PENGARUH ATRIBUT LINGKUNGAN DAN PENETRASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP.

(1)

ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP

Yang diajukan

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

Telah Diseminarkan Dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi Oleh

Pembimbing Utama

Wiwik Handayani, SE,Msi Tanggal: ……….

Mengetahui

Ketua Jurusan Manajemen

Drs.Ec.Gendut Sukarno, Ms

NIP : 030.202.389


(2)

Yang diajukan

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Wiwik Handayani, SE,Msi Tanggal: ……….

Mengetahui

a.n. Dekan Fakultas Ekonomi Pembantu Dekan 1

Drs. Ec. Syaiful Anwar, MSi


(3)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh:

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

JAWA TIMUR


(4)

SKRIPSI

Oleh:

Agung Pambudi mahaputra

0312010203 / FE / EM

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

JAWA TIMUR


(5)

(Studi Pada De Boliva Ice Cream Surabaya)

Disusun oleh:

KARTIKA YUS AGUSTIN

0413010134/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur pada tanggal 24 Oktober 2008.

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Dr. Sumarsono, MSi Dr. Sumarsono, MSi

Sekretaris

Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi

Anggota

Dra. Ec. Tituk D. W, Maks

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi


(6)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH ATRIBUT LINGKUNGAN DAN PENETRASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP ”

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs.Ec. Gendut Sukarno, MSi. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu. Wiwik Handayani, SE. MSi. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya.


(7)

6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, Desember 2008


(8)

Keywords: Atribut Lingkungan, Penetrasi Teknologi Komunikasi dan Struktur Organisasi

Oleh :

Agung Pambudi Maha Putra

Perkembangan dunia usaha atau bisnis yang semakin maju dan modern ini, persaingan semakin terasa sangat ketat dalam skala global. Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses serta terbentuknya masyarakat informasi. Perusahaan sebagai pelaku bisnis harus memperhatikan kemajuan teknologi informasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Tidak diragukan lagi derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi menyebabkan sebuah kompetisi. Pada awal bulan Juni 2008 Pemerintah menetapkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,- dan hal ini sangat berpengaruh pada PT. Sulfa Group dikarenakan sebagian besar anak perusahaan dari Sulfa Group bergerak dalam bidang SPBU dan transportir Bahan Bakar Minyak. Sedangkan sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak banyak SPBU yang mengalami kehabisan stock bahan bakar minyak. Semua hal tersebut disebabkan komunikasi yang terlambat yang menyebabkan tidak dapat dengan cepat membuat keputusan, merubah struktur dan proses-proses perusahaan dalam pendistribusian bahan bakar minyak tersebut. Dampak dari keterlambatan pengiriman tersebut menyebabkan penyusutan BBM dan menyebabkan kerugian perusahaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Manajer dan asissten Manajer dari PT. Sulfa Group yang berjumlah 120 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 115 responden dengan menggunakan Structural Equation Modelling.

Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data yang telah diperoleh dari para responden, maka dalam bab ini akan dicoba untuk menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

a. Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor Organization Structure, tidak dapat diterima.

b. Variabel Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap variabel KT Penatration, tidak dapat diterima.

c. Faktor KT Penetration berpengaruh positif terhadap variabel Organization Structure, tidak dapat diterima.


(9)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha atau bisnis yang semakin maju dan modern ini, persaingan semakin terasa sangat ketat dalam skala global. Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan dalam teknologi, produk dan proses serta terbentuknya masyarakat informasi. Perusahaan sebagai pelaku bisnis harus memperhatikan kemajuan teknologi informasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Tidak diragukan lagi derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi menyebabkan sebuah kompetisi. (Panjaitan, 2006:27)

Dalam hal ini diperlukan adanya pengelolaan kegiatan manajemen perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, dengan memperhatikan azas-azas ekonomi perusahaan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Informasi memiliki peran penting dalam membantu memprediksi konsekuensi yang mungkin akan terjadi atas berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Apalagi dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi ini, untuk mencapai kinerja yang maksimal tentunya manajer memerlukan suatu informasi yang berhubungan dengan tugas yang akan dilaksanakannya. Sebab informasi yang bernilai potensial dapat memberikan kontribusi langsung terhadap berbagai alternatif tindakan. Dengan adanya informasi juga akan meningkatkan kemampuan manajer untuk memahami keadaan lingkungan yang sebenarnya dan berfungsi


(10)

pula dalam mengidentifikasi aktivitas yang relevan. Karakteristik informasi yang bermanfat berdasarkan persepsi para manajer sebagai pengambilan keputusan dikategorikan kedalam empat sifat yaitu : broadscope, timeliness, agregasi, dan informasi yang terintegrasi.

Pada organisasi terdesentralisasi para manajer membutuhkan informasi yang lebih dibandingkan dengan organisasi sentralisasi, sebab organisasi sentralisasi manajer hanya menjalankan tugas atas perintah atasannya saja. Manajer memerlukan informasi disini digunakan untuk mendukung kebutuhan mereka dalam pengambilan keputusan. Kondisi tersebut menimbulkan perlunya mempertimbangkan suatu keselarasan antara tingkat desentralisasian dengan tingkat ketersediaan karakteristik informasi akuntansi manajemen, kesesuaian antara informasi dengan kebutuhan pembuat keputusan akan mendukung kualitas keputusan yang akan diambil dan pada akhirnya dapat memecahkan permasalahan yang ada.

Lingkungan di negara kita akhir-akhir ini selalu mengalami perubahan, sehingga setiap keputusan yang harus diambil manajemen selalu menghadapi ketidakpastian lingkungan yaitu ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat. Dalam lingkungan yang stabil proses perencanaan dan pengendalian tidak banyak menghadapi masalah karena perubahan terhadap lingkungan dapat diramalkan secara tepat. Namun dalam lingkungan yang tidak pasti (dinamis) proses perencanaan dan pengendalian akan menjadi lebih sulit dan banyak menghadapi masalah karena kejadian yang akan datang sulit diperkirakan.


(11)

Sedangkan proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan mereka. Pengarahan mengharuskan manajer berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat dicapai. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian esensi pengawasan. Jadi, manajer dapat melaksanakan fungsi manajemen hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.

Lee dan Grover dalam Nasir (2003:70) menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan variabel yang mempengaruhi kekuatan hubungan kausal antara ketidakpastian dengan struktur organisasi.

Dalam menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi kondisi lingkungan dan penetrasi lingkungan didasari oleh Teori Kontijensi (Contigency Theory). Teori ini berasal dari Otley, pendekatan kontijensi ini digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan dan ketepatan menerapkan struktur organisasi yang tepat pada berbagai kondisi lingkungan, maka dengan mendasarkan pada teori kontijensi tersebut ada beberapa faktor situasional yang akan saling berinteraksi didalam mempengaruhi suatu kondisi tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu lingkungan itu lebih beranekaragam, lingkungan itu sedang berubah, ada sejumlah saling ketelibatan diantara berbagai unsurnya. Hal ini menjadikan organisasi menjadi lebih tergantung dalam sebuah lingkungan dimana sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia


(12)

secara meluas, sumber daya yang tidak disalurkan, peningkatan koneksi menggangu unsur-unsur lingkungan keterkaitan diantara mereka.

Secara umum, Informasi Teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Pfeffer dan Leblebici menegaskan bahwa “Adalah saat perusahaan menghadapi perubahan lingkungan yang kompleks dan dengan cepat bahwa Informasi Teknologi perlu dan sama-rata”. Huber [juga merumuskan bahwa kebutuhan untuk kapasitas proses-informasi meningkat selama periode kekacauan dan kompleksitas lingkungan yang meningkat, sedangkan Lee dan Leifer berpendapat bahwa aturan sebelumnya antara struktur perusahaan dan sistem informasi (IS) adalah penting bagi perusahaan untuk mencapai fleksibilitas dan efisiensi pada lingkungan kompetitif dan bergolak. Akhir-akhir ini, Ferioli dan Migliarese menyajikan model “relasional” Informasi Teknologi untuk menghadapi perubahan perusahaan (misalnya koordinasi lebih besar) perlu untuk merespons pada perubahan di lingkungannya.

