75 93 102

GRANULAR PAVEMENT 140 147 154

ASPHALT PAVEMENT 168 210 231

STRUCTURES A 72 84 88

STRUCTURES B 32 35 39

STRUCTURES C 25 28 29

REINSTATEMENT AND MINOR WORK A 23 28 29

REINSTATEMENT AND MINOR WORK B 112 140 154

DAYWORK 27 28 29

JENIS PEKERJAAN

DURASI (hari)

a m b

PROYEK GRAVING DOCK

PEKERJAAN PERSIAPAN 519 546 600

PEKERJAAN TANAH DAN PENGERINGAN 337 347 416

PEKERJAAN TIANG PANCANG, SHEET PILE DAN PEMANCANGAN 470 494 568

PEKERJAAN BETON 261 290 319

PEKERJAAN LAIN-LAIN 326 343 377

PEKERJAAN PENAHAN SEMENTARA UJUNG MULUT DOK 47 50 58

PEKERJAAN JALAN DENGAN KONSTRUKSI ASPAL PENETRASI SELEBAR 6M KELILING TEPI DOK DAN TEPI LAUT

PEKERJAAN PENAHAN TANAH TEPI LAUT (l=22M) DI KIRI KANAN MULUT DOK

LAMPU PENERANGAN DI DINDING DOK TERMASUK

INSTALASI DAN PANEL PENERANGAN 27

39 35 33 35 30 30 JENIS PEKERJAAN DURASI (hari) 34 29

Lampiran D. Data Estimasi Durasi PERT Pada Proyek Jalan Demak Bypass