Maka berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 menempatkan Kejaksaan dalam kedudukan yang
ambigu. Di satu sisi, Kejaksaan dituntut menjalankan fungsi, dan wewenangnya secara merdeka, di sisi lain Kejaksaan dipasung karena kedudukan berada di
bawah kekuasaan eksekutif. Di sinilah antara lain letak kelemahan pengaturan undang-undang ini. Apabila pemerintah Presiden benar-benar memiliki
komitmen untuk menegakkan supremasi hukum di Indonesia, tidak menjadi masalah bila Kejaksaan tetap berada dalam lingkungan eksekutif, asalkan
Kejaksaan diberdayakan dengan diberi kewenangan dan tanggung jawab luas dan besar namun profesional. Apabila Pemerintah tidak memiliki komitmen seperti
itu, alangkah lebih baik bila Kejaksaan, sebagai salah satu instistusi penegak hukum, didudukkan sebagai “badan negara” yang mandiri dan independen bukan
menjadi lembaga pemerintahan yang tidak berada di bawah kekuasaan eksekutif, maupun di bawah kekuasaan lainnya, sehingga Kejaksaan bersifat independen dan
merdeka, dalam arti tidak terpengaruh dan atau dipengaruhi, dalam melaksanakan penegakan hukum di Indonesia.
B. Tugas dan Wewenang Kejaksaan Republik Indonesia
Berdasarkan Bab III Pasal 30 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, Tugas dan Wewenang Kejaksaan adalah :
1. Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a. melakukan penuntutan;
37
37
Dalam penjelasan Pasal 30 ayat 1 Huruf a dijelaskan bahwa melakukan penuntutan, jaksa dapat melakukan pra penuntutan. Pra penuntutan adalah tindakan jaksa untuk memantau
perkembangan penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh
penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.
Universitas Sumatera Utara
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; c.
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
38
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang; e.
melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah. 3. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan : a.
peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b.
pengamanan kebijakan penegakan hukum; c.
pengawasan peredaran barang cetakan; d.
pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e. pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama;
f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistik criminal.
Selanjutnya, Pasal 31 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan
terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri disebabkan oleh hal-hal
yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan, atau dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang tersebut menetapkan bahwa disamping tugas dan wewenang
tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Pasal 33 mengatur bahwa dalam melaksanakan
tugas dan wewenang, Kejaksaan membina hubungan kerja sama dengan badan
38
Dalam penjelasan Pasal 30 ayat 1 Huruf c bahwa yang dimaksud dengan “keputusan lepas bersyarat” adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri yang tugas dan
tanggungjawabnya di bidang permasyarakataan.
Universitas Sumatera Utara
penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya.
39
Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya.
Di samping tugas dan wewenang Kejaksaan Republik Indonesia di atas, Jaksa Agung memiliki tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 35
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, yaitu : a. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegak hukum dan keadilan
dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan; b. Mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-undang;
c. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum; d. Mengajukan kasasi dem kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam
perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara;
40
e. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;
f. Mencegah atau menangkal orang tertentu masuk atau keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara pidana
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Pasal 36 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 mengatur bahwa :
1 Jaksa Agung memberikan izin kepada tersangka atau terdakwa
41
untuk berobat atau menjalani perawatan dirumah sakit dalam negeri, kecuali dalam keadaan
tertentu dapat dilakukan perawatan di luar negeri.
39
Penjelasan Pasal 33 menyatakan adalah menjadi kewajiban bagi setiap badan negara terutama dalam bidang penegakan hukum dan keadilan untuk melaksanakan dan membina kerja
sama yang dilandasi semangat keterbukaan, kebersamaan, dan keterpaduan dalam suasana keakraban guna mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu. Hubungan kerjasama ini dilakukan
melalui koordinasi horizontal dan vertikal secara berkala dan berkesinambungan dengan tetap menghormati fungsi, tugas dan wewenang masing-masing. Kerjasama antara Kejaksaan dan
instansi penegak hukum sesuai dengan asas cepat, sederhana, dan biaya ringan serta bebas, jujur, dan tidak memihak dalam penyelesaian perkara.
40
Penjelasan Pasal 35 UU NO. 16 Tahun 2004 Huruf d pengajuan kasasi demi kepentingan hukum ini adalah sesuai dengan ketentuan.
41
Penjelasan Pasal 36 UU No. 16 Tahun 2004 ayat 1: keluarganya mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan Keputusan Jaksa Agung. Diperlukannya izin dalam ketentuan ini oleh karena status tersangka atau
Universitas Sumatera Utara
2 Izin secara tertulis untuk berobat atau menjalani perawatan di dalam negeri diberikan oleh kepala kejaksaan negeri setempat atas nama Jaksa Agung,
sedangkan untuk berobat atau menjalani perawatan di rumah sakit di luar negeri hanya diberikan oleh Jaksa Agung.
3 Izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, hanya diberikan atas dasar rekomendasi dokter, dan dalam hal diperlukannya perawatan di luar
negeri rekomendasi tersebut dengan jelas meyatakan kebutuhan untuk itu yang dikaitkan dengan belum mencukupi fasilitas perawatan tersebut di
dalam negeri.
42
Kemudian Pasal 37 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa :
1 Jaksa Agung bertanggung jawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani.
2 Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan rakyat sesuai dengan akuntabilitas.
Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia diatur tugas dan wewenang Kejaksaan RI. Pasal 27
menegaskan bahwa :
terdakwa yang sedang dikenakan tindakan hukum, misalnya berupa penahanan, kewajiban lapor, danatau pencegahan dan penangkalan. Yang dimaksud dengan “tersangka atau terdakwa” adalah
tersangka atau terdakwa yang berada dalam tanggung jawab kejaksaan. Yang dimaksud dengan “dalam keadaan tetentu” adalah apabila fasilitas pengobatan atau menjalani perawatan di dalam
negeri tidak ada.
42
Penjelasan Pasal 36 UU No. 16 Tahun 2004 ayat 3 : Selain rekomendasi dari dokter untuk berobat ke luar negeri, juga disyaratkan adanya jaminan tersangka atau terdakwa atau
keluarganya berupa uang sejumlah kerugian negara yang diduga dilakukan oleh tersangka atau terdakwa. Apabila tersangka atau terdakwa tidak kembali tanpa alasan yang sah dalam jangka
waktu 1 satu tahun uang jaminan tersebut menjadi milik negara. Pelaksaannya dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
1 Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a. Melakukan penuntutan dalam perkara pidana;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan;
43
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat;
44
d. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2 Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah;
3 Dalam bidang ketertiban dan ketentuan umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan
45
: a.
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b.
Pengamanan kebijakan penegakan hukum; c.
Pengamanan peredaran barang tertentu; d.
Pengawasan alliran kepercayaaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik criminal.
43
Penjelasan Pasal 27 ayat 1 Huruf b : dalam melaksanakan putusan pengadilan dan penetapan hakim, Kejaksaan memerhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalm masyarakat dan
peri kemanusiaan berdasarkan Pancasila tanpa mengesampingkan ketegasan dalam bersikap dan bertindak. Melaksanakan putusan pengadilan tersebut juga melaksanakan tugas dan wewenang
mengendalikan pelaksanaan hukuman mati dan putusan pengadilan terhadap barang rampasan yang telah dan akan disita untuk selanjutnya dijual lelang.
44
Penjelasan Pasal 27 ayat 1 Huruf c : Yang dimaksud dengan “keputusan lepas bersyarat” adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman.
45
Penjelasan Pasal 27 ayat 3 : Tugas dan wewenang Kejaksaan dalam ayat ini bersifat preventif danatau edukatif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yag berlaku. Yang
dimaksud dengan “turut menyelenggarakan” adalah mencakaup kegiatan-kegiatan membantu, turut serta, dan bekerja sama. Dalam turut menyelenggarakan tersebut , Kejaksaan senantiasa
memerhatikan koordinasi instansi terkait.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan seorang terdakwa di
rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat
membahayakan orang lain, lingkungan, atau dirinya sendiri. Pasal 29 Undang- Undang tersebut menetapkan bahwa disamping tugas dan wewenang dalam
Undang-Undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Kemudian, Pasal 30 menegaskan bahwa dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerja sama dengan badan-badan penegak hukum dan kedilan serta badan negara atau
instansi lainnya.
46
Selanjutnya, Pasal 31 mengatur bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah
lainnya. Tugas dan wewenang Jaksa Agung diatur dalam Pasal 32 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1991 yaitu : a.
Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang Kejaksaan;
b. Mengkordinasikan penanganan perkara pidana tentu dengan institusi terkait
berdasarkan Undang-Undang yang pelaksanaan koordinasinya ditetapkan oleh Presiden;
47
46
Penjelasan Pasal 30 adalah : kewajiban bagi setiap badan negara terutama dalam bidang penegkan hukum dan keadilan untuk melaksanakan dan membina kerjasama yang dilandasi
semangat keterbukaan kebersamaan dan keterpaduan dalam suasana keakraban guna mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu. Hubungan kerja sama ini dilakukan melalui koordinasi vertikal
dan horizontal secara berkala dan berkesinambungan dengan tetap menghormati fungsi, tugas dan wewenang masing-masing. Kerja sama antara Kejaksaan dan instansi penegak hukum lainnya
dimaksudkan untuk memperlancar upaya penegakan hukum sesuai dengan asas cepat, sederhana dann biaya ringan serta bebas, jujur, dan tidak memihak dalam penyelesaian perkara.
47
Penjelasan Pasal 32 Huruf b : 1 Yang dimaksud dengan “perkara pidana tertentu” adalah perkara-perkara pidana
yang dapat meresahkan masyarakat luas, danatau dapat membahayakan keselamatan negara, danatau dapat merugikan perekonomian negara;
Universitas Sumatera Utara
c. Menyampingkan perkara demi kepentingan umum;
d. Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam
perkara pidana, perdata, dan tata usaha Negara; e.
Mengajukan pertimbangan tekhnis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;
f. Menyampaikan pertimbangan kepada Presiden mengenai permohonan grasi
dalam hal pidana mati; g.
Mencegah atau melarang orang-orang tertentu untuk masuk kedalam atau meninggalkan wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia karena
keterlibatannya dalam perkara pidana;
Sedangkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang yaitu :
1. Jaksa Agung memberikan izin kepada seseorang tersangka atau terdakwa
dalam hal tertentu untuk berobat atau menjalani perawatan di rumah sakit, baik di dalam maupun di luar negeri;
2. Izin secara tertulis untuk berobat atau menjalani perawatan di dalam negeri
diberikan oleh kepada Kepala Kejaksaan negeri setempat atas nama Jaksa Agung, sedangkan untuk berobat atau menjalani perawatan di rumah sakit di
luar negeri hanya diberikan kepada Jaksa Agung; 3.
Izin, sebagaimana yang dimaksud dengan ayat 1 dan 2, hanya di berikan atas dasar rekomendasi dokter, dan dalam hal diperlukannya perawatan di luar
negeri rekomendasi tersebut dengan jelas menyatakan untuk itu yang dikaitkan dengan belum mencukupinya fasilitas perawatan tersebut di dalam negeri.
Kewenangan Penuntut Umum, secara normatif dirumuskan oleh KUHAP melalui Pasal 14, yaitu :
a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari Penyidik atau
Penyidik Pembantu;
2 Yang dimaksud dengan “instansi terkait” adalah instansi yang secara fungsional terkait dengan penanganan perkara pidana tertentu, baik badan penegak hukum maupun instansi
pemerintah lainnya, dalam hal ini tidak termasuk badan peradilan.
Universitas Sumatera Utara
b. mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan 4, dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan Penyidikan dan Penyidik;
c. memberikan perpanjangan pemahaman, melakukan penahanan atau penahanan
lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh Penyidik;
d. membuat surat dakwaan;
e. melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan
waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;
g. melakukan penuntutan;
h. menutup perkara demi kepentingan umum;
i. mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai
Penuntut Umum menurut ketentuan undang-undang ini; j.
melaksanakan penetapan hakim. Untuk memenuhi ekspektasi masyarakat yang terus berkembang, maka
peran Kejaksaan dalam penegakan hukum perlu dioptimalkan. Perubahan yang terjadi dalam Undang-Undang tentang Kejaksaan Republik Indonesia dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 dimaksudkan untuk lebih memantapkan kedudukan dan peran
Kejaksaan sebagai lembaga negara pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan dalam rangka mewujudkan kepastian hukum,
ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan, serta wajib menggali nilai-
nilai kemanusiaan, hukum, dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
48
Selanjutnya, wewenang Jaksa sebagai eksekutor dapat dilihat pada Pasal 270 KUHAP, jaksalah yang melaksanakan putusan pengadilan.
49
Dalam pelaksanaan keputusan pengadilan ini tegas KUHAP menyebut “Jaksa”, berbeda
48
Marwan Effendy, Kejaksaan Dan Penegakan Hukum, Jakarta : Timpani Publishing, 2010, Hal 29.
49
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2010, Hal 312.
Universitas Sumatera Utara
dengan pada penuntutan seperti penahanan, dakwaan, tuntutan, dan lain-lain disebut “penuntut umum”. Dengan sendirinya, ini berarti jaksa yang tidak menjadi
penuntut umm untuk sesuatu perkara boleh melaksanakan putusan pengadilan. Adapun fungsi Jaksa, yaitu :
50
1. perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan bidang
tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
2. penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta
pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung jawabnya; 3. pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yang berintikan
keadilan di bidang pidana; 4. pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang
ketertiban dan
ketentraman umum,
pemberian bantuan,
pertimbangan, pelayanan dan penegaakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin
kepastian hukum, kewibawaanm pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung;
5. penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan Hakim
karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal - hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;
6. pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah, penyusunan peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran hukum
masyarakat; 7. koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan, baik
di dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Jaksa Agung.
C. Analisa Kasus