10 Tebu Saccharum officinarum L. merupakan spesies paling penting
dalam genus Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah Wijayanti, 2008: 3.
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat
mencapai 3 – 5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang
masih muda. Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun tebu. Di ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa
disebut “mata”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu Wijayanti, 2008:
3. Tanaman tebu memiliki sistem perakaran serabut. Batangnya berbentuk silinder, beruas-ruas. Batangnya memiliki cincin yang tumbuh melingkar.
Tebu ditanam sebagai bahan baku pembuatan gula Suwarto, 2014: 248. Tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik gula. Dalam proses
produksi gula, dari setiap tebu yang diproses, dihasilkan bagasse tebu sebesar 90, gula yang dimanfaatkan hanya 5 dan sisanya berupa tetes tebu
molase dan air Migas, 2004: 1.
2. Bagasse Tebu
Bagasse atau ampas tebu adalah zat padat dari tebu yang diperoleh sebagai sisa dari pengolahan tebu pada industri pengolahan gula pasir.
Bagasse mengandung air 48 – 52, gula 3,3 dan serat 47,7 Akhinov, 2010: 1. Berdasarkan Li-An’Amie dan Nugraha 2014: 1, ampas tebu
11 merupakan salah satu sumber serat alam terbanyak yang terdapat di
Indonesia. Selain ketersediannya yang melimpah, ampas tebu berpotensi karena memiliki sifat yang tahan kelembapan, tahan terhadap jamur, awet dan
memiliki rasa manis. Sriatun, dkk. 2015: 35, juga menyatakan bahwa ampas tebu bagasse mengandung lignoselulosa yaitu suatu komposit yang terdiri
dari selulosa 50, hemiselulosa 25 dan lignin 25. Bagasse tebu biasanya dihasilkan dari proses ekstraksi cairan tebu
yang diolah di pabrik gula. Abu Bagasse mempunyai sifat fisika antara lain densitas 2,52 gcm
3
, luas permukaan 5140 cm
2
g, ukuran partikel C28,9 μ m, dan berwarna abu kemerahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu
bagasse dari limbah pabrik gula dapat diolah menjadi silika Hanafi dan Nandang, 2010: 37. Hal tersebut juga terbukti dengan besarnya kandungan
silikon Si sebesar 55,5 yang merupakan kandungan tertinggi dibandingkan dengan mineral-mineral lain yang berada pada bagasse
Akhinov, dkk. 2010: 1. Govindarajan dan Jayalakhsmi 2011: 549 melaporkan bahwa pada suhu 500˚C hingga 700 ˚C abu bagasse tebu
memiliki struktur amorf sedangkan pada 1000˚C memiliki struktur kristalin. Menurut Hanafi dan Nandang 2010: 36, pada pembakaran bagasse, semua
komponen organik diubah menjadi gas CO
2
dan H
2
O dengan meninggalkan abu yang merupakan komponen anorganik dengan mengikuti reaksi:
C
x
H
y
O
z
+ O
2
CO
2
g + H
2
Og + abu Selain kandungan komponen organik, bagasse yang telah diabukan
juga mengandung oksida-oksida anorganik yaitu SiO
2
71, Al
2
O
3
1,9,
12 Fe
2
O
3
7,8, CaO 3,4, MgO 0,3, K
2
O 8,2, P
2
O
5
3,0 dan MnO 0,2 Sriatun, dkk., 2015: 35.
3. Silika