Jenis-Jenis Perdagangan Manusia human trafficking Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Trafficking

penerimaan pembertahuan tersebut oleh sekretaris jenderal. 2. Sebuah organisasi penyatuan ekonomi wilayah berhenti menjadi pihak protokol ini jika semua negara anggotanya menolaknya. Pasal 20 Tempat Penyimpanan dan Bahasa 1. Sekretaris jenderal perserikatan bangsa-bangsa ditunjuk sebagai tempat penyimpanan Protokol ini. 2. Protokol asli yang dibuat dalam bahasa arab, cina, inggris, prancis, russia, dan spanyol memiliki keaslian yang sama dan harus diserahkan kepada sekretaris jenderal perserikatan bangsa-bangsa. Demikianlah, para wakil berkuasa penuh yang bertandatangan di bawah ini, yang diberikan wewenang sebagaimana mestinya oleh Pemerintah mereka yang masing- masing, telah menandatangani Protokol ini.

C. Jenis-Jenis Perdagangan Manusia human trafficking

Jenis-jenis perdagangan manusia human trafficking terutama perempuan dan anak didefinisikan sebagai : a. Perdagangan seks dimana tindakan seks komersial diberlakukan secara paksa, dengan cara penipuan, atau kebohongan, atau dimana seseorang diminta secara paksa melakukan suatu tindakan demikian belum mencapai usia 18 tahun; atau b. Merekrut, menampung, mengangkut, menyediakan atau mendapatkan seseorang untuk bekerja atau memberikan pelayanan melalui paksaan, penipuan, atau kekerasan untuk tujuan penghambaan, peonasi, penjeratan hutang ijon atau perbudakan. 61 61 TVPA Trafficking Victims Protections Act menyebutkan jenis-jenis perdagangan manusia terutama perempuan dan anak. Refina Aditama, 2001 hal. 67 Universitas Sumatera Utara Irwanto dkk, mencatat sedikitnya terdapat lima jenis perdagangan manusia human trafficking, yaitu : 62 1. Perdagangan perempuan dan anak untuk pelacuran 2. Perdagangan perempuan dan anak untuk dijadikan pembantu rumah tangga 3. Perdagangan perempuan dan anak untuk dijadikan pengemis 4. Perdagangan perempuan dan anak untuk dipekerjakan pada tempat-tempat yang berbahaya 5. Perdagangan perempuan dan anak untuk dijadikan pengedar narkoba

D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Trafficking

Faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan manusia, terutama perempuan dan anak adalah sebagai berikut : 63 1. Adanya kemiskinan struktural dan disharmonisasi keluarga yang dapat memicu depresi dan frustasi. 2. Adanya kepercayaan para konsumen bahwa berhubungan seks dengan anak- anak dapat sebagai obat kuat, obat awet muda dan mendatangkan hoki tertentu. 3. Orang tua berpendapatberopini bahwa perempuan dan anak dapat dijadikan sebagai aset yang mendatangkan keuntungan yang sangat besar, sehingga orang tua kandung sampai hati menjual mereka dengan harga yang sangat tinggi, khususnya harga keperawanannya. 62 Irwanto., Op.Cit., hal 78 63 Widya Susanty, S.Psi, Skripsi., Fenemena Kekerasan Seksual Korban Trafficking, 2002, hal. 25-26 Universitas Sumatera Utara 4. Jeritan hutang, dimana orang korban dililitkan hutang dengan germo sehingga pada jatuh tempo orang tua korban tidak sanggupmampu untuk membayar hutang kepada germo, malahan mereka menjadi tambal untuk melunasi hutangnya. 5. Orang tua kandung kala beranggapan bahwa perempuan dan anak dapat dipandang sebagai sesuatuaset yang dapat memperoleh keuntungan yang sangat besar, sehingga orang tua sampai hati untuk menjual mereka. Disamping itu juga banyak faktor yang mendorong orang terlibat dalam perdagangan manusia, yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu supply and demand, antara lain sebagai berikut : 1. Human Trafficking merupakan bisnis yang menguntungkan. Hal ini menyebabkan kejahatan internasional terorganisir menjadi prostitusi internasional dan jaringan perdagangan manusia sebagai fokus utama kegiatannya. 2. Kemiskinan telah mendorong anak-anak tidak sekolah sehingga kesempatan untuk memiliki keterampilan kejuruan serta kesempatan kerja menyusut. Seks komersial kemudian menjadi sumber nafkah yang mudah untuk mengatasi masalah pembiayaan hidup. Kemiskinan pula yang mendorong kepergian anak dan ibu sebagai tenaga kerja wanita, yang dapat menyebabkan anak terlantar tanpa perlindungan sehingga berisiko menjadi korban 3. Keinginan untuk hidup lebih layak, tetapi dengan kemampuan yang minim dan kurang mengetahui informasi pasar kerja, menyebabkan mereka terjebak Universitas Sumatera Utara dalam lilitan hutang para penyalur tenaga kerja dan mendorong mereka masuk kedalam dunia prostitusi. 4. Konsumerisme merupakan faktor yang menjerat gaya hidup anak remaja, sehingga mendorong mereka memasuki dunia pelacuran secara dini. Akibat konsumerisme, berkembanglah kebutuhan untuk mencari uang banyak dengan cara mudah. 5. Pengaruh sosial budaya seperti pernikahan di usia muda yang rentan perceraian, yang mendorong anak memasuki eksploitasi sosial komersial. Adanya kepercayaan bahwa hubungan seks dengan anak-anak secara homoseksual atau heteroseksual akan meningkatkan kekuatan magis seseorang atau membuat awet muda, telah membuat masyarakat melegitimiasi kekerasan seksual dan bahkan memperkuatnya. 6. Kebutuhan para majikan akan pekerjaan yang murah, penurut, mudah diatur, dan mudah ditakut-takuti telah mendorong naiknya demand terhadap pekerja anak. 7. Perubahan struktur sosial yang diiringi cepatnya industrialisasikomersialisasi, telah meningkatkan jumlah keluarga menengah, sehingga meningkatkan kebutuhan akan perempuan dan anak untuk dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga. Dalam kondisi yang tertutup dari luar, anak-anak itu rawan terhadap penganiayaan baik fisik maupun psikis. Universitas Sumatera Utara 8. Kemajuan bisnis pariwisata di seluruh dunia yang juga menawarkan pariwisata seks, termasuk yang mendorong tingginya permintaan akan perempuan dan anak-anak untuk bisnis tersebut. 64 Ada beberapa faktor-faktor yang lainnya menyebabkan terjadinya human trrafficking Ditinjau dari Penelitian Pemerintah Sumatera Utara yaitu : 1. Human tracfficking merupakan bisnis illegal yang menguntungkan terbesar. Trafficking tercatat sebagai bisnis illegal dengan keuntungan terbesar ketiga, setelah perdagangan gelap senjata dan narkoba. 2. Kemiskinan Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin Indonesia tahun 2002 sebesar 17,6. Sedangkan penduduk miskin Sumatera Utara tahun 2002 sebesar 15,84 dan tahun 2004 turun menjadi 14,93. Data di atas memperlihatkan bahwa akses perempuan untuk bekerjaberusaha lebih rendah daripada laki- laki. Angkatan kerja di Sumatera Utara tahun 2004 sebagian besar berpendidikan SD ke bawa 41,57 sedangkan SLTP 23,82, SLTA 29,88 dan di atas SLTA 4,42. 3. Pendidikan Di Sumatera penduduk buta huruf tahun 2004 laki-laki sebesar 1,54 dan perempuan 4,34. 4. Lain-lain kondisi, keluarga, dan masyarakat Kondisi keluarga dan sosial masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan, sumber pendapatan, ketidaktahuan akan hak dan informasi, gaya hidup 64 Chairul Bariah Mozasa, Aturan-Aturan Hukum Trafficking Perdagangan Perempuan Dan Anak, Dosen Fakultas Hukum USU, Medan, hal. 13-14 Universitas Sumatera Utara konsumtif, faktor ketidakadilan gender dan budaya patriarkhi atau kuatnya dominasi laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, meningkatnya permintaan, dampak penyiaran dan tulisan porno di media, rendahnya kesadaran terhadap nilai anak dan faktor-faktor lain yang merupakan titik lemah ketahanan keluarga dan masyarakat. 65 1. Tidak adanya kontrol sosial terhadap munculnya kasus human trafficking. Selain faktor-faktor di atas maka, dapat juga kita ketahui bahwa faktor- faktor terjadinya human trafficking disebabkan oleh 3 tiga faktor, diantaranya adalah sebagai berikut : 2. Adanya hubungan hirarki sosial di masyarakat yang sering kali menempatkan anak pada tangga terbawah Setelah laki-laki dan perempuan. 3. Ketimpangan sosial dan struktur ekonomi sosial yang menindas sering kali melahirkan semacam kultur kekerasan khususnya dikalangan keluarga miskin. 66 Disamping itu, Pelaku Human Trafficking menggunakan berbagai teknik untuk menanamkan rasa takut pada korban supaya bisa terus diperbudak oleh mereka. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh para pelaku terhadap korban antara lain: 67 1. Menahan gaji agar korban tidak memiliki uang untuk melarikan diri; 65 Sabriana, Makalah Upaya Pemerintah Sumatera Utara alam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Sinergitas dan Daerah Dalam Implementasinya, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Biro Pemberdayaan Perempuan SetdaProvsu, 2997, Medan. 66 Ibid, hal. 3-4. 67 http:www.google.co.idsearch?hl=idq=pandangan+dunia+penanganan+korban+traffi cking+di+ indonesiabtnG=Telusuri+dengan +Goolemeta=aq=foq= Universitas Sumatera Utara 2. Menahan paspor, visa dan dokumen penting lainnya agar korban tidak dapat bergerak leluasa karena takut ditangkap polisi; 3. Memberitahu korban bahwa status mereka ilegal dan akan dipenjara serta dideportasi jika mereka berusaha kabur; 4. Mengancam akan menyakiti korban danatau keluarganya; Membatasi hubungan dengan pihak luar agar korban terisolasi dari mereka yang dapat menolong; 5. Membuat korban tergantung pada pelaku human trafficking dalam hal makanan, tempat tinggal, komunikasi jika mereka di tempat dimana mereka tidak paham. 6. Memutus hubungan antara pekerja dengan keluarga dan teman; Selain cara-cara diatas yang kerap dilakukan oleh para pelaku human traffciking ada beberapa bentuk human trafficking yang terjadi khususnya pada anak-anak dan perempuan baik di dalam maupun di luar negeri. Antara lain, kerja paksa seks dan eksploitasi seks, pembantu rumah tangga, penari, penghibur, kedok pertukaran budaya, pengantin pesanan, penjulan bayi, dan buruh anak. Perlu diingat bahwa kasus perdagangan manusia ini dapat terjadi dalam lingkup domestik antara desa dan kota urbanisasi maupun lintas batas negara trans- nasional. Berdasarkan penemuan di lapangan, sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang terjadi dalam penanganan korban human trafficking, diantaranya adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Eksploitasi Buruh Migran Setiap orang yang dijanjikan dengan suatu pekerjaan sebagai pekerja yang informal sebagai pembantu rumah tangga, pelayan toko, pekerja pabrik, atau pelayanan restoran. Lalu dikirim dan diterima oleh agen di negara tujuan. Di negara tersebut mereka dipekerjakan layaknya seperti budak, tidak mendapatkan haknya sebagai pekerja seperti gaji dan waktu istirahat, tidak boleh meninggalkan tempat kerja ditambah dengan siksaan fisik, psikologis, maupun seksual. 