Keaslian Penulisan. Tinjauan Kepustakaan.

xxii

D. Keaslian Penulisan.

“Perdagangan Convention on International Trade in Endangered species of Flora and Fauna CITES menurut Hukum Internasioanl” yang diangkat menjadi judul skripsi merupakan karya ilmiah yang sejauh ini belum pernah ditulis di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi buku-buku, hasil pemikiran, jurnal, artikel, makalah, bahan- bahan dari media internet, dan juga melalui bantuan dari berbagai pihak. Semua ini merupakan implikasi pengetahuan dalam bentuk tulisan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan.

Penelitian ini memiliki beberapa istilah dan konsep yang akan digunakan. Hal-hal tersebut perlu untuk digambarkan agar tercapai sebuah pemahaman yang sama akan hal-hal tersebut. Berikut adalah definisi dari hal-hal tersebut : 1. Kepunahan atau dalam Biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau kelompok takson yang ditandai dengan matinya individu terakhir spesies tersebut adalah suatu keadaan dimana sebuah spesies dinyatakan punah jika tidak ada lagi mahkluk hidup dari spesies tersebut yang dapat berkembang biak dan membentuk generasi. Sementara yang dimaksud dengan Hewan Terancam Punah adalah kondisi dimana beberapa jenis spesies dari hewan tersebut belum bisa dikatakan punah, namun jumlahnya xxiii sudah berada dalam situasi tahap memprihatinkan oleh karena perburuan dan berbagai permasalahan yang menimpanya. 2. CITES, atau Convention on International Trade in Endangered Species of wild Flora and Fauna, atau dalam Bahasa Indonesia berarti konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam punah adalah perjanjian internasional antar Negara yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota World Conservation Union IUCN tahun 1963. Suatu konvensi yang bertujuan melindungi tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional specimen tumbuhan dan satwa liar yang mengakibatkan kelestarian spesies tersebut terancam. Tidak ada satu pun spesies yang menjadi punah sejak CITES diberlakukan pada tahun 1975. Pemerintah Indonesia meratifikasi CITES dengan Keputusan Pemerintah No.43 tahun 1978. 3. Konservasi, yang termasuk dalam konservasi adalah baik melindungi dan melestarikan, termasuk pemulihan, dan usaha penjagaan proses ekologi dan keanekaragaman hayati. Selain itu termasuk juga di dalamnya pengelolaan sumber daya alam untuk menjaga pengunaan yang berkelanjutan. 23 4. Perdagangan, 23 “International Legal Protection of Wild Fauna and flora”, Journal Amsterdam, 1997, hal 51-52 xxiv “ dagang adalah pekerjaan yg berhubungan dng menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan; jual-beli; niaga.” 24 “perdagangan adalah perihal dagang; urusan dagang; perniagaan; Perdagangan gelap perdagangan yang dilakukan secara tidak sah “ 25 “means export, re-export, import and introduction from the sea . 26 5. Sustainable development, dalam resolusi General Assembly No. 42187 disebutkan “meeting the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs” 27 6. Management Authority adalah sebuah badan yang ditunjuk oleh Negara untuk mengimplementasikan konvensi ini CITES 28 . Departemen Kehutanan ditetapkan sebagai management Authority Indonesia. 29 7. Scientific Authority, 30 24 Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah sebuah badan yang ditunjuk oleh negara dan berfungsi untuk memberikan bantuan saran dalam hal teknis dan ilmu http:pusatbahasa.diknas.go.idkbbiindex.php 25 Ibid, hal 51-52. 26 Convention in the International Trade of Endangered Species, Article 1C, 1973 27 United Nations..Report of the World Commission on Environment and Development. General Assembly Resolution 42187, 11 December 1987 28 CITES Glossary, http:www.cites.orgengresourcestermsglossary.shtmlm, dinyatakan bahwa “ The Management Authority is responsible for implementing the Convention in its country. In particular it is the only body competent to grant import and export permits and re-export certificates on behalf of that Party. Even though a Party may designate more than one Management Authority, one must be designated as the Management Authority responsible for communication with other Parties and the Secretariat.” 29 Indonesia, PP nomor 8 tahun 1999, pasal 65a “Departemen yang bertanggung jawab di bidang Kehutanan ditetapkan sebagai Otoritas Pengelola Management Authority Konservasi Tumbuhan dan Satwa Liar. 30 CITES Glosarry, http:www.cites.orgengresourcestermsglossary.shtmlm, “A Scientific Authority is responsible for providing technical and scientific advice to its Management Authority, in particular as to whether the export or introduction from the sea of a specimen will be detrimental to the survival in the wild of the species involved.” xxv pengetahuan kepada Management Authority. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ditunjuk sebagai Scientific Authority. 31

F. Metode Penulisan.