Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan ilmu hukum terkait paradigma science as a process, yang artinya ilmu tidak akan pernah final
untuk digali dan tidak akan pernah habis untuk ditelusuri kebenarannya.
1.5.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam
Putusan Mahkamah Agung RI No. 45KPdt.Sus-Pailit2013. b.
Untuk mengetahui akibat hukum dari adanya perbedaan pertimbangan hukum antara Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adaalah dapat memberikan dampak yang positif bagi penulis dan bagi semua pihak. Adapun manfaat tersebut
dibagi menjadi dua yaitu.
1.6.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah terjadinya perkembangan ilmu hukum sehingga kiranya dapat dipergunakan sebagai bahan
pustaka dan rujukan dalam bidang hukum kepailitan dan hukum perusahaan.
1.6.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis yang diharapkan melalui penelitian ini untuk para mahasiswa hukum adalah agar dapat memberikan pengetahuan dan penjelasan
mengenai hukum kepailitan dan penerapannya di dalam sebuah putusan. Sedangkan bagi para penegak hukum khususnya Majelis Hakim yang menangani
perkara kepailitan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menangani perkara-perkara kepailitan yang ada di negara ini.
1.7. Landasan Teoritis
Kepailitan berasal dari kata dasar pailit dalam bahasa Indonesia, failliet dalam bahsa Belanda, dan bankruptcy dalam bahasa Inggris. Pailit merupakan
suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk melakukan pembayaran –
pembayaran terhadap utang – utang dari para kreditornya.
3
Secara yuridis UUKPKPU tidak memberikan definisi dari pailit, namun hanya memberikan definisi kepailitan dalam Ketentuan Umum pasal 1
UUKPKPU yang menyatakan sebagai berikut. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini. Siapakah kemudian yang dapat disebut dengan Debitor menurut
UUKPKPU, “Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang – undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.”
Penagihan utang tersebut dimuka pengadilan ini, haruslah memenuhi syarat kepilitan yang tertuang dalam Pasal 2 ayat 1 UUKPKPU yang
menyebutkan bahwa. Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yangtelah jatuh waktu dan dapat ditagih,
3
Ibid, h.1.