Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Kriteria
Hasil Nilai Kritis
Evaluasi Model CminDF 375.445
≤ 2,00 kurang baik
Probability 0.000 ≥ 0,05
kurang baik RMSEA 0.078
≤ 0,08 baik
GFI 0.774 ≥ 0,90
kurang baik AGFI 0.718
≥ 0,90 kurang baik
TLI 0.883 ≥ 0,95
kurang baik CFI 0.898
≥ 0,94 kurang baik
Sumber: Data Diolah Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach base model ternyata
dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya belum menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan
data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Berdasarkan uji Reliability Consistency
Internal terdapat indikator tereliminasi sehingga model berubah sebagaimana terdapat di bawah ini.
Gambar 4.4
KT Penetration
Dynamic
Complexity Structure
1 Environmental
Centralization
Formalization
Complexs
Integration Y11
er_13 1
1 Y12
er_14 1
Y13 er_15
1 Y21
er_16 1
1 Y22
er_17 1
Y23 er_18
1 Y31
er_19 1
1 Y32
er_20 1
Y33 er_21
1 Y41
er_22 1
1 Y42
er_23 1
Z5 er_5
1 1
Z4 er_4
1 Z3
er_3 1
Z2 er_2
1 Z1
er_1 1
X14 er_9
1 1
X13 er_8
1 X12
er_7 1
X11 er_6
1
X23 er_12
1 1
X22 er_11
1 X21
er_10 1
d_kt 1
d_dy 1
d_ct 1
d_fm 1
d_cm 1
d_it 1
d_co 1
0.05 d_ci
1 MODEL PENGUKURAN STRUKTURAL
Social Responsibility, Company Image Model Specification : One Step Approach - Modification Model
Sumber: data diolah Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Kriteria
Hasil Nilai Kritis
Evaluasi Model CminDF 0.814
≤ 2,00 baik
Probability 0.973 ≥ 0,05
baik RMSEA 0.000
≤ 0,08 baik
GFI 0.900 ≥ 0,90
baik AGFI 0.900
≥ 0,90 baik
TLI 1.310 ≥ 0,95
baik CFI 1.000
≥ 0,94 baik
Sumber: Data Diolah Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata
dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model
konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya
didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix: 5.8983e-005 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini
sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing- masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah
ini. Tabel 4.10. Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis Kausalitas Regression Weights
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate
Estimate Prob.
Organization_Structure Environmental_Attribute 0.006
0.029 0.618
KT Penetration Environmental_Attribute 0.110
0.145 0.315
Organization_Structure KT Penetration
0.015 0.050
0.623 Batas Signifikansi
≤ 0,10
Sumber : data diolah Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa : a.
Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor Organization Structure,
tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,618 ≥ 0,10
[tidak signifikan [positif]. b.
Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap variabel KT Penatration,
tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,315 ≥ 0,10 [tidak
signifikan [positif].
c. Faktor KT Penetration berpengaruh positif terhadap variabel Organization
Structure , tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,623
≥ 0,10 [tidak signifikan [positif].
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil hipotesis Faktor Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor Organization Structure, tidak dapat diterima. Hal ini
terbukti bahwa diera globalisasi semakin banyaknya persaingan menimbulkan perubahan yang sangat berdampak negatif pada perkembangan perusahaan.
Seperti halnya dengan masalah yang sudah dan telah terjadi dalam perusahaan, beberapa diantaranya adalah naiknya harga BBM, keterlambatan dalam hal
pengadaan dan pengiriman BBM sampai ketangan konsumen, persaingan dengan perusahaan sejenis. Ketidakpastian lingkungan tersebut menyebabkan
permasalahan-permasalahan yang harus dapat dipecahkan oleh pihak manajemen atau structural perusahaan.
Naiknya harga BBM menyebabkan perusahaan mengalami dilemma dalam menentukan harga jual produk, ditambah lagi dengan kurangnya pasokan akibat
dari keterlambatan dalam masalah transportasi. Saat harga BBM naik, pengusaha harus membayar kenaikan pajak bahan bakar, pajak bahan bakar memang dihitung
berdasarkan harga jual BBM. Pemerintah juga mengeluarkan himbauan kepada pengusaha untuk menambah biaya makan dan transportasi untuk buruh.
Dari sisi biaya operasional, perusahaan tidak dapat menghindar dari dampak kenaikan harga BBM. Dua komponen biaya operasional yang paling
terkena dampak kenaikan harga BBM adalah biaya transportasi dan kompensasi
pegawai. Biaya transportasi, digunakan baik untuk distribusi barang maupun maupun mobilitas pegawai. Sementara biaya kompensasi pegawai akan naik
seiring kenaikan inflasi akibat kenaikan harga BBM. Kompensasi itu diperlukan agar karyawan dapat memiliki standar kehidupan dan daya beli yang sama seperti
saat sebelum terjadi inflasi sehingga produktivitas mereka tetap terjaga. Kenaikan BBM juga membawa pengaruh buruk tehadap karyawan diakibatkan akan
kekhawatiran karyawan akan ancaman PHK, sehingga berdampak pada stabilitas produktivitas kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil hipotesis Faktor Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor KT Penetration, tidak dapat diterima. Persaingan bisnis
yang semakin ketat di era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya. Oleh karena itu PT. Sulfa Group diharapkan
dapat mengimplementasikan proses penciptaan produk atau jasanya secara lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat dibandingkan dengan pesaing bisnisnya.
Dengan naiknya harga jual produk secara tidak langsung berimbas pada omzet penjualan yang dapat menurun, disebabkan daya beli konsumen yg semakin
menurun. Salah satu cara yang telah ditempuh adalah dengan memanfaatkan teknologi komunikasi guna merencanakan pengembangannya untuk mendapatkan
informasi lebih dini sehingga mampu melakukan terobosan atau keputusan lebih cepat dari pesaingnya. Akan tetapi Manajemen PT. Sulfa Group terbentur dengan
penyampaian wewenang yang disampaikan atas keputusan yang telah dibuat. Target yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh
karyawan, produktivitas menurun. Apa yang terjadi, ternyata alat komunikasi