Seperti pada pendapat yang diberikan oleh Lederer dan Mendelow, perubahan lingkungan menciptakan masalah untuk perusahaan dan ini harus mengembangkan mekanisme (yaitu struktur) untuk menghadapi masalah-masalah ini. Dinamisme dan kompleksitas lingkungan yang lebih tinggi diharapkan untuk menciptakan kebutuhan untuk jumlah yang lebih besar dari informasi dan proses dan berbagi informasi yang lebih besar. Kebutuhan ini menuntun pada investasi teknologi informasi yang lebih banyak


(13)

Karena itu diharapkan dengan adanya ketidakpastian lingkungan disini dan dengan penetrasi komunikasi ini akan dapat membentuk suatu struktur organisasi dan strategi organisasi yang dapat digunakan perusahaan untuk memenangkan persaingan bisnis dengan perusahaan sejenis.

PT. Sulfa Group adalah perusahaan yang membawahi lima belas perusahaan antara lain :

Tabel 1.1. Anak Perusahaan PT. Sulfa Grup

ANAK PERUSAHAAN BIDANG USAHA

PT. GHALAYA ABADI PERSADA LINE

Bergerak dalam bidang pelayaran dan angkutan laut

PT. INSAM JAYA REKSA Bergerak di bidang bunker service dan jasa

transportasi laut. PT. MUTIARA INDAH ABADI

PERSADA

Bergerak di bidang bunker service dan memiliki SPBB di Pelabuhan Surabaya dan Gresik

PT. SUMUR EMAS WAHYULOKA Bergerak di bidang Persewaan kendaraan

ringan penumpang

PT. BUMI TEDUH BERSINAR Bergerak di bidang transportir darat dan

bahan bakar minyak.

PT. SULFATAMA KENCANA Bergerak di bidang perdagangan umum

PT. INSAM LUBER KENCANA Bergerak di bidang penyewaan alat berat,

konstruksi

SPBU RATNA – SURABAYA Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU SEGOROMADU – GRESIK Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU GILANG – SIDOARJO Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU MALUK – SUMBAWA Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU KOTOLEBU – JAMBI Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

SPBU TAMAN – SIDOARJO Bergerak di bidang penjualan bahan bakar

minyak

PT. INSAM JATRA Angkutan material non BBM, pengurusan

transportasi

PT. MATRA NALURI MUDA Perdagangan umum, export import.


(14)

Pada awal bulan Juni 2008 Pemerintah menetapkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,- dan hal ini sangat berpengaruh pada PT. Sulfa Group dikarenakan sebagian besar anak perusahaan dari Sulfa Group bergerak dalam bidang SPBU dan transportir Bahan Bakar Minyak. Sedangkan sebelum kenaikan Bahan Bakar Minyak banyak SPBU yang mengalami kehabisan stock bahan bakar minyak, berdasarkan observasi sementara melalui wawancara kepada General Manager dari Sulfa Group, perusahaan memang kurang bergerak cepat dalam mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal tersebut, hal ini berdasarkan terlambatnya distribusi ke SPBU, memberitahu kepada SPBU untuk melarang para spekulan untuk memborong bahan bakar minyak dengan membeli secara banyak. Semua hal tersebut disebabkan komunikasi yang terlambat yang menyebabkan tidak dapat dengan cepat membuat keputusan, merubah struktur dan proses-proses perusahaan dalam pendistribusian bahan bakar minyak tersebut. Dampak dari keterlambatan pengiriman tersebut menyebabkan penyusutan BBM dan menyebabkan kerugian perusahaan.

Tabel 1.2. Laporan Penyusutan BBM Akibat Keterlambatan Pengiriman PT. Sulfa Group

RUGI NO BULAN PREMIUM (Liter) PERSENTASE (%) SOLAR (Liter) PERSENTASE (%)

1 MARET

2008

(277) (6,25) (120) (3,50) 2 APRIL

2008

(324) (6,75) (121) (3,73) 3 MEI

2008

(599) (14,20) (142) (5,50)


(15)

Kerugian yang dialami PT. Sulfa Group akibat penyusutan BBM yang dikarenakan keterlambatan pengiriman BBM dari Bulan Maret 277 liter, pada bulan April 324 liter dan pada bulan Mei kerugian yang dialami sebesar 599 liter. Dari bulan April 2008 – bulan Mei 2008 kerugian yang dialami mengalami kenaikan, kemungkinan disebabkan manajer kurang pengkoordinasian dan kurang mempertimbangkan perubahan lingkungan yang terjadi dalam setiap kegiatannya, serta kurang dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dalam menghadapi menghadapi ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi pada suatu perusahaan.

Seharusnya manajer harus mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mendiagnosa dan bereaksi terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan baik berupa kesempatan, resiko, ataupun ancaman yang berpengaruh pada kejadian atau peristiwa yang terjadi. Karena tujuan proses analisa lingkungan adalah untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan strategik yang penting bagi perumusan strategi perusahaan, seperti saluran distribusi, struktur organisasi (Handoko, 1992:97). Selain itu didalam penyesuaian struktur organisasi juga melibatkan teknologi informasi yang memiliki kemampuan dalam mengimbangi perubahan-perubahan struktur organisasi (Leifer dalam Nasir, 2003: 69). Secara umum, teknologi komunikasi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi pada suatu perusahaan. (Lee dan Grover, 2000:18)


(16)

Sedangkan Lee dan Grover dalam Nasir (2003:73) menyatakan bahwa dengan semakin dinamis dan kompleksnya lingkungan maka kebutuhan akan tambahan informasi yang bisa diintepretasikan dan kebutuhan akan pembagian informasi yang lebih kompleks dapat terpenuhi melalui penetrasi teknologi komunikasi, yang berarti bahwa keadaan lingkungan yang kontinjen mendorong perusahaan melakukan penetrasian terhadap struktur organisasi dapat lebih intensif. Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, dan operasional perusahaan. Informasi teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Lee dan Grover (2000:18)

Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut diatas timbul ketertarikan untuk mengadakan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Atribut Lingkungan Dan Penetrasi Teknologi Komunikasi

Terhadap Struktur Organisasi Pada PT. Sulfa Group”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Apakah atribut lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi ? b. Apakah atribut lingkungan berpengaruh terhadap penetrasi teknologi

komunikasi ?

c. Apakah penetrasi teknologi komunikasi berpengaruh terhadap struktur organisasi ?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah

a. Untuk menganalisis pengaruh atribut lingkungan terhadap struktur organisasi.

b. Untuk menganalisis pengaruh atribut lingkungan terhadap penetrasi teknologi komunikasi.

c. Untuk menganalisis pengaruh penetrasi teknologi komunikasi terhadap struktur organisasi.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan mutu dari informasi komunikasi bagi pihak manajemen guna pengambilan keputusan dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Bagi Akademis

Dapat dipergunakan sebagai referensi, tambahan khasanah kepustakaan dan bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang untuk dapat memahami atribut lingkungan, penetrasi teknologi komunikasi dan struktur organisasi dalam kebutuhan dunia usaha dan menjawab tantangan globalisasi. 


(18)

2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti sebelumnya berkaitan dengan kualitas layanan yang telah dilakukan oleh:

1. CHOONG C. LEE dan VARUN GROVER dengan judul : Menggali Mediasi Antara Pelengkap-Pelengkap Lingkungan Dan Struktural: Penetrasi Teknologi Komunikasi Pada Perusahaan Manufaktur

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan dari Teknologi Komunikasi dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan dan dampaknya pada struktur organisasi perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penetrasi teknologi komunikasi dan lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi. Hasil lain dari penelitian ini adalah dukungan untuk sebuah peranan perantara dari Teknologi Komunikasi antara pelengkap pasti dari lingkungan dan struktur

2. Diana Rahmawati dan Mohammad Nasir dengan judul: Pengaruh Kesan Atribut Lingkungan Terhadap Atribut Struktur Organisasi : Penetrasian Teknologi Komunikasi Sebagai Moderating Variabel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Teknologi Komunikasi terhadap hubungan antara atribut lingkungan dengan atribut struktur organisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


(19)

penetrasian teknologi komunikasi tidak berpengaruh terhadap hubungan antara atribut lingkungan dengan struktur organisasi untuk perusahaan manufaktur baik itu yang listing maupun non listing di BEJ.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan mendapatkan laba.

