Sebenarnya permasalahan utama yang menyebabkan pengangguran adalah tingkat pendidikan dan relevansinya dengan kebutuhan lapangan pekerjaan tersebut. Hal ini senada
dengan hasil penelitian Yudo Swasono dan Boediono yang menyimpulkan : Dalam kaitannya dengan keteraturan empirik yang dapat diamati dari pola hubungan
pendidikan dan pertumbuhan ekonomi…diperkirakan bahwa penurunan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan sekolah dasar yang diikuti dengan kenaikan jumlah tenaga kerja yang
berpendidikan menengah dan tinggi akan terjadi pada tahap kedua, industrialisasi. Saat tersebut dinamakan titik balik turning point dalam pengembangan tenaga kerja. Pada titik
balik tersebut berlangsung suatu relokasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri yang menyebabkan kurva penawaran disektor industri berbalik ke atas. www. Jurnal
ketenagakerjaan.co.id
Dengan demikian, apabila perekonomian suatu bangsa telah mengarah ke era industrialisasi, maka tingkat pendidikan tenaga kerja akan semakin diperlukan. Jika hal ini
tidak diantisipasi, maka tingkat pengangguran akan semakin tinggi pula. Apalagi ditambah dengan semakin berkurangnya lahan disektor pertanian sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhan sektor industri. Selain tingkat pendidikan, masih terdapat faktor dari pihak swastapenyedia lapangan
pekerjaan yang cenderung merekrut tenaga kerja yang mempunyai pengalaman kerja. Kondisi ini sangat sulit bagi angkatan kerja yang baru menyelesaikan
pendidikannya. Permasalahan lainnya adalah ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola para pencari
kerja, karena jumlahnya yang cukup banyak dan dari berbagai lapisan pendidikan. Melihat fakta-fakta ini, masalah ketenagakerjaan dan pengangguran adalah tugas dari
seluruh masyarakat khususnya pencari kerja dan perusahaan segera memberikan informasi- informasi tentang keahlian yang dibutuhkannya kepada masyarakat dan efektivitas
pemerintah yang dalam hal ini adalah pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui kebijaksanaan yang berorientasi pada penempatan Tenaga Kerja Indonesia khususnya ke
Luar Negeri.
I.5.4.3 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri
Universitas Sumatera Utara
Husni 2005 menyatakan dalam program penempatan dapat dilakukan melalui jalur- jalur kesempatan kerja yaitu melalui Bursa Tenaga Kerja. Bursa tenaga kerja adalah suatu
pengembangan Sistem Informasi Pasar Kerja IPK atau Bursa Kesempatan Kerja BKK yang dapat memberikan informasi secara lengkap dan cepat untuk keperluan penyusunan
pelaksanaan dan penyesuaian perencanaan tenaga kerja. Bursa tenaga kerja atau bursa kesempatan kerja sangat diperlukan untuk mendukung
pola perencanaan tenaga kerja, meliputi penyusunan rencana perluasan kesempatan kerja, pendidikan dan latihan kerja, pengupahan, perlindungan, dan sebagainya.
Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,
“Penempatan Tenaga Kerja Indonesia adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar
negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke Negara
tujuan, dan pemulangan dari Negara tujuan.” Pelaksana penempatan TKI le luar negeri terdiri dari:
a. Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang penempatan TKI ke luar
negeri, baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten atau Kota. b.
Pelaksana Penempatan TKI Swasta PPTKIS yaitu badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas yang mendapat izin dari Menteri untuk berusaha di bidang jasa
penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2004 untuk dapat
memperoleh Surat Ijin Pengerahan dan Penempatan TKI SIPPTKI pelaksana penempatan TKI swasta harus memenuhi syarat:
Universitas Sumatera Utara
b. Berbentuk badan hukum perseroan terbatas PT yang didirikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. c.
Memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan sekurang- kurangnya sebesar Rp. 3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah.
d. Menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp
500.000.000,00 lima ratus juta rupiah pada bank pemerintah. e.
Memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sekurang- kurangnya untuk kurun waktu tiga tahun berjalan.
f. Memiliki unit pelatihan kerja.
g. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
Tanggung jawab PPTKIS yang berkaitan dengan perlindungan TKI A. Edison Nainggolan, 2007: 21-22 :
a. Bertanggungjawab kepada TKI yang ditempatkan sejak dari daerah asal sampai
kembali ke daerah asal. b.
Untuk melakukan rekrut TKI, harus mempunyai surat permintaan tenaga kerja dari pengguna di luar negeri job order.
c. Calon yang direkrut oleh PPTKIS harus mempunyai:
• Perjanjian Penempatan antara TKI dan PPTKIS untuk menjamin kepastian keberangkatan calon TKI serta hak dan kewajiban masing-masing pihak.
• Perjanjian kerja antara TKI dan pengguna untuk menetapkan hak dan kewajiban TKI dan pengguna di luar negeri.
d. PPTKIS wajib memberangkatkan calon TKI selambat-lambatnya 3 tiga bulan sejak
diterbitkannya Kartu Identitas Tenaga Kerja Indonesia KITKI.
Universitas Sumatera Utara
Untuk kelancaran pelaksanaan penempatan tenaga kerja Indonesia, dibentuk Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BP3TKI di Ibukota
Provinsi dan atau di tempat Pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia yang dianggap perlu. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan BNP2TKI yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala BNP2TKI, mempunyai tugas memberikan kemudahan pelayanan pemprosesan
seluruh dokumen penempatan, perlindungan, dan penyelesaian masalah Tenaga Kerja Indonesia secara terkoordinasi dan terintegrasi di wilayah kerja masing-masing.
Dalam melaksanakan tugas pemberian kemudahan pelayanan, pemprosesan dokumen dilakukan bersama-sama dengan instansi pemerintah terkait, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah sesuai bidang tugas masing-masing. Penempatan TKI ke luar negeri hanya dapat dilakukan ke Negara tujuan yang
pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau ke Negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga
kerja asing Pasal 27. Ketentuan ini sangat penting untuk menghindari perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI seperti obyek perdagangan manusia, kekerasan, perbudakan, kerja
paksa, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang tidak manusiawi Husni, 2005: 89-90.
Kegiatan penempatan TKI ke luar negeri disebutkan dalam pasal 31, yaitu meliputi: a. pengurusan Surat Izin Pengerahan.
b. Perekrutan dan Seleksi. c. Pendidikan dan Pelatihan Kerja.
d. Pemeriksaan kesehatan dan psikologi. e. Pengurusan dokumen.
f. Uji kompetensi.
Universitas Sumatera Utara
g. Pembekalan Akhir Pemberangkatan. h. Pemberangkatan.
I.6 Definisi Konsep