dalam mengamati dan menganalisa keadaan tenaga kerja, untuk selanjutnya menjadi pegangan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut.
V.2 Tata Cara Penempatan TKI
Penempatan tenaga kerja ke luar negeri merupakan salah satu tugas yang menjadi tanggungjawab Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam rangka mengurangi jumlah
pengangguran di Indonesia. Di daerah, tugas yang berkaitan dengan ketenagakerjaan menjadi tugas sekaligus merupakan kewenangan dari pemerintah daerah yang diwakili oleh Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Hal tersebut sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004,
tentang pemerintah daerah yang berisikan “kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, agama serta kewenangan bidang lain. Penempatan Tenaga Kerja itu sendiri pada hakikatnya adalah pemberian pelayanan
kepada masyarakat yang berminat untuk ditempatkan bekerja di luar negeri sebagai perwujudan kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat dalam artian memberikan
fasilitas yang akan mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan jaminan perlindungan dari pemerintah atas
pekerjaannya tersebut. Namun kondisi yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa penempatan tenaga kerja ke luar negeri belum sepenuhnya berjalan baik dan masih
ditemuinya hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Informasi tentang pengurusan dalam penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Pemberian informasi yang dikatakan kepada masyarakat tentang penempatan TKI ke luar negeri tidak disosialisasikan
dinas secara langsung ke tengah-tengah masyarakat, namun informasi tentang tata cara dan
Universitas Sumatera Utara
prosedur pengurusan penempatan TKI ini bisa didapat di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, atau pun melalui media massa.
Setelah melakukan pendataan kepada pencari kerja yang telah mendaftarkan diri untuk menjadi TKI setelah mendapatkan informasi tentang lowongan kerja ke luar negeri,
maka pihak Dinas memanggil para pelamar untuk diberikan penyuluhan kembali untuk mendapatkan informasi lanjutan mengenai rincian dan kondisi pekerjaan dan lain sebagainya.
Selanjutnya selain dijelaskan mengenai rincian pekerjaan masing-masing CTKI yang menyangkut tugas dan tanggung jawabnya, perlu juga diberitahukan tentang kualifikasi
persyaratan yang harus dipenuhi oleh CTKI yang akan memangku jabatan tertentu. Jadi, kualifikasi pekerjaan adalah informasi mengenai syarat-syarat umum dan spesifik agar di
kemudian hari jika telah menjadi TKI di luar negeri dapat mempertanggungjawabkan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan.
Bagi calon TKI yang telah diberikan penyuluhan sebagaimana yang telah disebutkan diatas, maka PPTKIS bersama dengan pihak Dinas melakukan seleksi administrasi yaitu
meneliti persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dan harus dipenuhi oleh para CTKI. Pihak Dinas memeriksa legalitas dari surat-surat dokumen yang dimiliki oleh para CTKI.
Seleksi harus mempertimbangkan prinsip-prinsip rasional dan obyektif sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bapak Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja saat diwawancarai
oleh Penulis. Yang dimaksud prinsip rasional adalah metode dan prosedur yang ditempuh dalam seleksi tenaga kerja dapat diterima akal sehat dan tidak terkesan dibuat-buat dengan
maksud menyulitkan CTKI. Oleh karena itu, agar metode dan prosedur seleksi tenaga kerja rasional perlu ditangani oleh yang benar-benar professional sehingga tahu lingkup seleksi
CTKI. Dan yang dimaksud dengan prinsip obyektif adalah seleksi tenaga kerja selalu berpihak pada kenyataan yang ada. Pengaruh subyektif dalam membuat uraian deskripsi
pekerjaan dan analisis seharusnya dilepaskan, meskipun tidak mungkin mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
obyektivitas yang absolut. Dengan kata lain, obyektivitas dalam seleksi tenaga kerja adalah kesimpulan yang diambil sebagai hasil penelaahan, minimum hasil observasi meskipun
sifatnya hanya sementara. Obyektif tidak bergantung pada faktor yang subyektif sifatnya seperti agama, hubungan keluarga, suku, dan marga. Kriteria dasar seleksi CTKI diperlukan
untuk memperoleh tenaga kerja yang berdaya guna serta professionalisme. Setelah para CTKI melewati seleksi, maka CTKI selanjutnya mengikuti pendidikan
dan pelatihan yang diselenggarakan untuk memperoleh nilai tambah tenaga kerja yang bersangkutan. Dengan pendidikan dan pelatihan ini diharapkan CTKI mampu untuk
melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan dapat menghindari permasalahan yang mungkin terjadi.
Para cara TKI setelah melakukan pendidikan dan pelatihan, untuk selanjutnya para CTKI mengikuti PAP Pembekalan Akhir Pemberangkatan sebelum akhirnya
diberangkatkan untuk bekerja di luar negeri. Setelah PAP selesai dilaksanakan, maka para TKI diberi KTKLN Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri yaitu kartu identitas bagi TKI yang
telah memenuhi persyaratan dan prosedur untuk ditempatkan bekerja di luar negeri yang sekaligus merupakan rekomendasi Bebas Fiskal Luar Negeri BFLN. KTKLN wajib diurus
oleh PPTKIS, dan untuk mendapatkannya PPTKIS harus melampirkan : paspor dan visa kerja, bukti pembayaran biaya pembinaan TKI, bukti kepesertaan program asuransi TKI,
perjanjian kerja yang sudah ditandatangani para pihak, surat keterangan telah mengikuti PAP, bukti tabungan TKI dalam rangka program pengiriman uang.
V.3 Faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat dalam Penempatan TKI ke Luar Negeri.