Pada saat ini kegiatan pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha. Kadang-kadang istilah pemasaran ini diartikan sama dengan istilah seperti penjualan, perdagangan dan pendistribusian. Salah satu pengertian ini timbul karena pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kegiatan dan kepentingan yang berbeda-beda.

Kenyataannya pemasaran merupakan konsep yang menyeluruh yang meliputi penentuan daripada kebutuhan dan keinginan konsumen, sasaran, dan kemudian bagaimana menyerahkan produk secara efisien dan efektif. Sedangkan istilah yang lain tersebut hanya merupakan satu bagian atau kegiatan dalam sistem pemasaran keseluruhannya.

Menurut Kotler (1997 : 8), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang


(20)

mereka butuhkan dan inginkan dalam menciptakan, menawarkan dan pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Assauri (1990 : 5) pemasaran adalah sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Perusahaan harus menerapkan konsep pemasaran dalam praktek agar keuntungan yang terkandung didalamnya dapat direalisasikan, dan dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran ini merupakan tindakan dari konsep pemasaran.

Banyak definisi yang diungkapkan oleh ahli ekonomi mengenai manajemen pemasaran, diantaranya Kotler dan Armstrong (2003 : 16) manajemen pemasaran adalah merupakan analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.

Menurut Assauri (2002 : 12) manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program - program yang dibuat untuk membentuk, membangun dan memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran guna mencapai tujuan organisasi.


(21)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dan dengan tujuan menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak yang terlibat proses pertukaran dapat ditimbulkan baik oleh penjual maupun pembeli yang menguntungkan kedua belah pihak.

Penentuan produksi, harga, promosi dan tempat untuk mencapai tanggapan yang efektif disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen dan sebaiknya sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan produk-produk perusahaan.

2.2.1.3. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997 : 17) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam memandukan kegiatan pemasaran dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Konsep pemasaran bersandar pada empat tiang utama, yaitu fokus pasar, orientasi kepada pelanggan, pelanggan terkoordinasi dan orientasi laba. Konsep pemasaran berdasarkan pandangan dari luar kedalam. Konsep ini diawali dengan pasar yang didefinisikan secara jelas berfokus pada


(22)

kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berkaitan engan pelanggan dan menghasilkan laba melalui kepuasan pelanggan.

Ringkasan konsep pemasaran pada penelitian ini adalah upaya pemasaran terkoordinasi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komunikasi yang tepat dan sesuai dikembangkan untuk mengatasi perubahan lingkungan guna merumuskan struktur organisasi yang tepat dengan tujuan memberikan kepuasan kepada pelanggan sebagai kunci mencapai organisasi.

2.2.2. Pengertian Atribut Lingkungan

Atribut lingkungan adalah perubahan lingkungan dan ketidakterdugaan perubahan lingkungan. (Lee dan Grover, 2000:13). Atribut lingkungan secara umum, dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada diluar batas-batas organisasi. Menurut Robbins (1990:23). Lingkungan organisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Lingkungan Umum

Lingkungan umum (Robbins, 1990:23) meliputi kondisi yang mungkin memiliki dampak terhadap organisasi namun relevansinya tidak dapat diketahui secara jelas, misalnya :

Kondisi Ekonomi. Tingkat suku bunga, laju inflasi, perubahan-perubahan dalam pendapatan yang dapat dibelanjakan, indeks pasar saham dan tahap siklus bisnis umum merupakan faktor ekonomi


(23)

dalam lingkungan umum yang dapat mempengaruhi praktek-praktek manajemen dalam sebuah organisasi.

Kondisi Politik. Keadaan politik mencakup stabilitas umum negara – negara di mana organisasi beroperasi dan sikap-sikap khusus yang dimiliki oleh pejabat-pejabat Pemerintah terpilih terhadap dunia usaha

Kodisi Sosial. Manajer-manajer harus menyelesaikan praktek mereka dengan harapan masyarakat yang berubah-ubah di mana mereka bekerja. Sewaktu nilai, kebiasaan dan cita rasa berubah, manajer-manajer harus pula berubah. Ini berlaku baik terhadap tawaran produk maupun jasa mereka dan kebijakan operasi internal mereka.

Global. Globalisasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi para manajer dan organisasi. Sebagai bagian dari lingkungan luar, para manajer perusahaan besar maupun kecil di tantang oleh meningkatnya jumlah pesaing global.

Kondisi Teknologi. Kita hidup dalam sebuah zaman perubahan teknologi. Lingkungan teknologi mempengaruhi organisasi misalnya saja dalam mendesain kantor. Kantor-kantor praktis telah menjadi pusat komunikasi. Para manajer sekarang sekarang dapat menghubungkan komputer, telepon, pengolah kata, foto copy, mesin-mesin fax, penyimpan arsip dan kegiatan-kegiatan kantor mereka lainnya menjadi sebuah sistem terpadu. Sungguh, banyak organisasi menggunakan internet (sistem komunikasi internal yang menggunakan


(24)

teknologi internet dan dapat di akses hanya oleh para karyawan organisasi tersebut) guna membantu para karyawan mengerjakan tugas mereka secara efektif dan efisien. Bagi para manajer di semua organisasi, kemajuan-kemajuan teknologi ini berarti kemampuan mengambil keputusan yang lebih cepat dan lebih baik.

2. Lingkungan Khusus

Lingkungan khusus (Robbins, 1990:23) merupakan lingkungan organisasi yang secara langsung, relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan khusus ini merupakan pusat perhatian manajemen karena terdiri dari konstituen kritis yang secara langsung, baik positif maupun negatif mempengaruhi keefektifan organisasi secara spesifik, yang termasuk lingkungan khusus adalah :

Pemasok-Pemasok. Apabila kita merenungkan pemasok-pemasok sebuah organisasi, lazimnya kita membayangkan perusahaan-perusahaan yang menyediakan bahan-bahan dan peralatan. Tetapi, istilah pemasok-pemasok mencakup pula penyedia masukan keuangan dan tenaga kerja. Pemegang saham, bank, perusahaan asuransi, dana-dana pensiun, dan lembaga-lembaga serupa lain yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan pasokan modal terus-menerus.

Pelanggan-Pelanggan. Organisasi-organisasi itu ada untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Para pelanggan/klienlah yang menyerap keluaran organisasi itu. Hal ini berlaku bahkan bagi organisasi


(25)

pemerintah. Pelanggan-pelanggan jelas merupakan kemungkinan ketidakpastian bagi sebuah organisasi. Cita rasa pelanggan-pelanggan dapat berubah. Mereka dapat menjadi tidak puas dengan jasa atau produk sebuah organisasi. Tentu saja, sejumlah organisasi menghadapi ketidakpastian yang jauh lebih besar sebagai akibat pelanggan-pelanggan mereka dari pada organisasi-organisasi lain.

Pesaing-Pesaing. Semua organisasi, sekalipun yang monopoli, mempunyai satu pesaing atau lebih. Para manajer tidak boleh mengabaikan persaingan. Apabila mereka mengabaikannya, mereka akan membayar mahal.

Pemerintah. Pemerintahan setempat mempengaruhi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh organisasi-organisasi. Terlebih dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dan pemerintah pusat memperluas dan memodifikasi banyak pedoman dan peraturan serta perundang-undangan dalam bidang perekonomian.

Kelompok-Kelompok Penekan. Para manajer harus menyadari kelompok-kelompok keputusan khusus seperti lembaga-lembaga yang melindungi hak-hak konsumen yang berusaha untuk mempengaruhi tindakan-tindakan organisasi tersebut.

Sebagaimana telah kita ketahui, organisasi-organisasi itu bukanlah mencakup diri sendiri atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Mereka berinteraksi dengan dan dipengaruhi oleh lingkungannya.


(26)

Organisasi-organisasi tergantung pada lingkungan mereka sebagai sumber masukan dan sebagai penerima pengeluarannya.

Kurang dari sebagian pemimpin-pemimpin tertinggi itu merasa bahwa perusahaan mereka sangat mampu menghadapi kekuatan-kekuatan lingkungan yang berubah. Sedangkan kekuatan-kekuatan lingkungan itu bersifat dinamis dan menciptakan cukup banyak ketidakpastian bagi manajemen.

2.2.2.1 Dimensi dan Indikator Atribut Lingkungan

Atribut lingkungan dalam penelitian ini meliputi lingkungan umum dan khusus yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah (Lee dan Grover, 2000:13) :

a) Dinamika (X1) adalah perubahan di lingkungan dan ketidak-terdugaan perubahan lingkungan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):

- Perubahan dalam Praktek Pemasaran, yaitu merupakan strategi perusahaan untuk menggunakan strategi yang tepat dan sesuai untuk memasarkan produknya.

- Perubahan dalam Produk, yaitu perluasan merk dan produk yang dilakukan dalam mengatasi persaingan yang ketat.

- Kemampuan Memprediksi Pesaing, yaitu menganalisis dan mengevaluasi para pesaing perusahaan yang sejenis.


(27)

- Perubahan dalam Permintaan dan Selera Konsumen yaitu selalu tanggap melihat selera konsumen di pasaran.

b) Kompleksitas (X2) adalah kekuatan eksternal dengan siapa perusahaan seharusnya berinteraksi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):

- Jumlah Pesaing, yaitu mengkalkulasi total perusahaan sejenis yang ada di daerah pemasaran.

- Macam Persaingan, yaitu melihat strategi persaingan yang dilakukan oleh perusahaan pesaing.

- Perbedaan Kebutuhan Pelanggan yaitu perusahaan harus jeli melihat yang sekarang dibutuhkan oleh konsumen.

2.2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah mekanisme formal pada organisasi yang

dikelola. (Lee dan Grover, 2000:14) Struktur organisasi menunjukkan kerangka

dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. (Handoko, 1992:169)

Fungsi organisasi adalah fungsi pimpinan untuk menetapkan dan mengatur kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan, mengadakan pembagian pekerjaan, menempatkan orang-orang yang berwenang pada kesatuan batas-batas wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas masing-masing. (Handoko, 1992:169)


(28)

Pengorganisasian merupakan suatu proses penciptaan hubungan-hubungan antar fungsi-fungsi, personalia dan faktor agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama. Proses pengorganisasian akan menghasilkan organisasi formal yaitu lembaga atau kelompok fungsional yang menjadi wadah kegiatan anggota organisasi, disisi lain mungkin juga akan menimbulkan oraganisasi tidak rormal (informal) yaitu suatu wadah hubungan antara anggota tertentu di dalam organisasi formal. (Handoko, 1992:169)

Ketiga komponen tersebut harus dijalin sedemikian rupa sehingga tercapainya tujuan organisasi, untuk itu kemudian diciptakan struktur organisasi tertentu. (Handoko, 1992:169)

Penciptaan struktur organsasi dan pemilihan jenis struktur organisasi ini sangat tergantung struktur organisasi dan pemilihan jenis struktur organisasi ini sangat tergantung pada kebutuhan, dan semuanya ini termasuk kedalam proses Departementisasi. Setelah Departementasi (spesialisasi dari segi organisasi), kemudian dilakukan Pembagian kerja (Spesialisasi dari segi organisasi dan tugas-tugasnya). Selanjutnya perlu dikemukakan Wewenang, Delegasi Wewenang, Tanggung jawab dan Pelaporan, dimana kesemuanya ini merupakan hubungan-hubungan formal para anggota organisasi yang perlu diatur dan dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup organisasi.(Handoko, 1992:169)


(29)

2.2.3.1. Pembagian kerja

Pembagian kerja sebenarnya merupakan pemecahan tugas yang dilakukan sedemikian rupa sehingga orang perorang di dalam organisasi bertanggungjawab pada tugas dan melaksanakan kegaitan tertentu yang dibebankan kepadanya saja. Pembagian kerja ini cenderung mengarah kepada spesialisasi perseorangan dan pekerjaan yang ditanganinya. Pelopor pembagian kerja adalah Adam Smith, ia berpendapat bahwa dengan pembagian kerja akan membentuk seseorang untuk cakap dan trampil dalam menangani tugas yang dibebankan kepadanya, dapat mempelajari tugasnya dalam waktu singkat dan cenderung melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

Dengan adanya pembagian kerja maka akan menghasilkan lebih banyak kepuasan kerja yang dicapai, dengan demikian akan membuka peluang bagi seseorang untuk maju dan untuk kepentindan organisasi, proses ini akan berkembang secara terus menerus (sustainble), organisasi menjalankan pembagian kerja bagi anggotanya, sedangkan anggota organisasi akan memberikan kontribusi sesuai dengna kemampuan dirinya demi kemajuan organisasinya.

2.2.3.2. Wewenang, tanggung jawab dan pelaporan

Departemen serta pembagian kerja keduanya mengandung konsepsi wewenang, tanggungjawab dan pelaporan yang pada hakekatnya diperoleh


(30)

dan harus dilaksanakan oleh anggota organisasi di dalam rangka menjalankan fungsinya dan mencapai tujuan organisasi.

Wewenang adalah hak memerintah atau berbua. Apabila dihayati secara benar, maka wewenang dapat berasal dari tiga sumber yaitu :

1. Lembaga Sosial menurut teori wewenang formal 2. unsur penerimaan bawahan menurut teori penerimaan 3. kemampuan atau kharisma seseorang.

Namun dalam kenyataan wewenang mungkin saja merupakan kombinasi dari ketiga sumber tersebut.

Tanggung jawab, adalah merupakan kewajiban bawahan yang telah diberi tugas oleh atasannya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Wewenang dapat didelegasikan, tanggungjawab tercipta dengan diterimanya tugas oleh bawahan. Bagaimanapun juga atasan tetap bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dengan demikian pda dasarnya tanggung jawab tidak dapat didelegasikan.

Pertanggungjawaban tugas dan hasil pekerjaan dengan cara memberikan laporan, terutama pada atasan langsung. Dengan demikian laporan juga merupakan tanggungjawab bawahan.

Agar pelaporan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu diciptakan sistem dan mekanisme pelapran yang baik, sehingga data laporan yang disampaikan sesua dengan kebutuhan. Yang artinya tidak terlalu banyak namun juga tidak terlalu sedikit dengan kualitas pelaporan yang memenuhi syarat sehingga baik untuk dipergunakan


(31)

sebagai dasar pengambilan keputusan atau penyelesaian persoalan yang timbul.

2.2.3.4. Wewenang garis (line) dan staff

Fungsi Garis (Line) adalah fungsi dengan tanggungjawab langsung demi tercapainya tujuan organisasi, sedangkan staff adalah unsure organisasi yang membantu orang-orang Fungsional di dalam usaha mereka secara efektif mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa hubungan garis merupakan hubungan berdasarkan prinsip rantai skalar (Schalar Chains) dimana atasan dapat memberikan perintah langsung kepada bawahannya. Staff hanyalah mempunyai hak untuk memberikan nasihat. Biasanya orang mempersoalkan konflik yang timbul dari hubungan antara garis dan staff, hal ini di sebabkan :

a. Orang staff, karena mereka merasa ahli dan muda, ada kesan selalu meremehkan orang garis.

b. Orang staff merasa tak selalu bertanggungjawab terhadap hasil kegiatan, karena mereka bukanlah orang yang melaksanakan operasi.

c. Orang garis selalu merasa lebih berpengalaman, oleh sebab itu sering tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh orang staff.

d. Orang garis merasa dia yang paling beranggungjawab terhadap hasil pekerjaannya, sehingga cenderung mempergunakan konsepnya sendiri.


(32)

2.2.3.4. Pendelegasian Dan Desentralisasi Wewenang

Pendelegasian merupakan alokasi atau pembebanan tugas, wewenang dan permintaan akan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Pendelegasian harus jelas kepada posisi tertentu, siapa yang akan menempati posisi tersebut dan bagaimana pelasanaannya. Tentu saja perlu fleksibilitas tertentu agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Prinsip-prinsip Pendelegasian mestinya :

a. Prinsip Definisi Fungsi, bahwa isi setiap posisi atau kedudukan harus dibatasi dengan jelas, sedangkan wewenang perlu digariskan dalam semacam deskripsi jabatan.

b. Prinsip Skalar, yaitu kebaikan akan adanya rantai hubungan wewenang langsung atasan bawahan secara menyeluruh, bawahan harus tahu siap atasannya.

c. Prinsip Tingkat Wewenang, bahwa wewenang mengambil keputusan itu selalu ada dan keputusanan yang tidak dapat dilakukan pada suatu tingkatan, hendaknya dilakukan oleh atasanya dilakukan.

d. Prinsip kemutlakan Tanggungjawab, hal ini berarti tanggungjawab bawahan pada atasan itu mutlak, sebaiknya atasa tidak dapat menghindari tanggungjawab walaupun dia telah mendelegasikan wewenangnya.

e. Prinsip Delegasi Berdasar Hasil, yang diharapkan memberik kejelasan pada bawahan seberapa jauh di harus bertidak.


