7. Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2002 RAN Anti Perdagangan Orang Rencana Aksi Nasional RAN Anti Perdagangan Orang dan Anak
disahkan pada tanggal 30 Desember 2002 melalui Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2002. RAN tersebut merupakan landasan dan pedoman bagi pemerintah
dan masyarakat dalam melaksanakan penghapusan perdagangan perempuan dan anak. Pengesahan RAN ditindaklanjuti dengan pembentukan gugus tugas anti
trafficking di Tingkat Nasional. Untuk menjamin terlaksananya RAN di tingkat provinsi dan kabupatenkota maka penetapan peraturan dan pembentukan gugus
tugas didasarkan keputusan kepala daerah masing-masing termasuk anggaran
pembiayaannya. Rencana Aksi Nasional RAN penghapusan Perdagangan
trafficking Perempuan dan Anak yang menjadi arahan, pedoman, dan rujukan dalam penanganan masalah trafficking ini. Adapun RAN ini telah dilakukan
penyusunannya dengan memperhatikan pokok-pokok penyusunan rencana aksi yang baik, yaitu memenuhi standar sistematik sistematic, terukur measurable
dapat dicapai attainable, rasional dan layak rationalreasonable, dan waktu yang tepat timely.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
a. Pasal 68 : Pengusaha dilarang mempekerjakan anak;
b. Pasal 69 ayat 1 : Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 tiga belas tahun sampai
dengan 15 lima belas tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial.
c. Pasal 69 ayat 2 Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagai-mana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi persyaratan:
a. izin tertulis dari orang tua atau wali; b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
Universitas Sumatera Utara
c. waktu kerja maksimum 3 tiga jam; d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja; f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan
g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Pasal 74 : Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk. Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang
dimaksud meliputi : a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;
b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak
untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian; c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak
untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; danatau
d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.
9. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan
Trafficking Perempuan Dan Anak
Suatu langkah maju Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melahirkan suatu Peraturan Daerah Trafficking disahkan di Medan pada tanggal 6 Juli 2004
oleh Gubernur Provinsi Sumatera Utara T. Rizal Nurdin dan diundangkan di Medan pada tanggal 16 Agustus 2004 oleh Sekretaris Daerah Propinsi, Drs.
Muhyan Tambuse. Dalam Peraturan Daerah ini bahwa perdagangan orang merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia dan
melanggar hak asasi manusia, dan mempunyai jaringan yang luas sehingga merupakan ancaman terhadap masyarakat, bangsa dan negara, serta penghormatan
terhadap hak asasi manusia baik secara nasional maupun internasional. Hal-hal yang penting dalam Perda Nomor 6 Tahun 2004, yaitu :
a. Pasal 3 yaitu : bertujuan untuk pencegahan, rehabilitasi dan reintegrasi perempuan dan anak korban perdagangan trafiking.
Universitas Sumatera Utara
b. Pasal 4 yaitu : Perempuan yang akan bekerja diluar wilayah desakelurahan
wajib memiliki Surat izin Bekerja Perempuan SIBP yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah dan diadministrasikan oleh camat setempat.
c. Pasal 11 yaitu : Perlu mengefektifkan dan menjamin pelakasanaan pencegahan
trafiking perlu dibentuk gugus tugas tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Trafiking Perempuan dan Anak RAN-P3A.
d. Pasal 17 yaitu : Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta membantu upaya pencegahan dan penghapusan
perdagangan trafiking perempuan dan anak. e. Pasal 28 yaitu : Sanksi pidana, setiap orang yang melakukan, mengetahui,
melindungi, menutup informasi dan membantu secara langsung maupun tidak langsung terjadinya perdagangan trafiking perempuan dan anak dengan
tujuan untuk melakukan eksploitasi baik dengan atau tanpa persetujuan untuk pelacuran, kerja atau pelayanan, perbudakan atau praktek serupa dengan
perbudakan, pemindahan atau transplantasi organ tubuh, atau segala tindakan yang melibatkan pemerasaan dan pemanfaatan fisik, seksual, tenaga dan atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain dengan secara sewenang-wenang untuk mendapatkan keuntungan baik material maupun non material dapat dikenakan
ancaman pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban