lxxxiii
B. Perdagangan dengan Pembatasan
1. Perdagangan Gading Gajah di Namibia, Zambia, Uganda, dan
Tanzania.
Gajah afrika merupakan salah satu satwa liar Afrika yang paling banyak diburu. Penurunan populasi gajah ini tidak hanya dikarenakan penangkapan
secara liar namun juga dikarenakan hilangnya habitat mereka karena bertambahnya populasi manusia
125
Tahun 1976, CITES meletakan gajah afrika dalam Apendiks III dan menaikaan statusnya ke dalam apendiks II tak lama setelahnya
. Harga yang mahal, dan keuntungan yang besar dari hasil penjualan gading tersebut merupakan salah satu faktor yang
mempersulit penangannan dari perdagangan gading gajah ini.
126
. Pada mei 1989 dengan adanya dorongan dari golongan koservasionis Amerika Serikat,
Kanada, Uni Eropa, dan negara-negara pengimpor lainnya, CITES melakukan pelarangan terhadap perdagangan gading gajah ini. Pada bulan Oktober 1989,
negara-negara anggota CITES menyepakati gajah Afrika untuk masuk ke dalam apendiks I CITES, sebagai binatang yang tidak boleh diperdagangkan untuk
kepentingan komersial. Dimasukannya gajah afrika kedalam appendiks I mulai berlaku sejak 18 Januari 1990
127
Beberapa Negara di Afrika dipimpin oleh Zimbabwe awalnya dimulai oleh Tanzania, Namibia, Uganda, dan Zambia mengajukan keberatan terhadap
.
125
“Stories and History”, http:elephant.elehost.com, 1998.
126
http:cites.org, diakses pada tanggal 10 Oktober 2010
127
http:elephant.elehost.com, loc.Cit, diakses pada tanggal 5 April 2011
lxxxiv
keputusan itu dengan alasan manajemen yang baik terhadap di gajah di Negara mereka mencegah terjadinya exploitasi berlebihan. Dalam keberatannya mereka
mengajukan permohonan izin agar dapat melakukan perdagangan dengan pembatasan terhadap gading gajah, untuk menghasilkan pemasukan yang dapat
digunakan untuk menjalankan program konservasi lebih lanjut
128
. Proposal yang diajukan kemudian oleh Zimbabwe, Botswana dan Namibia, dimana dikatakan
bahwa perdagangan tidak sepenuhanya buruk untuk konservasi, mengajukan bahwa dengan dipenuhinya beberapa syarat spesisfik perdagangan dapat
dilakukan. Usulan ini diterima oleh CITES
129
a. Survey terhadap populasi gajah afrika,
. Untuk membuktikan, sebagaimana dinyatakan oleh Zimbabwe, bahwa
gajah Afrika tidak terancam oleh kepunahan, Somalia mangajukan amandemen yang memungkinkan pencabutan pelarangan terhadap perdagangan gading di
teritori mereka, yaitu dengan meminta para ahli untuk memeriksa tiga hal di dalam wilayah territorial mereka, yang mencakup :
b. Investigasi terhadap sistem penanggulangan perburuan liar Negara
tesebut. c.
Investigasi terhadap sistem kontrol terhadap penyelundupan di Negara mereka.
128
Patricia Birne, op.cit, hal 628-629
.
129
Ibid, halaman 629
lxxxv
Negara yang memenuhi suatu standar yang telah ditentukan, maka negara- negara anggota CITES dapat memberikan izin untuk melanjutkan perdagangan
gading gajah. Dengan sistem ini, perdebatan mengenai status gajah dalam apendiks I tidak lagi diperdebatkan
130
Pada tahun 1997, Botswana, Namibia, dan Zimbabwe, setelah memenuhi persyaratan dan populasi gajahnya dinyatakan sehat dan terorganisir
dengan baik, diizinkan untuk melakukan satu kali perdagangan gading ke Jepang sebanyak 50 ton gading ke Jepang pada tahun 1999 dan menghasilkan keuntungan
sebesar AS 5 juta .
131
Pada tahun 2007, CITES kembali memberikan izin terhadap ekspor impor gading gajah dari Botswana, Namibia, dan Afrika Selatan kepada Jepang. Dalam
keputusannya, Jepang dianggap memiliki dan berhasil dalam mengontrol sistem perdagangannya dan mendapat izin untuk melakukan impor terhadap gading gajah
tersebut. Gading yang akan diekspor bejumlah 60 ton dengan distribusi: 20 ton dari Botswana, 10 ton dari Namibia, dan 30 ton dari Afrika Selatan. Persediaan gading
gajah ini didapat dari gajah yang mati karena penyebab alamiah dan gajah-gajah yang dibunuh karena menyebabkan masalah terhadap populasi manusia
.
132
130
“Strories and History”, loc.Cit
131
“CITES Permits 60 Tons of Elephant Ivory to Be Sold”, http:www.ensnewswire. comensjun20072007-06-04-01.asp, 4 Juni 2007
132
Ibid, halaman 629
.
lxxxvi
Sekretaris Jenderal CITES mengatakan bahwa : “By basing future decisions on reliable field data, CITES can develop
an approach to elephant ivory that benefits states relying on elephants for tourism as well as those seeking income from elephant products in order to finance wildlife
conservation,
133
2. Pro-Kontra Perdagangan Gading Gajah.