(33)

f. Prinsip Paritas antara Wewenang dan Tanggungjawab, yang berarti bahwa manajer di dalam menjalankan wewenangnya juga harus bertanggung jawab yang sama terhadap hasil-hasilnya

g. Prinsip Kesatuan Perintah, berarti bawahan harus melapor pada satu atasan saja, kecuali dalam hal-hal seperti wewenang bersama dan dipecah antara atasan dengan bawahan.

2.2.3.5 Dimensi dan Indikator Struktur Organisasi

Struktur organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah (Lee dan Grover, 2000:14):

a) Sentralisasi (Y.1) adalah pembuatan keputusan ditempatkan pada tingkat tertinggi; yang mengakibatkan kurangnya partisipasi pembuatan keputusan yang tersedia pada tingkat lebih rendah hirarki perusahaan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36)

- Lokasi membuat produk baru, yaitu pengembangan produk baru hasus juga dilihat lokasi yang strategis, baik itu untuk saluran distribusi dan pembelian bahan baku.

- Memasuki Pasar baru, yaitu strategi perusahaan dan langkah-langkah perusahaan dalam memasuki pasar yang baru dijangkau.

- Kebijakan Personil yaitu ketetapan dan peraturan perusahaan dalam melakukan strategi bisnis.


(34)

b) Formalisasi (Y.2) adalah peranan dan aktivitas berbagai jabatan perusahaan dengan jelas terdokumentasi dan dilaporkan dengan cara peraturan tertulis dan prosedur, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Peraturan, yaitu kebijakan perusahaan dalam mengatur aktivitas pegawai

- Kepercayaan pada Peraturan, yaitu konsisten dan mentaati peraturan yang dikeluarkan perusahaan.

- Toleransi terhadap Peraturan yaitu selalu menghargai peraturan yang dikeluarkan perusahaan.

c) Kompleksitas Struktural (Y.3) adalah mengacu pada sub unit/fungsi orientasi tugas, batas waktu, dan derajat otonomi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Macam Produk, yaitu keragaman produk yang dikeluarkan perusahaan.

- Teknologi Produksi, yaitu peralatan dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam produksi barang.

- Strategi Pemasaran yaitu langkah-langkah yang perusahaan terapkan dalam menghadapi persaingan.

d) Integrasi (Y.4) adalah aktivitas terpisah dalam perusahaan yang dapat dikoordinasi melalui mekanisme koordinasi formal, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):


(35)

- Frekuensi Komunikasi Antar Departemen, yaitu selalu berkomunikasi antar departemen untuk memudahkan evaluasi dan control.

- Frekuensi tugas luar kota, merupakan langkah perusahaan untuk mengevaluasi untuk mencari saluran distribusi dan pembukaan pabrik baru.

2.2.4. Penetrasi Teknologi Komunikasi

Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel moderating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam Nasir (2003:72). Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kataa yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal dan lain sebagainya. (Handoko, 1992:273).

Jaringan Komunikasi menetapkan saluran-saluran tempat informasi mengalir. saluran ini mempunyai salah satu dari dua varietal atau formal atau informal. Jaringan formal lazimnya vertikal, mengikuti rantai wewenang, dan terbatas pada komunikasi yang bertalian dengan tugas. Sebaliknya, jaringan informal yang biasanya seperti selentingan, meloncati tingkat-tingkat wewenang, dan kemungkinan bisa memenuhi kebutuhan sosial anggota kelompok karena mempermudah penyelesaian tugas.


(36)

Sedangkan penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan

2.2.4.1. Informasi

Menurut Baridwan [1994 : 5], informasi adalah fakta atau jumlah yang mempunyai kegunaan dalam pengambilan keputusan. Informasi ini merupakan keluaran (output) dari data yang diproses dalam sistem.

Sedangkan menurut Murdick [1993: 6], informasi terdiri dari data yang telah diambil kembali, diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan informatif atau kesimpulan, argumentasi, atau sebagai dasar untuk kriteria peramalan atau pengambilan keputusan.

Dari beberapa definisi informasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah :

a. Data yang diolah.

b. Menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya. c. Menggambarkan kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata.

d. Digunakan pengambilan keputusan.

2.2.4.2. Kriteria Informasi

Menurut Yogianto [2000 : 30], kriteria informasi terdiri dari tiga hal : 1. Akurat

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan/atau tidak menyesatkan. Akurat berarti harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi


(37)

harus akurat karena dari informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat merusak atau merubah informasi tersebut.

2. Tepat waktu

Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan bagi pengambilan keputusan. Apabila keputusan terlambat, maka akan berakibat fatal bagi organisasi.

3. Relevan

Informasi harus mempuyai manfaat bagi pemakainya.

2.2.4.3. Penyajian Informasi

Menurut Winarno [1994 : 23], informasi disajikan dalam dua wujud yaitu : 1. Secara tertulis

Informasi ini disediakan dengan cara formalitas melalui penulisan yang ditujukan kepada pihak pemakai informasi, misalnya pada media cetak, media elektronik dalam bentuk visual, dan lain sebagainya.

2. Secara lisan

Penyajian informasi ini disajikan bisa dengan cara spontan dan dikomunikasikan kepada pemakai secara lisan, misalnya pidato, rapat, dan lain sebagainya.


(38)

2.2.4.4 Dimensi dan Indikator Penetrasi Teknologi Komunikasi

Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam Nasir (2003:72) yang diindikatori :

- Perencanaan Strategis, yaitu merencanakan strategi yang harus dipakai perusahaan.

- Analisa Penjualan, yaitu menganalisis penjualan mereka selama ketentuan yang ditetapkan untuk melihat jalannya perusahaan. - Desain Produk, yaitu perusahaan untuk produk yang dihasilkan

harus menggunakan desain yang menarik untuk memudahkan konsumen memilih.

- Pembelian, yaitu efisiensi dalam hal pembelian dengan melakukan penghematan di beberapa bagian.

- Perencanaan, yaitu merencanakan langkah perusahaan kedepan dalam menghadapi persaingan yang ketat.

2.2.5. Pengaruh Atribut Lingkungan Terhadap Struktur Organisasi

Pengaruh atribut lingkungan dan struktur organisasi, menurut Lee dan Grover dalam Nasir (2003:73) bahwa semakin dinamisnya lingkungan maka akan semakin terintegrasi struktur organisasinya, semakin kompleks lingkungan struktur organisasinya juga akan semakin terintegrasi.


(39)

2.2.6. Pengaruh Atribut Lingkungan Terhadap Penetrasi Teknologi

Komunikasi

Lee dan Grover dalam Nasir (2003:73) menyatakan bahwa dengan semakin dinamis dan kompleksnya lingkungan maka kebutuhan akan tambahan informasi yang bisa diintepretasikan dan kebutuhan akan pembagian informasi yang lebih kompleks dapat terpenuhi melalui penetrasi teknologi komunikasi sebagai variabel mediating, yang berarti bahwa keadaan lingkungan yang kontinjen mendorong perusahaan melakukan penetrasian dapat lebih intensif. 

Sedangkan Lee dan Leifer dalam Lee Dan Grover (2000:18) berpendapat bahwa aturan sebelumnya antara struktur perusahaan dan sistem informasi adalah penting bagi perusahaan untuk mencapai fleksibilitas dan efisiensi pada lingkungan kompetitif dan bergolak. Akhir-akhir ini, Ferioli dan Migliarese dalam Lee Dan Grover (2000:18) menyajikan model “relasional” informasi teknologi untuk menghadapi perubahan perusahaan (misalnya koordinasi lebih besar) perlu untuk merespons pada perubahan di lingkungannya.

2.2.7. Pengaruh Penetrasi Teknologi Komunikasi Terhadap Struktur

Organisasi

Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel mediating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan. Secara


(40)

umum, informasi teknologi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Grover (2000:18) menegaskan bahwa “Adalah pada saat perusahaan menghadapi perubahan lingkungan yang kompleks dan dengan cepat bahwa informasi teknologi perlu”. Huber dalam Lee Dan Grover (2000:18) juga merumuskan bahwa kebutuhan untuk kapasitas proses-informasi meningkat selama periode kekacauan dan kompleksitas lingkungan yang meningkat.

Teknologi komunikasi mengacu ke bagaimana suatu organisasi mentransfer masukan menjadi ke keluaran. semua organisasi mempunyai sekurang-kurangnya satu teknologi untuk mengubah sumber daya keuangan, manusia, dan fisik menjadi produk. Dan Aplikasi teknologi informasi yang baru seperti pertukaran data elektronik, e-mail, video-konferensi, videoteks, DBMS relasional multi-pengguna, GroupWare, sistem klien/server, atau pencarian database eksternal on-line akan menuntun untuk menjadi sesuai dengan perubahan pada struktur perusahaan. (Lee Dan Grover , 2000:18)


(41)

(42)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas dapat disusun suatu hipotesa yang mempunyai jawaban sementara terhadap masalah penelitian dan masih harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesanya adalah:

a. Diduga atribut lingkungan berpengaruh terhadap struktur organisasi. b. Diduga atribut lingkungan berpengaruh terhadap penetrasi teknologi

komunikasi

c. Diduga penetrasi teknologi komunikasi berpengaruh terhadap struktur organisasi.


(43)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Untuk kemudahan dalam memahami penilitian ini serta menghindari kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi opersional variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Atribut Lingkungan (X)

Atribut lingkungan adalah perubahan lingkungan dan ketidakterdugaan perubahan lingkungan. (Lee dan Grover, 2000:13). Adapun dimensi dan indikatornya adalah sebagai berikut :

a) Dinamika (X1) adalah perubahan di lingkungan dan ketidak-terdugaan perubahan lingkungan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) : - Perubahan dalam Praktek Pemasaran, yaitu merupakan strategi

perusahaan untuk menggunakan strategi yang tepat dan sesuai untuk memasarkan produknya.

- Perubahan dalam Produk, yaitu perluasan merk dan produk yang dilakukan dalam mengatasi persaingan yang ketat.

- Kemampuan Memprediksi Pesaing, yaitu menganalisis dan mengevaluasi para pesaing perusahaan yang sejenis.


(44)

- Perubahan dalam Permintaan dan Selera Konsumen yaitu selalu tanggap melihat selera konsumen di pasaran.

b) Kompleksitas (X2) adalah kekuatan eksternal dengan siapa perusahaan seharusnya berinteraksi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Jumlah Pesaing, yaitu mengkalkulasi total perusahaan sejenis yang ada di daerah pemasaran.

- Macam Persaingan, yaitu melihat strategi persaingan yang dilakukan oleh perusahaan pesaing.

- Perbedaan Kebutuhan Pelanggan yaitu perusahaan harus jeli melihat yang sekarang dibutuhkan oleh konsumen.

2. Struktur Organisasi (Y)

Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal pada organisasi yang dikelola (Lee dan Grover, 2000:14). Yang dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :

a) Sentralisasi (Y.1) adalah pembuatan keputusan ditempatkan pada tingkat tertinggi; yang mengakibatkan kurangnya partisipasi pembuatan keputusan yang tersedia pada tingkat lebih rendah hirarki perusahaan, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Lokasi membuat produk baru, yaitu pengembangan produk baru hasus juga dilihat lokasi yang strategis, baik itu untuk saluran distribusi dan pembelian bahan baku.

- Memasuki Pasar baru, yaitu strategi perusahaan dan langkah-langkah perusahaan dalam memasuki pasar yang baru dijangkau.


(45)

- Kebijakan Personil yaitu ketetapan dan peraturan perusahaan dalam melakukan strategi bisnis.

b) Formalisasi (Y.2) adalah peranan dan aktivitas berbagai jabatan perusahaan dengan jelas terdokumentasi dan dilaporkan dengan cara peraturan tertulis dan prosedur, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):

- Peraturan, yaitu kebijakan perusahaan dalam mengatur aktivitas pegawai.

- Kepercayaan pada Peraturan, yaitu konsisten dan mentaati peraturan yang dikeluarkan perusahaan.

- Toleransi terhadap Peraturan yaitu selalu menghargai peraturan yang dikeluarkan perusahaan.

c) Kompleksitas Struktural (Y.3) adalah mengacu pada sub unit/fungsi orientasi tugas, batas waktu, dan derajat otonomi, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36):

- Macam Produk, yaitu keragaman produk yang dikeluarkan perusahaan.

- Teknologi Produksi, yaitu peralatan dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam produksi barang.

- Strategi Pemasaran yaitu langkah-langkah yang perusahaan terapkan dalam menghadapi persaingan.


(46)

d) Integrasi (Y.4) adalah aktivitas terpisah dalam perusahaan yang dapat dikoordinasi melalui mekanisme koordinasi formal, yang diindikatori (Lee dan Grover, 2000:36) :

- Frekuensi Komunikasi Antar Departemen, yaitu selalu berkomunikasi antar departemen untuk memudahkan evaluasi dan control..

- Frekuensi tugas luar kota, merupakan langkah perusahaan untuk mengevaluasi untuk mencari saluran distribusi dan pembukaan pabrik baru.

3. Penetrasi Teknologi Komunikasi (Z)

Penetrasi teknologi komunikasi merupakan variabel moderating yang merupakan intensitas penggunaan teknologi berkomunikasi di dalam sistem kerja strategis, manajerial, dan operasional perusahaan, Lee dan Grover dalam Nasir (2003:72)

- Perencanaan Strategis, yaitu merencanakan strategi yang harus dipakai perusahaan.

- Analisa Penjualan, yaitu menganalisis penjualan mereka selama ketentuan yang ditetapkan untuk melihat jalannya perusahaan.

- Desain Produk, yaitu perusahaan untuk produk yang dihasilkan harus menggunakan desain yang menarik untuk memudahkan konsumen memilih.


(47)

- Pembelian, yaitu efisiensi dalam hal pembelian dengan melakukan penghematan di beberapa bagian.

- Perencanaan, yaitu merencanakan langkah perusahaan kedepan dalam menghadapi persaingan yang ketat.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan ialah Skala Likert, yaitu skala jarak antara data satu dengan data yang lain sama tetapi tidak merupakan nilai nol absolut (Indriantoro dan Supomo, 2002: 105). Analisis dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam 2 (dua) sisi.

Skala ini disusun dalam suatu garis kontinue jawaban sangat positifnya terletak disebelah kanan, jawaban sangat negatifnya disebelah kiri, atau sebaliknya skala data yang digunakan adalah skala interval 1 sampai 7, digambarkan sebagai berikut :

1 7 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam tentang nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing, dimana 1 menunjukkan nilai terendah, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan pernyataan sangat setuju dan 7 merupakan nilai tertinggi.

Kesimpulan jawaban dengan nilai antara 1 sampai 2 cenderung sangat tidak setuju, 2 sampai 3 cenderung tidak setuju, 3 sampai 4 cenderung kurang


(48)

setuju, 4 sampai 5 cenderung cukup setuju, 5 sampai 6 cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan dan nilai 6 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju, dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan individu atau kelompok yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama dan menjadi obyek dalam penelitian. Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Manajer dan asissten Manajer dari PT. Sulfa Group yang berjumlah 120 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden tersebut. Ciri-ciri Responden tersebut adalah 1). Manajer dan asisten manajer PT. Sulfa Group dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. 2). Manajer dan assisten manajer PT. Sulfa Group yang berusia antara 30 sampai dengan 55 tahun. 3). Manajer dan assisten manajer PT. Sulfa Group yang menggunakan teknologi informasi dalam perusahaan.

Pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002: 48):

1. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.


(49)

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini terdapat 23 indikator maka jika dikalikan dengan 5 sama dengan 115 responden, jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 115 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada Manajer dan asissten Manajer di PT. Sulfa Group.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data tentang PT. Sulfa Group yang meliputi data sejarah perusahaan, lokasi perusahaan dan lain sebagainya.

3.3.2. Sumber Data

Beberapa sumber yang dimanfaatkan oleh peneliti antara lain :

a. Manajer dan assisten manajer di PT. Sulfa Group sebagai responden. b. Buku-buku serta literatur-literatur.

3.3.3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut :


(50)

a. Metode Observasi

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.

b. Metode Wawancara

Yaitu mengumpulkan data atau bahan – bahan keterangan dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berwenang di PT. Sulfa Group.

c. Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari arsip perusahaan yang berhubungan dengan penulisan usulan penelitian ini.

d. Metode Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada Manajer dan asissten Manajer dari PT. Sulfa Group untuk diisi.

3.4. Uji Kualitas Data

3.5. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002 : 52).

3.4.1.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara


(51)

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam Ferdinand, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memiliki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.1.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai χ² pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai χ² Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut :


(52)

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya yang kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan (Ferdinand, 2002 : 193).

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang ± 2,58 maka distribusi adalah tidak normal.

b) Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang ± 2,58 maka distribusi adalah normal.

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Model pengukuran variabel atribut


(53)

lingkungan, penetrasi teknologi komunikasi terhadap struktur organisasi menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Persamaan Dimensi variabel kepuasan kerja : Z1 = λ1penetrasi teknologi komunikasi + er_1 Z2 = λ2 penetrasi teknologi komunikasi + er_2 Z3 = λ3 penetrasi teknologi komunikasi + er_3 Z4 = λ4 penetrasi teknologi komunikasi + er_4 Z5 = λ5 penetrasi teknologi komunikasi + er_5

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh faktor penetrasi teknologi komunikasi akan nampak sebagai berikut:

Gambar 4.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor penetrasi teknologi komunikasi

`

Penetrasi Teknologi Komunikasi

Z1

Z5 Z2 Z3 Z4

Er_1 Er_2 Er_3

Er_4 Er_5

       


(54)

Keterangan :

X1.1 = pertanyaan tentang perancanaan strategi X1.2 = pertanyaan tentang analisis penjualan X1.3 = pertanyaan tentang desain produk X1.4 = pertanyaan tentang pembelian X1.5 = pertanyaan tentang perencanaan er_j = error term X1j

3.6. Asumsi Model [Structural EquationModelling]

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kristis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3) Normal Probability Plot [SPSS 10.1].

4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.


(55)

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square x2 pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai x2 adalah multivariate outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi [Hair,1998].

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/ construct aka diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap


(56)

obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :

      [ΣStandardize Loading]

Var iance Ext r act ed =  [Σ Standardize Loading]

Const r uct Reliabilit y = [ΣStandardize Loading] + Σ εj]

       [Σ Standardize Loading] + Σ εj]

Sementara Σj dapat dihitung dengan formula εΨ j = 1 - [Standardize Loading]Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 [Hair et.al.,1998]. Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p [probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti signifikan.

3.6.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.7. Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan


(57)

dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair et.al., 1998]. Yang dilakukan dalam dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement model dan Estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1988]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step approach adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliabilityΨ] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.


(58)

: faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.

: variabel terukur/obseverd variable/indicators variables yaitu variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya melalui instrumen-instrumen survei.

Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan hubungan

yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju anak panah merupakan variable dependen.

Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan

yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel berkorelasi.

3.6.3. Evaluasi Model 

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,


(59)

CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model

dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.

Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF FIT

INDEX KETERANGAN

CUT-OFF VALUE

X2 - Chi-square

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability

Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada

sample besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model. ≥ 0,95

CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.

≥ 0,94 Sumber : Hair et.al., [1998]


(60)

1. X² CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan.

X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi-Square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan uji yang lain.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0, 08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.


(61)

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kiovarians sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.09. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar dapat diinterprestasikan sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.


(62)

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( avery good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relative Non centrality Indeks (RNI).


(63)

4.1.Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Lokasi Penelitian

Nama Perusahaan : PT. SULFATAMA KENCANA Tempat Kedudukan : Surabaya Jawa Timur, Indonesia Kantor Pusat : JI. Teluk Kumai Barat 70

Email : pt_sulfa@rad.net.id

Nama Direktur Utama : Drs. H. Abdul Murady Darmansyah Akta Pendirian : Nomor 112

Tanggal 14 Januari 1980 Notaris Sutjipto, SH Akta Perubahan : Nomor 3

Tanggal 26 Maret 2008 Notaris : Wina Ustriani, SH

Pengesahan : Dep. Kehakiman Nomor AHU—27493.AH.01.02 Tahun 2008

Tanggal 26 Mei 2008

Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor 503/6491A/436.5.9/2007


(64)

Nomor Pokok Wajib Pajak : 01.108.282.3-631.000

Pengusaha Kena Pajak : PEM-01533-/WPJ.11/KP.1103/2008 Tanda Daftar Perusahaan : Nomor 13.01.1.51.04738

Tanggal 21 Nopember 2007

Bidang Usaha Perdagangan Umum - Usaha dibidang Pembangunan - Usaha di bidang perdagangan umum

- Usaha dibidang pertanian, perkebunan, peternakan dan agrobisnis - Usaha di bidang transportasi darat dan jasa

4.1.2. Kegiatan Perusahaan

Kegiatan Utama :

a. SPBU 54. 61 115 Segoromadu Gresik

SPBU yang terletak di Jl. Veteran 168 A Gresik mulai dioperasikan pada tanggal 16 September 1999, merupakan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) untuk melayani kebutuhan masyarakat yang terdiri 5 (lima) tangki pendam dan 4 (empat) pompa dengan 12 (dua belas) nozzle yang terdiri atas 6 (enam) nozzle Premium, 4 (empat) nozzle Solar dan 2 (dua) nozzle Pertamax. Sampai saat ini beberapa perusahaan yang sudah menjadi pelanggan tetap di SPBU 54.61115 Gresik antara lain :

PT. Semen Gresik, PT. Varia Usha, PT. Swadaya Graha, KWSG, PT. Kodeco. PT. Barata, PT. Marga Bumi Matraraya, PT. Indospring, PT.Nippon Paint dll. Surat Perjanjian Penunjukan Pengelolaan Penggunaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) No. 4.0354/F5000/SPBU/III/1999 tanggal 16 September 1999.


(65)

b. SPBU 54. 60 270 JI. Ngagel - Surabaya

SPBU yang terletak di kawasan strategis di JI. Ngagel 133 yang mulai dioperasikan pada tanggal 26 Mei 2004 ini memiliki 6 tangki pendam dan 7 pompa nozzle teridiri atas 2 (dua) nozzle Pertamax, 2 (dua) nozzle Pertamax Plus, 10 (sepuluh) nozzle Premium dan 4 (empat) nozzle Solar yang dilengkapi dengan system monitoring tanki dan printer penjualan di setiap nozlenya melayani BBM Premium, Solar, Pertamax dan Pertamax Plus serta penjualan Pelumas. Sampai saat ini beberapa perusahaan yang sudah menjadi pelanggan tetap di SPBU 54.60270 Surabaya antara lain :

PT. IGLAS, Hotel Novotel, Taxi Ble Bird, Merpati Nusantara Airlines, PabrikKarung Rosela, PT. Hutama Karya, Pusvetma, DPU Bina Marga Prop Jawa Timur, DPU Bina Marga Suramadu, KPP Tegalsari, KPP Sawahan. Surat Perjanjian Penunjukan Pengelolaan Penggunaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) No. 122/E25000/SPBU/V/2004 tanggal 26 Mei 2004.

c. SPBU 54.61 247 Sidoarjo

SPBU yang terletak di Jl. Raya Taman km 16 Sidoarjo mulai dioperasikan pada tanggal 12 September 2007 memiliki 5 (lima) tangki pendam dan 10 (sepuluh) pompa dispenser yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) nozzle Premium, 14 (empat belas) nozzle Solar dan 4 (empat) buah nozzle Pertamax, dilengkapi dengan system monitoring tanki dan printer penjualan di setiap nozlenya melayani BBM Premium, Solar, Pertamax dan Pertamax Plus serta penjualan Pelumas.


