dimaksud dalam Pasal 7, korban atau keluarga korban yang merupakan ahli warisnya dapat melaporkan hal tersebut kepada Jaksa Agung. Kemudian Jaksa
Agung segera memerintahkan Instansi Pemerintah Terkait, pelaku, atau pihak ketiga untuk melaksanakan putusan tersebut paling lambat 7 tujuh hari kerja
terhitung sejak tanggal perintah tersebut diterima.
e. Pasal 10 : Dalam hal pemberian kompensasi, restitusi, dan atau rehabilitasi dapat dilakukan secara bertahap, maka setiap tahapan pelaksanaan atau
kelambatan pelaksanaan harus dilaporkan kepada Jaksa Agung.
32
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Negara Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya
termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia; dan anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat manusia sebagai manusia seutuhnya dan ini adalah bagian dari pembukaan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak.
a. Pasal 59 : Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam
situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi danatau seksual,
anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya napza, anak korban
penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik danatau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan
salah dan penelantaran.
b. Pasal 66 : Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara ekonomi
danatau seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat yang dilakukan melalui:
a. penyebarluasan danatau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual;
b. pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi; dan
c. pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga
swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi danatau seksual.
32
Penjelasan Pasal 10 PP No. 3 Tahun 2002 bahwa : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan keringanan kepada pelaku atau Pemerintah dalam pemberian kompensasi, restitusi,
dan atau rehabilitasi untuk dilakukan secara bertahap karena keterbatasan kemampuan bila dilaksanakan sekaligus.
Universitas Sumatera Utara
c. Pasal 68 : Perlindungan khusus bagi anak korban penculikan, penjualan, dan perdagangan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui
upaya pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat dan setiap orang dilarang menempatkan,
membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, atau perdagangan.
d. Pasal 81 : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp
300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 enam puluh juta rupiah dan berlaku pula bagi setiap orang yang dengan
sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
e. Pasal 82 : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp 60.000.000,00
enam puluh juta rupiah.
f. Pasal 83 : Setiap orang yang memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 enam puluh juta rupiah.
g. Pasal 84 : Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan transplantasi organ danatau jaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun danatau denda paling banyak Rp
200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.
h. Pasal 85 : Setiap orang yang melakukan jual beli organ tubuh danatau jaringan tubuh anak dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun
danatau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah dan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan pengambilan organ tubuh
danatau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa
seizin orang tua atau tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun danatau denda
paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
7. Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2002 RAN Anti Perdagangan Orang Rencana Aksi Nasional RAN Anti Perdagangan Orang dan Anak
disahkan pada tanggal 30 Desember 2002 melalui Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2002. RAN tersebut merupakan landasan dan pedoman bagi pemerintah
dan masyarakat dalam melaksanakan penghapusan perdagangan perempuan dan anak. Pengesahan RAN ditindaklanjuti dengan pembentukan gugus tugas anti
trafficking di Tingkat Nasional. Untuk menjamin terlaksananya RAN di tingkat provinsi dan kabupatenkota maka penetapan peraturan dan pembentukan gugus
tugas didasarkan keputusan kepala daerah masing-masing termasuk anggaran
pembiayaannya. Rencana Aksi Nasional RAN penghapusan Perdagangan
trafficking Perempuan dan Anak yang menjadi arahan, pedoman, dan rujukan dalam penanganan masalah trafficking ini. Adapun RAN ini telah dilakukan
penyusunannya dengan memperhatikan pokok-pokok penyusunan rencana aksi yang baik, yaitu memenuhi standar sistematik sistematic, terukur measurable
dapat dicapai attainable, rasional dan layak rationalreasonable, dan waktu yang tepat timely.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan