Syarat permohonan kepailitan Kepailitan

natuurlijke verbintenis tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk mengajukan permohonan pailit. 12 3. Adanya dua atau lebih kreditor Syarat ini berarti bahwa debitor haruslah memiliki minimal dua kreditor. Dimana dalam bagian penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUKPKPU dijelaskan, yang dimaksud dengan “Kreditor” adalah baik Kreditor konkuren, Kreditor separatis, maupun Kreditor preferen. Keseluruh syarat dalam Pasal 2 ayat 1 ini adalah bersifat kum ulatif, sehingga tidak dapat dikurangi. Jadi permohonan pailit baru dapat diterima ketika semua syarat tersebut terpenuhi.

2.2.3 Pihak yang dapat memohonkan pailit

Pengajuan permohonan pailit tidaklah dapat dilakukan oleh semua orang, melainkan terbatas hanya pada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh pembuat undang-undang. Hal tersebut dijabarkan dalam Pasal 2 UUKPKPU, yang dimana pada pkoknya menyatakan bahwa pihak yang dapat mengajukan pailit adalah Debitor sendiri, Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, dan Menteri Keuangan. Mengenai dalam hal apa kemudian pihak-pihak tersebut dapat bertindak sebagai pemohon pailit adalah sebagai berikut. 1. Debitor Bila debitor merasa dirinya tidak mampu lagi untuk membayar utang- utangnya pada kreditor maka debitor dapat melakukan permohonan pailit. 12 Op.cit, h. 91. 2. Kreditor Kreditor memiliki hak untuk mengajukan permohonan pailit terhadap debitornya. Kreditor yang dimaksud disini adalah baik itu Kreditor Sparatis, Kreditor konkuren, maupun Kreditor preferen. Bagi kreditor separatis dan juga Kreditor preferen kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta kekayaan debitor. Walaupun ada kekhususan tersebut namun hak untuk mengajukan bai ketiga golongan kreditor ini adalah sama. 3. Kejaksaan Kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepaiitan dalam hal demi kepentingan umum. Berkaitan dengan hal tersebut dalam Penjelasan Pasal 2 Ayat 2 diberikan batasan yang dimaksud dengan “kepentingan umum” oleh pembuat undang-undang, yaitu adalah kepentingan bangsa dan negara dan atau kepentingan masyarakat luas, misalnya: a. debitor melarikan diri; b. debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan; c. debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lainnya yang menghimpun dana dari masyarakat; d. debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat luas; e. debitor tidak beriktikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau f. dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.” 4. Bank Indonesia Dalam hal Debitor adalah Bank, maka Pasal 2 ayat 3 menentukan bahwa yang boleh mengajukan permohonan pernyataan pailitnya hanya Bank Indonesia. Bagian penjelasan pasal ini menerangkan bahwa pengajuan permohonan pailit oleh Bank Indonesia selalu dilakukan semata-mata dengan didasarkan atas penilaian kondisi keuangan bank tersebut dan kondisi perbankan secara keseluruhan. 5. Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam Jika debitor merupakan perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam. Hal ini dikarenakan Debitor menjalankan usaha yang menghimpun dana besar dari masyarakat luas sehingga pengajuan permohonan pailitnya tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang. 6. Menteri Keuangan Jika Debitor merupakan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan public, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.

2.2.4 Pihak yang dapat dimohonkan pailit

Mengenai siapa pihak yang dapat dimohonkan pailit tentunya adalah debitor, maka kita harus melihat ketentuan pada Pasal 1 angka 3 yang mendefinisikan sebagai “Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150