21 Tabel 1. Perbedaan antara fisisorpsi dan kemisorpsi
Adsorpsi fisika Adsorpsi kimia
Melibatkan gaya van der Waals antara adsorben dan adsorbat
Melibatkan pembentukan ikatan kimia antara adsorben dan
adsorbat
Entalpi adsorpsi rendah sekitar 5 kkalmol
Entalpi adsorpsi tinggi 20- 100kkalmol
Dapat membentuk lapisan multi molekul
Terbentuk monolayer Reversible
Irreversible Fenomena umum, muncul dalam
sistem padatcair atau padat gas Proses yang sangat spesifik, lebih
spesifik dari pada adsorpsi fisika Energi ikat umumnya berkisar
antara 10-100 meV Energi ikat umumnya berkisar
antara 1-10 meV Tidak melibatkan energi aktivasi
Melibatkan energi aktivasi Kesetimbangan dapat dicapai pada
waktu yang singkat Butuh waktu yang lebih lama
untuk mencapai kesetimbangan
6. Unsur Hara Tanaman
Tanaman menyerap seluruh unsur hara dalam bentuk kation atau anion yang terlarut dalam air tanah. Didalam tanah unsur hara akan terserap
masuk ke dalam tanaman dengan mekanisme tukar kation dan anion. Kebutuhan unsur hara tanaman membutuhkan pupuk kimia yang pada
umumnya bersifat cepat tersedia quick release bagi tanaman, sehingga cepat habis digunakan atau tercuci oleh air. Ada juga pupuk yang bersifat
lambat terurai slow release sehingga dapat bertahan lama dalam tanah. Kurnia, -
: 39
22 Unsur hara merupakan ion atau molekul tertentu yang diserap oleh
tanaman Unsur hara dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah nsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah banyak. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit. Unsur hara makro:
NitrogenN, fosforP, kaliumK, kalsiumCa, Magnesium Mg, dan Sulfur S. Unsur hara mikro: Mangan Mn, Seng Zn, Besi Fe, Silisium
Si, Natrium Na, Kobalt Co, Molibdenum, khlor, Kuningan Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988: 85.
7. Unsur Makro Kation Ca
2+
Kalsium merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan meristem, terutama pertumbuhan yang tepat dan fungsi ujung
akar Winangun, 2005: 75. Kalsium juga berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel, serta mengatur distribusi hasil fotosintesis. Kalsium
didistribusikan oleh air ke dalam jaringan tanaman. Meski kalsium rata-rata tersedia dalam jumlah yang cukup dalam media namun, jika tidak berada
dalam wilayah jangkauan akar maka tanaman tetap mengalami kekurangan kalsium Arwida, 2008: 40.
Unsur kalsium diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak dan diserap dalam bentuk ion Ca
2+
. Kekurangan kalsium bisa menghambat pertumbuhan tunas baru. Jika terjadi pada masa awal pembungaan bisa
menyebabkan gugurnya kuncup bunga. Namun untuk kekurangan kalsium ringan biasanya ditandai oleh daun yang keriting dan munculnya warna putih
23 pada tepian daun muda yang disebabkan oleh menurunnya kadar klorofil.
Sedangkan kekurangan kalsium yang parah bisa menyebabkan kerusakan dan kematian akar. Disamping kekurangan kalsium, kelebihan kalsium juga
menyebabkan dampak negatif bagi tanaman, diantaranya yaitu menyebabkan pertumbuhan terhamat dan mengganggu penyerapan magnesium dan kalium
Arwida, 2008: 40. Menurut Winangun 2005: 75, kekurangan kalsium banyak terjadi di tanah yang sangat asam. Kekurangan kalsium dapat
menghambat pembentukan akar baru, daun, dan bagian tanaman yang lain. Kekurangan unsur hara kalsium menyebabkan tanaman menjadi kerdil,
pertambahan panjang yang lambat, dan pertamahan tepi daun terhambat sehingga daun menggulung.
Vogel 1990: 300 menyatakan bahwa, kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen. Garam – garamnya
biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna. Dalam suasana basa, ion kalsium dalam air
dapat bereaksi dengan CO
2
menghasilkan CaCO
3
yang dapat mengendap, sesuai reaksi berikut
CO
2
g + Ca
2+
aq + 2 OH
-
aq → CaCO
3
s + H
2
O l Vogel, 1990: 317
24 Tabel 2. Sifat Kalsium
Sifat Kalsium
1 Hidrolisis M
n+
+ H
2
O ↔[MOH]
n+1
+n-1H
+
M
n+
+ 2H
2
O ↔ MOH
2
+ 2H
+
Log K=1,3 Log K=1,3x10
-6
2 Jari-Jari Atom
Ion Terhidrat
1,97 Å 1,00 Å
4,12 Å 3 Elektronega-
tifitas 1,0
Ikhsan, dkk., 2015: 15
8. Pengaruh Suhu pada Adsorpsi