Perdagangan terhadap Kehidupan Liar di Indonesia

xliv 3. Paradigma yang salah dalam menyayangi satwa. 4. Ada contoh yang salah oleh public figure. 5. Pemahaman ekologi satwa masih kurang. 6. Kebutuhan ekonomi. 7. Belum menjadi agenda nasional.

C. Perdagangan terhadap Kehidupan Liar di Indonesia

Selain hilangnya habitat dan perubahan iklim, perdagangan terhadap kehidupan liar menyebabkan menurunnya tingkat keanekaragaman hayati di dunia. Perdagangan terhadap kehidupan liar ini juga memegang posisi yang signifikan terhadap keberadaan sebuah spesies. IUCN Red List pada tahun 2008 mencatat pertambahan signifikan pada jumlah hewan yang tergolong dalam status critically endagered, Endangered,dan Vulnerable 66 . Indonesia yang alamnya kaya akan keanekaragaman hayati menjadi salah satu Negara yang menjadi sasaran bagi perdagangan liar dan penyelundupan spesies-spesies yang dilindungi yang banyak terdapat di Indonesia. Selain penyelundupan seringkali penjualan atas spesies-spesies ini dilakukan secara terang-terangan di toko-toko penjual hewan peliharaan 67 66 “Changes in numbers of species in the threatened categories CR, EN, VU from 1996 to 2008“ http:www.iucnredlist.orgdocuments2008RL_stats_table_2_v1223294385.pdf. sebagai contoh, sejak tahun 1996 jumlah spesies amfibi yang tergolong dalam kategori Critically endagered meningkat dari 18 spesies menjadi 475 spesies, dalam kategori endgagered jumlah spesiesnya bertambah dari 31 menjadi 755, untuk vulnerable jumlah bertambah dari 75 ke 675. spesies lainnya dapat dilihat di lampiran. 67 Matt Clarke, “Report Highlights to Indonesia’s Illegal Freshwater Turtles Trade”, agustus 2008. http:www.practicalfishkeeping.co.uk, 71“Indonesia Biodiversity hotspots”, http:www.comptonfoundation.orgscenarioEnvironmentIndonesia_Biodiversity_HotSpot.p. . xlv Hutan di Indonesia yang semakin berkurang setiap tahunnya, dikombinasikan menyebabkan spesies yang memiliki habitat di dalam hutan semakin terdesak. Spesies yang semakin terdesak tersebut menjadi sasaran empuk bagi para pemburu yang menangkap dan menjual spesies-spesies tersebut di pasar-pasar illegal 68 . Rata- rata setiap tahunya terdapat 33 ekor Harimau Sumatera yang mati dan spesies ini terancam punah pada tahun 2010. Saat ini kurang dari 54.000 ekor orangutan Kalimantan dan 6.600 ekor orangutan Sumatera yang masih bertahan hidup di alam bebas, dikarenakan ratusan ekor orang utan ke luar negeri. Dalam kondisi seperti ini orangutan dapat punah dalam kurun waktu 25 tahun. Pada tahun 2004, diperkirakan hanya sekitar 40.000 ekor orangutan yang tersisa dan hanya kurang dari 15.000 ekor betina produktif yang hanya dapat menghasilkan 3000-4000 ekor bayi orangutan setiap tahunnya 69 . Dalam laporan yang dibuat oleh Vincent Nijman, dari 40,000 ekor orangutan yang tersisa di alam bebas, Jawa dan Bali, yang merupakan salah satu pintu perdagangan orangutan menyumbang hilangnya sekitar 1000 ekor orangutan setiap tahunnya 70 68 Nani Afrida, “ Orang Utan: from Illegal Trade to Conservation”, 17 November 2010. . Dari ekosistem perairan, bahwa illegal fishing di Raja Ampat telah memusnahkan sekitar 35 terumbu karang dalam waktu 27 tahun belakangan ini. Illegal fishing jugalah yang telah menghancurkan biodiversitas bawah laut Taman Http:www.thejakartapost.com 69 Van Schaik, C.P., Husson, S., Meijaard, E., Singleton, I. Wich, S. The status of orang- utans in Indonesia, 2003. 2004. Halaman 144-167 diambil dari Vincent Nijman, Op.Cit, hal 31. 70 “Indonesian Laws Against Trade in Endagered Orangutan Ignored”, ENS, Juni 2005, lihat Vincent Nijman, Hanging in the Balance: An Assessment of trade in Orang-utans and Gibbons in Kalimantan, Indonesia, TRAFFIC South East Asia, 2005. Diambil dari http:grasp.rucc.net.aufilestrade_continuing_traffic_report.pdf. xlvi Nasional Teluk Cendrawasih dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Akibat dari hal ini, predikat Taman Laut ke dua terbesar dunia harus turun peringkat menjadi urutan kelima 71 Endagered kritis dan terancam oleh IUCN. Pernyataan ini dikeluarkan 6 tahun setelah spesies yang sama dimasukan ke dalam appendiks II CITES . Di Pulau Kei, Maluku, setiap tahunnya diperkirakan sekitar 100 ekor penyu Pacific Leatherback diburu untuk kepentingan ritual adat. Tahun 2006, Kura- kura leher panjang yang merupakan satwa endemik dari kepulauan Roti, NTT, dinyatakan sebagai spesies Critically 72 Pada tahun 2007, WWF-Internasional mengeluarkan daftar sepuluh spesies yang terancam punah. Kesepuluh spesies tersebut adalah hiu porbeagle, hiu spiny dogfish, tujuh spesies sawfish, harimau, badak Asia, karang merah dan merah muda, belut eropa, gajah, kelompok kera besar gorilla, simpanse dan orangutan, dan pohon magahoni berdaun lebar, sebagai satu-satunya tanaman dalam daftar prioritas. Sejumlah spesies yang terdapat di Indonesia masuk dalam daftar ini, yaitu harimau Sumatra, badak Sumatra dan badak Jawa, orang utan, dan gajah . 73 71 Kadarusman, Mulia Nurhasan, “Natural ResourcesManagement for Ecoregion Papua” Departement of Biodiversity, Ecology and Evolution, Paul Sabatier University. France, 2007.halaman 3. . Perdagangan satwa liar secara illegal yang banyak dijumpai di sejumlah pasar di kawasan Jawa 72 “Roti Island Snake-necked Turtles become all but extinct”, WWF-Indonesia, September 2006, diakses pada tanggal 5 Februari 2011 http:www.wwf.or.idindex.php?fuseaction=news.detaillanguage=id=NWS1138767530 73 “WWF terbitkan daftar spesies yang terancam perdagangan hidupan liar”, WWF- Indonesia, 25 Mei 2007 diakses pada tanggal 25 Maret 2011. http:www.wwf.or.idindex.php?fuseaction=news.detaillanguage=id=NWS1180104842 xlvii dan Bali diperkirakan menimbulkan kerugian bagi Negara senilai 200 milyar Rupiah setahunnya. 74 74 “Kerugian Negara Akibat Perdagangan Liar mencapai Rp.200 M”, Media Indonesia, 8 maret2005, diakses pada tanggal 8 April 2011 http:air.bappenas.go.iddocpdfklipingKerugian20Negara20Akibat20Perburuan 20Liar20RP20020Miliar.pdf. xlviii BAB III PERDAGANGAN TERHADAP SPESIES YANG TERANCAM PUNAH CITES MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

A. Convention on International Trade of Endangered Species of Flora and