2. Eksploitasi Prostitusi Pada mulanya korban dijanjikan bekerja sebagai pekerja informal seperti pembantu rumah tangga, pelayan restoran, dan pengasuh anak dan lain-lainnya, ternyata dilacurkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelaku perdagangan orang, tidak hanya melacurkan korban di lokalisasi-lokalisasi ke hotel-hotel dan melakukan transaksi di sana. Korban biasanya dikurung di sebuah kamar apartemen, kemudian dibawa keluar untuk melayani pelanggan di hotel- hotel tempat pelaku bertemu dengan pelanggan dan pelanggan bebas memilih korban. Pelakulah yang bertransaksi langsung dengan pelanggan sementara korban tidak memiliki kekuasaan untuk menolak, apalagi dengan penjagaan ketat dari para bodyguard, dipaksa untuk melayani pelanggan. Walaupun kadang korban tahu bahwa dia bekerja sebagai prostitusi, namun biasanya karena ditipu oleh pelaku, seperti tentang kondisi pekerjaannya, dijerat utang, dipaksa melayani sejumlah laki-laki dalam satu hari dan dilarang meninggalkan lokalisasi sebelum membayar sejumlah besar uang yang dianggap utang mucikari, maka korban tidak dapat berbuat apa-apa. Eksploitasi prostitusi juga dapat terjadi di lokasi Universitas Sumatera Utara perkebunan, dimana pelaku mengorganisir kegiatan ini di lokalisasi perkebunan terpencil dengan target pelanggan para pekerja perkebunan tersebut. 3. Kerja Paksa Laki-laki dewasa dan anak ditawari pekerjaan perkebunan, pabrik kayu, atau sebagai pekerja bangunan di luar negeri, dan dijanjikan dengan mendapat gaji yang tinggi dan fasilitas mess yang disiapkan oleh perusahaan. Sesampainya di lokasi kerja, ternyata korban bekerja tanpa gaji dan istirahat yang cukup, dilarang meninggalkan tempat kerja dan tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Atau mereka dieksploitasi diwilayah perkebunan, biasanya tinggal di gubuk- gubuk tidak permanen dan dilarang meninggalkan tempat kerja sebelum mereka menyelesaikan kontrak biasanya dua tahun. Lebih menganaskan lagi, kadang- kadang, ketika perjalanan hampir selesai, pelaku melaporkan kepada polisi setempat tempat keberadaan mereka yang biasanya tidak berdokumen. Akhirnya mereka ditangkap polisi dan dianggap melanggar peraturan keimigrasian dan tentu saja pelaku tidak perlu membayar gaji mereka. 4. Training atau Pelatihan Anak-anak yang dikirim keluar negeri dengan alasan training atau pelatihan ternyata kemudian dipaksa bekerja di hotel, restoran, di kapal nelayan, dan jermal tanpa gaji dan waktu istirahat yang cukup. Disamping merupakan situasi yang eksploitatif yang dapat dianggap sebagai perdagangan manusia dewasa, situasi-situasi seperti itu melanggar hak-hak anak berdasarkan perundang-undangan Indonesia. Korban ditipu dengan alasan sebagai duta budaya, ternyata kemudian dipaksa bekerja di hotel, restoran, di kapan nelayan, Universitas Sumatera Utara dan jermal tanpa gaji dan waktu istirahat yang cukup. Disamping merupakan suatu situasi yang eksplosif yang dapat dianggap sebagai perdagangan manusia dewasa, situasi-situasi seperti itu melanggar hak-hak anak berdasarkan perundang-undangan Indonesia. Korban ditipu dengan alasan hak-hak anak berdasarkan perundang-undangan Indonesia. Korban ditipu dengan alasan sebagai duta budaya, ternyata kemudian dilacurkan atau dipaksa menjadi penari erotis. 