(66)

Sampai saat ini beberapa perusahaan yang sudah menjadi pelanggan tetap di SPBU 54.61247 Sidoarjo antara lain :

PO Baruna, PT. Borwita Cipta, Bus YPM, FA. Yoyo, UD. Arie Handayani dll Surat Perjanjian Penunjukan Pengelolaan Penggunaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) No. 457/F15000/IX/2007-S3 tanggal 10 September 2007.

d. Keagenan LPG

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keagenan LPG. dengan kantor di Jl. Perak Timur 202 B dan show room di Jl. Raya Gilang km 20 Sidoarjo. Sesuai dengan surat Perjanjian Keagenan LPG no SPJ-085/F14500/KPG/2007 tanggal 26 Nopember 2007.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Penyebaran Kuisioner

Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden dengan pertimbangan tertentu dan data yang ada, diolah dengan menggunakan structural equation modelling.

4.2.2. Keadaan Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum kuisener yang telah diberikan. Dari jawaban–jawaban tersebut diketahui hal–hal seperti dibawah ini.


(67)

a. Jenis Kelamin

Dari 115 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

68 59.1 59.1 59.1

47 40.9 40.9 100.0

115 100.0 100.0

laki-laki perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Sumber: Data Diolah

Dari tabel 4.1. dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 68 orang atau 59.1% yang menjabat sebagai manajer dan assisten manajer, sedangkan untuk untuk responden berjenis wanita sebanyak 47 orang atau 40.9%.

b. Usia

Dari 115 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui dari usia rsonden ada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2. Karakteristik Resoponden Berdasaran Usia resonden

17 14.8 14.8

44 38.3 38.3

35 30.4 30.4

19 16.5 16.5

115 100.0 100.0

30-35 36-41 42-47 >=51 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Sumber: Data diolah

Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa responden yang berusia yang berumur 30-35 tahun sebanyak 17 orang atau 14.8%, responden yang berumur 36-41 tahun sebanyak 44 atau 38.3% orang, responden yang berumur 42-47 tahun


(68)

sebanyak 35 orangatau 30.4%, dan responden yang berumur lebih dari 50 tahun sebanyak 19 orang atau 19%.

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Outlier

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N

Predicted Value 20.409 95.021 58.000 17.073 115

Std. Predicted Value -2.202 2.168 0.000 1.000 115

Standard Error of Predicted Value 9.274 19.626 14.478 2.204 115

Adjusted Predicted Value 10.370 106.628 57.446 18.360 115

Residual -87.790 65.955 0.000 28.639 115

Std. Residual -2.739 2.058 0.000 0.893 115

Stud. Residual -3.004 2.252 0.008 1.003 115

Deleted Residual -105.628 78.999 0.554 36.165 115

Stud. Deleted Residual -3.148 2.305 0.008 1.012 115

Mahalanobis Distance [MD] 8.551 41.745 22.800 7.189 115

Cook's Distance 0.000 0.076 0.011 0.014 115

Centered Leverage Value 0.075 0.366 0.200 0.063 115

(a) Dependent Variable : NO. RESP


(69)

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai χ20.001 dengan jumlah variabel 23 adalah sebesar 49,728. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 41,745 yang kurang dari χ2 tabel 49,728 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.

4.3.2. Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(1)

yang dipakai selama ini tidak digunakan dengan semestinya, tidak dipakai untuk kepentingan perusahaan melainkan untuk kepentingan pribadi dalam hal ini komunikasi dengan pihak luar, sehingga konsentrasi kerja sudah tidak dapat terfokus dengan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan. Oleh karena itu informasi berupa data untuk penyampaian laporan kurang akurat sebagai dasar pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil hipotesis variabel KT Penetration berpengaruh positif terhadap variabel Organization Structure, tidak dapat diterima. Informasi teknologi komunikasi dapat diharapkan untuk memfasilitasi kemampuan perusahaan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan. Semakin kompleks permasalahan dalam perusahaan, apabila tidak didukung dengan informasi yang up to date dan tatacara penyajian dalam menghasilkan data, informasi dan laporan yang benar dapat menyebabkan pihak structural akan kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Namun yang terjadi kurangnya koordinasi antar lini atau bagian, kurangnya perencanaan atau strategik plan teknologi informasi yang memadai, masih terbatasnya SDM yang handal dalam teknologi informasi, kurangnya partisipasi seluruh staf dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat menyebabkan adanya hambatan dalam penerapan pengambilan keputusan. Hambatan tersebut terjadi karena karyawan merasa masa depannya didalam perusahaan tidak tentu karena terusik akan informasi mengenai pengurangan gaji dan pengurangan karyawan. Sehingga yang terjadi karyawan akan merasa dirinya


(2)

72

dalam bekerja akan mencapai titik jenuh dampaknya akan terjadi stress kerja. Karyawan PT. Sulfa Group tidak lagi berpedoman pada target yang direncanakan perusahaan melainkan yang penting bekerja dan mendapatkan gaji dari perusahaan.


(3)

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap data yang telah diperoleh dari para responden, maka dalam bab ini akan dicoba untuk menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa :

a. Faktor Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor KT Penatration, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,315 > 0,10 [tidak signifikan [positif].

b. Faktor Environmental Attribute berpengaruh positif terhadap Faktor Organization Structure, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,618 ≤ 0,10 [tidak signifikan [positif].

c. Faktor KT Penetration berpengaruh positif terhadap Faktor Organization Structure, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,623 > 0,10 [tidak signifikan [positif].

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :

1. PT. Sulfa Group lebih memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan melakukan perubahan dalam praktek pemasaran di lapangan agar pelanggan atau masyarakat dengan mudah membeli produk tersebut.


(4)

55

2. PT. Sulfa Group haruslah lebih memerhatikan lokasi dalam memasarkan produk-produknya.

3. PT. Sulfa Group haruslah menerapkan strategi baru dalam memasuki pasar yang kompetitif agar efektivitas dalam melakukan pembelian dapat tercapai dengan baik.


(5)

Pelengkap-Pelengkap Lingkungan Dan Struktural: Penetrasi Teknologi Komunikasi Pada Perusahaan Manufaktur, Jurnal Sistem Informasi

Diana Rahmawati dan Mohammad Nasir, 2003, Pengaruh Kesan Atribut Lingkungan Terhadap Atribut Struktur Organisasi : Penetrasian Teknologi Komunikasi Sebagai Moderating Variabel, Media Ekonomi dan Bisnis

Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.

Hair, J.F. et. Al, 1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell, 1996, “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing.

Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, Dan Kontrol, Penerbit Prenhallindo, Jakarta.

____________, 2000, Marketing Management: Analysis, Planing, Implementation and control, The Millenium Edition, Prectice Hall International, Inc. New Jersey.

Robbins, Stephen P. 2001, Organization Behavior: Concepts, Controversies Aplication, Sevent Edition, Pretice Hall, Inc., New Jersey.

Tabachnick B.G., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Atribut Produk terhadap Kepuasan Konsumen Pengguna Smartphone Samsung Galaxy Series

1 91 96

PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP PENGANGGARAN PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL (Studi Empiris pada Perusahaan Tekstil di Wilayah Ka

0 0 12

Pengaruh Komunikasi Organisasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pada PT. Cakra Transport Utama, Jimbaran Bali.

4 16 35

Pengaruh Kesiapan Berubah, Komitmen Terhadap Organisasi, dan Komunikasi Tentang Perubahan Organisasi Terhadap Penerapan Performance Management System Di PT. Permata Hijau Group

0 0 17

Pengaruh Kesiapan Berubah, Komitmen Terhadap Organisasi, dan Komunikasi Tentang Perubahan Organisasi Terhadap Penerapan Performance Management System Di PT. Permata Hijau Group

0 0 2

Pengaruh Kesiapan Berubah, Komitmen Terhadap Organisasi, dan Komunikasi Tentang Perubahan Organisasi Terhadap Penerapan Performance Management System Di PT. Permata Hijau Group

0 0 15

Pengaruh Budaya Organisasi dan Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT. X

0 1 19

PENGARUH PELATIHAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA SPBU MODERN GROUP

0 1 13

PENGARUH ATRIBUT LINGKUNGAN DAN PENETRASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI PADA PT. SULFA GROUP

0 0 17

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI MELALUI TEKNOLOGI KOMUNIKASI SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Semarang) - Unika Repository

0 0 19