perkara kepailitan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menangani perkara-perkara kepailitan yang ada di negara ini.
1.7. Landasan Teoritis
Kepailitan berasal dari kata dasar pailit dalam bahasa Indonesia, failliet dalam bahsa Belanda, dan bankruptcy dalam bahasa Inggris. Pailit merupakan
suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk melakukan pembayaran –
pembayaran terhadap utang – utang dari para kreditornya.
3
Secara yuridis UUKPKPU tidak memberikan definisi dari pailit, namun hanya memberikan definisi kepailitan dalam Ketentuan Umum pasal 1
UUKPKPU yang menyatakan sebagai berikut. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini. Siapakah kemudian yang dapat disebut dengan Debitor menurut
UUKPKPU, “Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang – undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.”
Penagihan utang tersebut dimuka pengadilan ini, haruslah memenuhi syarat kepilitan yang tertuang dalam Pasal 2 ayat 1 UUKPKPU yang
menyebutkan bahwa. Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yangtelah jatuh waktu dan dapat ditagih,
3
Ibid, h.1.
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
Jadi utang merupakan unsur penting dari adanya kepailitan itu sendiri, maka dari itu kita perlu mengetahui apa itu utang. Dalam Pasal 1 angka 6
UUKPKPU tertuang definisi yuridis mengenai utang. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau
kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada
Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.” Dari rumusan di atas kita dapat melihat bahwa utang bisa timbul salah
satunya dari perjanjian. Dalam praktik bisnis, adalah hal yang lumrah jika antara pihak satu dengan pihak lainnya membuat sebuah perikatan. Perikatan tersebut
kemudian dituangkan dalam berbagai jenis kontrak atau perjanjian. Dalam bahasa Indonesia istilah kotrak sama pengertiannya dengan
perjanjian. Istilah kontrak lebih menunjukkan nuansa bisnis atau komersial dalam hubungan hukum yang dibentuk, sedangkan istilah perjanjian cakupannya lebih
luas.
4
Di dalam Buku III KUH Perdata dikenal lima macam asas hukum, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda asas
kepastian hukum, asas itikad baik, dan asas kepribadian.
5
Kelima asas
4
Simamora Sogar, 2013, Hukum Kontrak “Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintahan di Indonesia”, Kantor Hukum WINS and Patners, Surabaya, h. 23.
5
Salim H.S., H. Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, 2011, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding MoU, Cet.V, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.