5. Penculikan Anak perempuan remaja diculik pada saat pulang sekolah lalu dibius dan dipindahkan untuk kemudian dilacurkan. Pembiusan yang sering terjadi terhadap perempuan dewasa, biasanya di kendaraan umum misalnya dalam bus-bus antar kota. 6. Pengantin Pesanan Korban dijanjikan dinikahi dengan warga negara asing namun kemudian oleh suaminya dijadikan pembantu rumah tangga atau bahkan dilacurkan. 7. Kawin Kontrak Korban kawin kontrak dan dieksploitasi sebagai oleh suaminya. Selain faktor-faktor di atas juga terdapatnya penyebab terjadinya human traffciking, hal ini dapat dijelaskan dengan empat sebab yaitu : Pertama, karena motif adopsi. Modernisasi di negara-negara Barat telah melahirkan tingkat kemakmuran tinggi yang membawa perubahan jalan pikiran tentang perkawinan dan keluarga. Di negara-negara Skandinavia, kaum wanita memilih tidak kawin, atau kalau pun kawin tidak ingin memiliki anak. Pemerintah bahkan sampai harus mengiming-iming hadiah besar bagi wanita yang mau melahirkan anak. Tetapi mereka adalah warga yang telah sukses dalam Universitas Sumatera Utara membangun ekonomi. Mereka mengabaikan segala iming-iming tersebut, bahkan rela mengeluarkan dana besar untuk mengadopsi anak. Kebutuhan adopsi massal itulah yang menyebabkan lahirnya para penjual bayi, calo-calo anak dan segenap jaringannya. Pada sisi lain negara-negara berkembang masih dipenuhi warga miskin dengan segala persoalannya, yang kemudian menjadi sasaran pencarian anak-anak yang akan diadopsi melaui proses perdagangan. Untuk motif ini pedagang tidak hanya mengambil anak-anak yang sudah beranjak Balita, anak usia sekolah atau remaja saja, bahkan masih orok dan janin pun bisa diterima. Kedua, motif pemerkerjaan. Dengan memperkerjaan anak-anak tidak perlu membayar tinggi, bahkan tidak dibayar sama sekali kecuali tempat tidur dan makanan yang tidak layak. Dengan mempekerjaan anak keuntungan bisa diperoleh berlipat-lipat. Inilah yang disebut perbudakan. Motif pemerkerjaan juga terjadi pada dunia hiburan, dengan mempekerjalan anak perempuan bisa mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Ketiga, motif eksploitasi seksual. Motif ini paling banyak menimbulkan korban yakni dengan menjadikan anak-anak sebagai pelacur maupun bentuk eksploitasi lainnya. 68 Keempat, motif lainnya. Yang paling menonjol adalah untuk transplantasi organ tubuh seperti ginjal, liver, mata, dan sebagainya. Dalam kondisi terpaksa atau terancam, korban akan menyerahkan organ tubuhnya. Sasaran penjualan transplantasi adalah kota Bombay, trafficking diambil ginjalnya bukan untuk 68 http:www.gugustugastrafficking.org.index.php?option=comcontentviewarticleid= 250:faktor-faktor-penyebab-gangguan-jiwa-pada-korban-trafficking catid-89:infoItemid=118 diunggah pada tanggal 5 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara transplantasi tetapi dibuat soup ginjal. Ada mitos di Shanghai, dengan menyantap soup ginjal maka akan menambah keperkasaan laki-laki. Semakin muda ginjal, semakin optimal keperkasaannya, maka semakin mahal pula harganya. Agusmidah, Tenaga Kerja Indonesia, Perdagangan Manusia Human Trafficking Dan Upaya Penanggulangannya Sudut Pandang Hukum Ketenagakerjaan, Makalah Dialog Interaktif, “Tekad Memberantas Perdagangan Perempuan dan Anak Dengan Memberi Advokasi Penegakan Hukum Melalui UU No. 21 Tahun 2007” 69 69 Agusmidah. Tenaga Kerja Indonesia, Makalah “Tekad Memberantas Perdagangan Perempuan dan Anak Dengan Memberi Advokasi Penegakan Hukum Melalui UU No. 21 Tahun 2007”, Medan, 2007, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara 90

BAB IV PERANAN INTERPOL DALAM PEMBERANTASAN JARINGAN